Berwisata sudah menjadi gaya hidup warga. Tak sedikit di antaranya mengatur siasat agar bisa pelesiran ke tempat idaman dengan nyaman.
Oleh
NSA/CAS/ETA/SYA/REN
·3 menit baca
Berwisata sudah menjadi gaya hidup warga. Tak sedikit di antaranya mengatur siasat agar bisa pelesiran ke tempat idaman dengan nyaman. Lokasi tujuan, anggaran, jadwal keberangkatan, serta akomodasi menjadi sederet hal yang mesti disiapkan sejak awal.
Bagi Qonitah Azzahra (24), pengunjung Kompas Travel Fair 2019 di Centre Point Mall, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (21/9/2019), tantangan terbesar untuk bisa bepergian adalah biaya perjalanan. Apalagi untuk tujuan luar negeri dan rutin setahun sekali.
”Saya suka bepergian mengunjungi tempat-tempat baru, merasakan peradaban kota yang maju, dan melihat kebudayaan di sejumlah negara. Pengalaman itu lebih berharga daripada saya menumpuk uang,” kata Qonitah.
Hendra (35), pengunjung Kompas Travel Fair di Surabaya, Jawa Timur, rutin berlibur bersama keluarga dua kali dalam setahun. Mereka merencanakan perjalanan setahun sebelum keberangkatan agar bisa menyesuaikan waktu cuti dan menyiapkan biaya.
”Saya sudah punya langganan agen perjalanan. Kebetulan ada pameran wisata yang harganya lebih murah dibandingkan dengan membeli di agen perjalanan dalam jaringan,” kata Hendra.
Pembeli paket perjalanan ke Singapura, Yuko (42), mengatakan, harga yang ditawarkan oleh agen perjalanan di pameran 15 persen lebih murah dibandingkan agen perjalanan daring. Seperti Yuko, pengunjung pameran yang digelar serentak di Jakarta, Makassar, Medan, dan Surabaya itu memburu paket-paket perjalanan dengan biaya murah.
Pengunjung Kompas Travel Fair di Makassar, Sulawesi Selatan, Emi Widianti (50), menyatakan, oleh karena telah menjadi agenda rutin setiap tahun, dia dan suami menyusun dengan baik rencana liburan, terutama untuk destinasi wisata di luar negeri.
”Biasanya, kami sudah rencanakan distinasi yang akan kami tuju. Setelah itu, kami menabung sembari berburu tiket dan paket wisata di acara pameran. Begitu dapat yang murah, kami langsung ambil. Biasanya, kalau pemberangkatan masih lama dan bisa diangsur, kami bayar tanda jadi dulu. Sisanya kami bayar saat mau berangkat atau beberapa kali tergantung kebijakan agen wisata,” tutur Emi.
Peluang
Saat membuka Kompas Travel Fair 2019 di Jakarta Convention Center, Jumat pekan lalu, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengingatkan pentingnya pelaku sektor pariwisata untuk menggarap pasar pariwisata secara luar jaringan (luring) ataupun daring. Hal itu tak lepas dari perkembangan teknologi dan perubahan perilaku wisatawan.
Pengembangan wisata halal pun, kata Arief, merupakan keniscayaan. Selain membuka peluang bisnis, wisata halal juga memiliki masa depan bagus. Soal istilah boleh disesuaikan, seperti Moslem friendly tourism atau friendly tourism.
Banyak negara saat ini berlomba mengejar mendatangkan turis dari China. ”Mengapa? Sebab, jumlahnya besar, yakni 130 juta orang, dengan belanja kira-kira 150 miliar dollar AS. Wisata halal besarnya sama dengan turis dari China tersebut,” kata Arief.
Perilaku wisatawan terkait model pembiayaan wisata pun berubah dan beragam. Ada yang maunya pakai kartu kredit, ada tipe tidak mau utang, ada yang maunya menabung dulu. ”Segmen-segmen itu nanti akan kami tuju,” kata Partnership New Initiatives and Customer Value Management Head CIMB Niaga Wijaya Handoyo Jo.
Sektor pariwisata diproyeksikan sebagai penghasil devisa terbesar bagi Indonesia. Devisa sektor ini pada 2018 mencapai 19,3 miliar dollar AS. Tahun ini, devisa sektor pariwisata ditargetkan mencapai 20 miliar dollar AS. Penyelenggaraan pameran diharapkan menopang pencapaiannya.