Sempat Sesak Napas, Yuda Meninggal karena Bengkak Paru-paru
›
Sempat Sesak Napas, Yuda...
Iklan
Sempat Sesak Napas, Yuda Meninggal karena Bengkak Paru-paru
Muhammad Priyuda Pratama, anak berumur satu tahun enam bulan, meninggal setelah mengalami pembengkakan paru-paru dan penyakit penyerta lainnya. Yuda sempat mengalami sesak napas akibat pekatnya asap kebakaran hutan.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Muhammad Priyuda Pratama, anak berumur satu tahun enam bulan, meninggal setelah mengalami pembengkakan paru-paru dan penyakit penyerta lainnya. Sebelum meninggal, Yuda sempat kesulitan bernapas karena kabut asap kebakaran yang begitu pekat di malam hari.
Muhammad Yuda Pratama atau yang biasa dipanggil Yuda merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Ia merupakan dari pasangan pasangan Ogor (43) dan Hadijah (38).
Mereka tinggal di Desa Kuala Kuayan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Yuda sempat dibawa ke puskesmas, lalu dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah dr Murjani pada Sabtu (21/9/2019).
Menurut Ogor, anaknya tidak bisa diselamatkan lagi setelah dibawa ke rumah sakit. Anaknya kemudian mengembuskan napas terakhir pada Sabtu pukul 12.10 siang. Tak lama setelah itu, jenazahnya pun dimakamkan di Desa Kuala Kuayan.
”Kabut asap di sini pekat sekali saat malam hingga pagi hari. Sudah dari Jumat anak saya sulit sekali bernapas. Ini semua karena kabut asap,” ujar Ogor.
Ogor mengungkapkan, saat diberi tahu dokter bahwa anaknya meninggal, dokter mengatakan, penyebab kematian anaknya ialah paru-paru yang bengkak, gejala usus buntu, buang air kecil tidak lancar, gizi buruk, dan beberapa penyakit lain.
”Saya bilang sama dokter buka saja semuanya, jangan ditutupi, supaya kami tahu apa penyebab meninggalnya anak saya,” ungkap Ogor.
Ogor sekeluarga tinggal di sebuah rumah kecil di ujung desa. Ogor tidak bisa bekerja karena mengalami kelumpuhan, sedangkan istrinya menjadi tulang punggung keluarga.
”Sejak hamil yang kecil itu memang istri saya yang bekerja, mungkin karena itu juga penyakitnya datang bertubi-tubi,” ujar Ogor.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng Suyuti Syamsul membenarkan bahwa ada anak balita, Yuda, meninggal. Namun, penyebab kematiannya ialah penyakit penyerta sebelumnya atau komplikasi.
”Anak itu mengalami sepsis atau infeksi menyeluruh dan penurunan kesadaran,” ungkap Suyuti.
Suyuti membantah bahwa Yuda meninggal karena kabut asap. Menurut Suyuti, sampai saat ini belum ada korban jiwa karena kabut asap. ”Saat ini kami sedang melakukan audit menyeluruh untuk memastikan kematiannya,” katanya.
Anak itu mengalami sepsis atau infeksi menyeluruh dan penurunan kesadaran, ungkap Suyuti.
Di Kuala Kuayan, kabut asap sudah pekat selama berminggu-minggu. Menurut Ogor, biasanya kabut semakin pekat pada malam dan pagi hari. ”Saat mengalami sesak napas itu pada malam hari, anak saya enggak bisa tidur dan menangis,” ujar Ogor.
Ketua RT 013 di Desa Kuala Kuayan Riduansyah mengungkapkan, kondisi di desanya sampai saat ini memang diselimuti kabut asap. Bahkan, dirinya juga sempat batuk-batuk dan kesulitan bernapas pada malam hari.
”Kalau malam itu yang paling sengsara. Mau ditutup semua jendela dan pintu, yang namanya asap, kan, susah sekali,” kata Riduansyah.