Rentetan peristiwa kebakaran di Jakarta meresahkan warga kota. Mereka tidak hanya terancam kehilangan harta benda. Nyawa mereka juga bisa menjadi taruhannya.
Oleh
Wisnu Wardhana Dhany
·4 menit baca
Muliani (37) mematung di belakang garis polisi. Matanya sembab menyaksikan puing-puing rumah yang ludes dilalap api. Suaranya tercekat, hanya sesenggukan yang terdengar.
Senin (23/9/2019) pagi yang cerah justru terasa muram bagi warga RT 009 RW 004, Kampung Salo, Kelurahan Kembangan Utara, Kembangan, Jakarta Barat. Puluhan rumah di kawasan padat penduduk itu hangus diamuk si jago merah. ”Tidak ada sisa. Hanya ini (pakaian),” ucap Muliani.
Api dari hubungan pendek arus listrik menjalar dengan cepat ke rumah petak yang terbuat dari tripleks atau seng. Warga yang panik hanya sempat menyelamatkan diri, khususnya anak-anak dan warga lansia. Setidaknya 120 orang untuk sementara tinggal di pengungsian.
Kebakaran itu menjadi yang ketiga hanya dalam kurun waktu tiga hari. Kebakaran pertama melanda permukiman padat penduduk di Kelurahan Rawa Bunga dan Kelurahan Bali Mester, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (21/9/2019) dini hari.
Api akibat korsleting menghanguskan 129 rumah. Sebanyak 452 warga untuk sementara harus mengungsi. Proses pemadaman berlangsung enam jam karena akses jalan yang sempit, hanya cukup untuk satu mobil dan satu sepeda motor.
”Di pikiran hanya selamatkan istri. Dia (istri) beberapa waktu lalu menjalani amputasi kaki. Kalau terlambat, habislah sudah,” kata Salam Suhada (55), warga Rawa Bunga. Rumahnya persis di samping kontrakan yang menjadi sumber api.
Kebakaran kedua terjadi Minggu (22/9/2019) malam di Kelurahan Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Akibatnya, 50 rumah ludes terbakar dan 200 warga mengungsi. Bahkan, perjalanan kereta rel listrik rute Duri ke Tangerang dan sebaliknya terganggu.
Beruntung tidak ada korban jiwa dalam tiga kebakaran itu. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) DKI Jakarta memperkirakan kerugian mencapai Rp 6 miliar.
Jauh sebelumnya, kebakaran yang tak kalah memilukan terjadi di Kampung Bandan, Jakarta Utara, awal Mei 2019. Kebakaran itu mengakibatkan 4.500 jiwa mengungsi.
Instruksi gubernur
Kasus-kasus itu hanya segelintir dari kebakaran dalam skala yang lebih kecil di Ibu Kota. Meskipun pemicunya berbeda, rata-rata kebakaran meluas karena petugas sulit masuk ke lokasi karena kebakaran terjadi di permukiman padat penduduk yang berada di gang sempit.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyikapi maraknya kebakaran melalui Instruksi Gubernur Nomor 65 Tahun 2019 tentang Gerakan Warga Cegah Kebakaran. Tim dari provinsi sampai kelurahan pun terjun ke lapangan untuk mendata kawasan rawan kebakaran yang pemicunya akibat aliran listrik.
Beberapa poin penting dalam instruksi gubernur itu ialah memerintahkan Kepala DPKP DKI Jakarta menyiapkan peta persebaran kelurahan rawan kebakaran di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan data yang telah dikumpulkan dasa wisma dan diperbarui setiap satu tahun sekali.
Sementara di tingkat kelurahan, setiap lurah diperintahkan menentukan kriteria RT rawan kebakaran dan menempelkan stiker RT waspada kebakaran pada kantor sekretariat RT jika terdapat 20 persen atau lebih rumah rawan kebakaran dari semua rumah di RT itu.
Kepala DPKP DKI Jakarta Subejo menyebutkan, instruksi gubernur itu telah berjalan sejak 19 Agustus. Sebagai awal gerakan ”Ayo, Dukung Gerakan Jakarta Cegah Kebakaran”, dipilih lima kelurahan rawan kebakaran sebagai percontohan. Kemudian mengerucut menjadi dua RW per kelurahan.
”Kami sedang mengevaluasi percontohan itu sebelum diperluas ke seluruh kelurahan di DKI Jakarta,” ucap Subejo.
Lima kelurahan percontohan itu ialah Kelurahan Kebon Melati (RW 014 dan 015) Jakarta Pusat, Kelurahan Penjaringan (RW 002 dan RW 005) Jakarta Utara, Kelurahan Cengkareng Barat (RW 009 dan RW 014) Jakarta Barat, Kelurahan Pejaten Timur (RW 007 dan 008) Jakarta Selatan, dan Kelurahan Penggilingan (RW 001 dan 002) Jakarta Timur.
Dasa wisma
Dalam pelaksanaan di lapangan, DPKP dibantu oleh dasa wisma. Dasa wisma merupakan kelompok ibu-ibu yang terdiri atas 10-20 keluarga yang bertetangga untuk mempermudah berjalannya program pemerintah.
Adapun jumlah dasa wisma di DKI sebanyak 70.902 orang. Mereka turut berperan mendata, menggerakkan, dan menyampaikan informasi mengenai kebijakan pemerintah.
”DPKP sosialisasi ke dasa wisma terkait teknis pemeriksaan instalasi listrik dan penggunaan listrik maupun gas di rumah-rumah warga,” kata Kepala Seksi Publikasi dan Pemberdayaan Masyarakat DPKP DKI Jakarta Saepuloh.
Penyebab kebakaran di DKI didominasi oleh masalah instalasi listrik. Kata Saepuloh, petugas DPKP dan dasa wisma harus memastikan instalasi listrik di rumah warga aman. Setiap anggota dasa wisma bertugas memeriksa 10-20 rumah yang ada di lingkungan masing-masing.
Saepuloh memastikan bahwa program percontohan akan meluas ke semua kelurahan di DKI. Dari setiap kelurahan akan dipilih lagi dua RW sebagai percontohan.
”Perluasan dimulai bulan Oktober. Dasa wisma akan memeriksa ke rumah-rumah seiring perluasan. Nanti akan dievaluasi sebelum berlaku di seluruh RW,” ujarnya.