Kualitas Udara Memburuk, Pelajar Diliburkan di Tiga Kabupaten di Sumut
›
Kualitas Udara Memburuk,...
Iklan
Kualitas Udara Memburuk, Pelajar Diliburkan di Tiga Kabupaten di Sumut
Sekolah tingkat SD, TK, dan Paud diliburkan di Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Padang Lawas Utara, dan Labuhan Batu Selatan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS – Sekolah tingkat SD, TK, dan Paud diliburkan di Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Padang Lawas Utara, dan Labuhan Batu Selatan. Keputusan itu diambil karena kabut asap kian pekat dan kualitas udara sudah masuk kategori berbahaya. Masyarakat di Sumatera Utara pun diminta mengurangi aktivitas di luar ruangan dan memakai masker jika harus keluar.
“Sekolah SD, TK, dan Paud di tiga kabupaten/kota diliburkan selama tiga hari ke depan. Nanti kita pantau lagi perkembangan di daerah lain,” kata Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah di Bandara Kualanamu, Kabupaten Deli Serdang, Selasa (24/9/2019).
Musa mengatakan, Pemerintah Provinsi Sumut bersama pemerintah kabupaten/kota di Sumut masih terus memantau kualitas udara di daerah-daerah. Mereka pun mempertimbangkan apakah daerah lainnya perlu untuk diliburkan. Tiga daerah yang diliburkan merupakan daerah yang dekat dengan Riau sehingga kabut asap di sana cukup mengganggu aktivitas masyarakat.
Kualitas udara di Medan terus memburuk karena asap dari kebakaran hutan dan lahan di Riau dan Sumut. ISPU di Kota Medan memburuk dibanding satu pekan terakhir yang sudah masuk kategori sangat tidak sehat, kata Mariduk
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Sumut Mariduk Sitorus mengatakan, kualitas udara di Sumut terus menurun dalam beberapa hari belakangan ini. Berdasarkan pengukuran di Medan, indeks standar pencemar udara (ISPU) di daerah tesebut sudah masuk kategori berbahaya, level kualitas udara paling buruk, sejak Senin (23/9/2019).
“Kualitas udara di Medan terus memburuk karena asap dari kebakaran hutan dan lahan di Riau dan Sumut. ISPU di Kota Medan memburuk dibanding satu pekan terakhir yang sudah masuk kategori sangat tidak sehat,” katanya.
Martahi Samosir (40), warga Medan, mengatakan, kualitas udara di Kota Medan sudah sangat mengganggu kesehatan. Ia dan beberapa anggota keluarganya pun menderita batuk dalam beberapa hari ini. “Namun, anak saya tetap sekolah karena memang tidak diliburkan. Saya minta anak memakai masker dan tidak bermain di luar kelas,” katanya.
Silangit beroperasi
Sementara itu, Bandara Silangit mulai melayani penerbangan lagi setelah jarak pandang mencapai 3.000 meter lebih pada Selasa (24/9) siang. Bandara itu pada Minggu dan Senin membatalkan semua penerbangan karena jarak pandang yang hanya berkisar 1.000 meter - 2.000 meter, jauh di bawah jarak pandang aman di bandara itu yakni minimal 3.000 meter.
Namun, anak saya tetap sekolah karena memang tidak diliburkan. Saya minta anak memakai masker dan tidak bermain di luar kelas, kata Martahi
Pelaksana Tugas Manajer Bandara Silangit Servis Sitorus mengatakan, pada Selasa pagi, jarak pandang di bandara tersebut masih di bawah 3.000 meter. “Jarak pandang meningkat pada siang hari sehingga pesawat yang terbang dari Jakarta bisa mendarat,” katanya.
Prakirawan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah I Medan Budi Rasetyo mengatakan, Sumut sangat terdampak asap dari kebakaran hutan dan lahan di Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Hal itu karena angin berhembus dari arah tenggara dan selatan ke arah utara. Selama September ini, jarak pandang di Sumut hanya berkisar 1-5 kilometer.