Sosok Mantan Gubernur BI Arifin Siregar di Mata Kolega
›
Sosok Mantan Gubernur BI...
Iklan
Sosok Mantan Gubernur BI Arifin Siregar di Mata Kolega
Mantan Gubernur Bank Indonesia Arifin Mohamed Siregar tutup usia pada Senin (23/9/2019). Sumbangsihnya yang besar terhadap perekonomian Tanah Air membuat Arifin akan terus dikenang sepanjang waktu.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA/AGUIDO ADRI
·3 menit baca
Mantan Gubernur Bank Indonesia Arifin Mohamed Siregar tutup usia pada Senin (23/9/2019). Sumbangsihnya yang besar terhadap perekonomian Tanah Air membuat pribadi yang selalu hangat di mata para koleganya ini akan terus dikenang sepanjang waktu.
Selain pernah menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) pada periode 1983-1988, salah satu ekonom terbaik di era Orde Baru ini juga pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan (1988-1993).
Pria kelahiran Medan, 11 Februari 1934, ini sebenarnya lebih dulu berkiprah di mancanegara dengan meniti karier sebagai ekonom Departemen Asia, Dana Moneter Internasional (IMF), pada 1963. Di pengujung kariernya, Arifin menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat (AS).
Mantan Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengenang sosok Arifin sebagai pribadi yang hangat.
”Saya mengenal beliau dari pergaulan sesama keluarga BI. Walaupun sudah usia lanjut, beliau terus aktif mengikuti perkembangan ekonomi global dan ekonomi Indonesia secara detail,” ujar Mirza.
Mirza menuturkan, periode pada saat Arifin menjabat sebagai Gubernur BI dan Menteri Perdagangan adalah periode di saat harga minyak dunia sedang jatuh. Hal ini membuat Indonesia harus banting setir mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru dan mengoptimalkan sumber penerimaan APBN dari non-migas.
Periode 1983-1992, lanjut Mirza, adalah periode ketika Indonesia melakukan deregulasi besar-besaran. Deregulasi ini termasuk menghilangkan pagu suku bunga deposit dan kredit di tahun 1983, serta melonggarkan izin penyaluran kredit perbankan untuk mendorong ekspor non-migas.
”Peran beliau (Arifin), baik sebagai Gubernur BI maupun Menteri Perdagangan, sangat sentral di kala itu,” ujar Mirza.
Ginandjar Kartasasmita mengenang Arifin sebagai rekan yang sangat tekun, serius, dan total dalam menjalankan tugas. Saat menjalankan tugas sebagai Gubernur BI, menteri, dan dubes di AS, Arifin bekerja dengan baik. Saat meninggalkan jabatan, Arifin menuntaskan semua tanggung jawab.
”Saya berkawan betul dengan beliau. Dia adalah sosok yang baik dan tulus. Caranya bertutur baik tidak melukai. Itu beliau,” kata Ginandjar.
Ginandjar ingat ketika krisis 1998, saat ia menjadi Menteri Koordinator Ekonomi, Keuangan, dan Industri, Arifin menjadi inisiator pertemuan para ekonom senior untuk merumuskan kebijakan mengatasi masalah yang melilit Indonesia.
”Saya mendapat masukan dari Arifin dan para ekonom senior kala itu. Pada saat itu beliau sudah tidak lagi menjabat apa-apa. Namun, karena ia peduli pada bangsa, ia mau turut membantu menyumbangkan sesuatu yang berarti,” katanya.
Menurut Ginandjar, keteladanan dalam menekuni pekerjaan dan kejujuran Arifin perlu dicontoh, bahwa kerja keras dan kesabaran akan membuahkan hasil.
”Kita bisa lihat sosok Arifin sebagai inspirasi, bahwa tak perlu terburu-buru dalam menjalankan sesuatu atau mengejar sesuatu. Kita perlu fokus, jangan cepat ingin mencapai tujuan. Kita harus bertanggung jawab. Nilai itu perlu kita lihat dari Arifin. Dia adalah salah satu intelektual yang dimiliki Indonesia,” ujar Ginandjar.