Jumlah korban yang meninggal dan luka dalam insiden kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019), terus bertambah. Sebanyak 23 orang tewas dan 72 orang luka-luka.
Oleh
fabio costa
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jumlah korban yang meninggal dan luka dalam insiden kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Senin (23/9/2019), terus bertambah. Sebanyak 23 orang tewas dan 72 orang luka-luka.
Hal itu disampaikan Kepala Polda Papua Inspektur Jenderal Rudolf Albert Rodja saat ditemui di Rumah Sakit Bhayangkara, Kota Jayapura, Selasa (24/9/2019). Rudolf menjenguk empat anggota Brimob yang terluka dalam insiden di Expo Waena, Kota Jayapura, Senin.
Banyak warga meninggal karena terlambat menyelamatkan diri ketika ruko dan rumahnya terbakar.
”Banyak warga meninggal karena terlambat menyelamatkan diri ketika ruko dan rumahnya terbakar,” kata Rudolf.
Rudolf menegaskan telah menangkap tujuh orang terkait dengan aksi di Wamena. ”Saat ini, 500 personel Polri ada di Wamena. Apabila eskalasi keamanan terus meningkat, kami akan menambah jumlah pasukan ke Wamena,” kata Rudolf tegas.
Ia menuturkan, situasi keamanan di Wamena kini telah kondusif. Namun, setelah insiden itu, ribuan warga yang mengungsi ke sejumlah lokasi yang dinilai aman seperti Markas Polres Jayawijaya, Kodim 1702/Jayawijaya, dan sejumlah gereja.
”Saya mengimbau warga agar tak mudah terprovokasi. Isu rasis di SMA PGRI Wamena dipastikan kabar bohong. Kami sudah meminta keterangan dari guru di sekolah tersebut,” ujarnya.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal memaparkan, 17 warga meninggal berdasarkan pendataan terakhir hingga Senin malam. Enam korban didata pada Selasa pagi.
”Warga terluka juga akan menjadi perhatian. Menurut rencana, 32 warga dari total 63 warga yang terluka akan dievakuasi ke Kota Jayapura untuk mendapatkan perawatan medis yang lebih memadai,” kata Ahmad.
Sebelumnya, massa mendatangi sejumlah sekolah dan meminta para pelajar berhenti mengikuti kegiatan belajar. Massa membakar kantor Bupati Jayawijaya, sejumlah pertokoan, dan ratusan rumah warga.
Yudhi (40), warga yang mengungsi setelah kejadian itu, berharap bantuan dari pemerintah dan berbagai pihak untuk memenuhi kebutuhan makanan, tenda, selimut, air bersih, dan obat-obatan. ”Saat ini, warga hanya tidur di ruang terbuka milik Kodim dan Polres Jayawijaya. Semua pusat perbelanjaan, kios, hingga apotek ditutup pemiliknya,” ungkap Yudhi.