Unjuk Rasa Berlanjut Besok dengan Jumlah Massa Lebih Besar
›
Unjuk Rasa Berlanjut Besok...
Iklan
Unjuk Rasa Berlanjut Besok dengan Jumlah Massa Lebih Besar
Unjuk rasa di Kompleks Parlemen, Jakarta, berakhir Senin (23/9/2010) malam, dan akan dilanjutkan besok. Sementara melalui situs Kitabisa!, simpati pada mahasiswa terus berkembang, donasi untuk unjuk rasa terus bertambah.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Unjuk rasa mahasiswa di gerbang Kompleks Parlemen, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, yang berlangsung sejak pagi, berakhir sekitar pukul 21.40 WIB, Senin (23/9/2019). Pemimpin mahasiwa kemudian memberi dua opsi kepada peserta aksi: menginap di DPR atau kembali ke kampus masing-masing. Besok (24/9/2019), mereka berjanji akan kembali berunjuk rasa dengan massa lebih besar.
Presiden Mahasiswa Universitas Trisakti Dinno Ardiansyah menyatakan, dua opsi itu disampaikan agar semangat perjuangan mahasiswa tidak padam. Sebab, sebagian massa kecewa karena tidak ada hasil dari unjuk rasa yang telah dilangsungkan beberapa hari terakhir. Karena itu, mereka dipersilakan tetap menetap di DPR sembari menunggu kedatangan mahasiwa dari daerah.
”Bagi yang menginap, saya sarankan jangan anarkistis dan jangan bentrok dengan polisi. Polisi bukan musuh. Musuh kita adalah pemerintah dan DPR yang zalim kepada rakyat,” kata Dinno, Senin malam.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia Manik Marganamahendra menambahkan, mahasiswa yang bertahan di DPR diminta tetap menggunakan jaket almamater. Ini agar polisi dapat membedakan antara mahasiswa dan provokator.
Saat bertemu perwakilan DPR pada Senin sore, pemimpin mahasiswa melayangkan mosi tidak percaya kepada DPR. Oleh karena itu, pintu audiensi sudah tertutup.
Menduduki DPR
Dalam dinamika diskusi antarpemimpin mahasiswa muncul opsi untuk menduduki DPR. Menurut Manik, opsi ini belum final dan akan didiskusikan besok.
Menurut dia, sudah banyak mahasiswa dari daerah yang menyatakan akan bergabung dalam unjuk rasa di depan Kompleks Parlemen, besok, antara lain dari Bandung, Lampung, dan Bali.
Besok, mereka akan berkumpul lagi di gerbang Kompleks Parlemen pukul 10.00. Dengan tambahan mahasiswa dari daerah, bisa dipastikan jumlah massa akan lebih besar.
Ketua BEM Universitas Udayana, Bali, Javents Lumbantobing menyatakan, sebanyak 50 mahasiswa sedang bergerak ke Jakarta. Saat berita ini ditulis, dua bus yang mengangkut mahasiswa itu sudah sampai di Malang, Jawa Timur.
Mereka berangkat dengan biaya sendiri. Masing-masing merogoh kocek Rp 500.000. Rektorat tidak mendukung aksi mereka. Hanya saja, ada sejumlah dosen muda yang bersimpati.
”Kami ingin membuktikan bahwa Bali tidak diam. Revisi Undang-Undang KPK dan sejumlah undang-undang bermasalah lain disahkan di pusat. Oleh sebab itu, kami turut berjuang di sini,” katanya.
Protes mahasiswa muncul seiring bergulirnya wacana revisi Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi yang digagas DPR. Eskalasi gerakan meningkat setelah pemerintah dan DPR mengesahkan revisi undang-undang komisi antirasuah itu.
Dalam kajian BEM UI dan Trisakti, revisi UU KPK bakal melemahkan agenda pemberantasan korupsi di Indonesia. Ini membuat agenda pemberantasan korupsi sebagai salah satu agenda reformasi terancam. Inilah yang mendasari tuntutan mereka kepada pemerintah agar menuntaskan agenda reformasi, bukan mengebiri.
Selain itu, RUU Pemasyarakatan juga mereka tolak karena memberikan kemudahan kepada narapidana kejahatan luar biasa, termasuk korupsi. RUU Pemasyarakatan, menurut rencana, disahkan besok.
Sejumlah pasal dalam Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP) juga berpotensi mengkriminalisasi rakyat. Hal lain, mereka menolak RUU Minerba dan RUU Pertanahan.
Dengan telah dihentikannya unjuk rasa malam ini, jumlah massa pengunjuk rasa berangsur-angsur berkurang. Arus lalu lintas di Jalan Gatot Subroto pun kembali dibuka. Namun, tak sedikit mahasiswa yang masih terlihat bertahan. Mereka duduk di trotoar jalan.
Sebelum aksi digelar, dukungan dana dari publik digalang untuk mendukung aksi mahasiswa melalui situs donasi dan penggalangan dana, Kitabisa! Inisiatif dimunculkan oleh seseorang bernama Ananda Wardhana Badudu.
Inisiatif bertajuk ”Dukung Aksi Mahasiswa di Gedung DPR 23-24 Sept” itu hingga Senin (23/9/2019) malam telah mengumpulkan donasi hingga Rp 67.093.198 dari 774 donatur, dan jumlah penyumbang ini terus bertambah.
Jumlah donasi yang terkumpul melampaui target Rp 50 juta. Donasi setiap donatur berkisar Rp 1.000 hingga Rp 300.000.
”Mahasiswa turun ke jalan selamatkan #ReformasiDikorupsi. Kamu bisa berkontribusi lewat donasi dana yang akan digunakan untuk makanan, minuman, dan sound system mobile (mobil/gerobak komando),” petikan kalimat yang tertera dalam upaya penggalangan dana tersebut.
Alasan dari unjuk rasa mahasiswa pun disampaikan, antara lain KPK yang dilemahkan oleh DPR dan Presiden melalui revisi UU KPK yang telah disetujui disahkan menjadi undang-undang. Kemudian, masalah kekerasan di Papua serta kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan yang tak kunjung usai.
Selain itu, tuntutan agar DPR dan pemerintah membatalkan RKUHP, revisi UU Ketenagakerjaan, UU Sumber Daya Air, RUU Pertanahan, RUU Pertambangan Minerba, dan UU MD3. Hal lainnya, tuntutan agar hasil seleksi calon pemimpin KPK dibatalkan.
Mahasiswa pun ditegaskan Ananda telah meyakinkan bahwa unjuk rasa bukan untuk menggulingkan Jokowi dari kursi kepresidenan, tetapi menuntutnya agar kebijakan-kebijakannya sejalan dengan janji-janjinya sendiri.
”Saya hanya seorang warga biasa yang tak berbeda dengan jutaan warga Indonesia lainnya. Tak punya jabatan. Tak punya koneksi pada pembuat keputusan di pemerintahan. Padahal, saya ingin sekali peduli dan ingin berkontribusi,” kata Ananda.
Maka, dia menyatakan tergerak membantu mahasiswa berunjuk rasa dengan mengorganisasi pengumpulan dana lewat Kitabisa.com. Dia sekaligus mengajak semua yang merasa tuntutan mahasiswa sejalan dengan aspirasi pribadi untuk turut membantu.
”Saya sepenuhnya bertanggung jawab atas pengelolaan dan penggunaan dana tersebut. Saya berjanji akan mencatat dan melaporkan semua dana yang digunakan, dan akan menyiarkan laporan itu secara transparan lewat akun medsos pribadi saya (Twitter: @anandabadudu dan Instagram @anandabadudu),” papar Ananda.