Sejak awal 2019, pemerintah fokus mengembangkan sebagian dari 10 Bali Baru untuk menjadi destinasi wisata superprioritas. Ada empat daerah yang ditetapkan sebagai tujuan wisata superprioritas sejak akhir tahun 2018, yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo.
Selain akses yang lancar, wilayah di empat obyek wisata tersebut juga sudah memiliki lembaga pengelola kawasan, baik berbentuk Kawasan Ekonomi Khusus ataupun Badan Otorita Pariwisata. Lembaga ini sangat bermanfaat dalam fungsi manajemen dan koordinasi yang melibatkan banyak pemangku kepentingan.
Tujuannya jelas, target kunjungan wisatawan asing sebanyak 20 juta orang dapat tercapai. Saat ini, pemerintah menambah satu lagi destinasi wisata superprioritas. Pada pertengahan Juli 2019, calon KEK Likupang di Minahasa Utara, Sulawesi Utara, ditetapkan sebagai destinasi wisata superprioritas.
Penambahan destinasi superprioritas ini bukan berasal dari kategori 10 Bali Baru lainnya, melainkan dari kategori lima destinasi pariwisata unggulan. Likupang sebelumnya satu kelompok dengan obyek wisata Tanjung Gunung, Bangka; Sungai Liat, Bangka; Sukabumi, Jawa Barat; dan Pangandaran, Jabar.
Meskipun demikian, destinasi wisata Likupang dinilai memiliki banyak kelebihan sehingga dinaikkan statusnya sebagai destinasi superprioritas setingkat dengan 10 Bali Baru. Salah satu faktor penyebabnya adalah komitmen pemerintah daerah dalam melakukan percepatan untuk menjadi daerah wisata.
Likupang siap menjadi calon KEK pariwisata dengan mempersiapkan lahan yang direncanakan seluas 800 hektar dan investasi Rp 7,1 triliun. Dokumen persyaratan sudah diajukan ke Dewan Nasional KEK sehingga tinggal menunggu keputusan untuk menjadi daerah otonomi pariwisata. Hal ini mendorong Likupang akhirnya tampil untuk bersanding dalam pemasaran pariwisata prioritas di Indonesia.
Daya dukung pariwisata
Menurut data Sulawesi Utara Dalam Angka 2018, jumlah turis asing yang berkunjung ke provinsi ini terus naik. Pada 2004-2018, jumlah kunjungan turis rata-rata hampir 32.000 orang per tahun. Angka ini bertambah sekitar 20 persen atau 7.500 orang setahun.
Sebelum tahun 2015, jumlah kunjungan rata-rata per tahun masih kurang dari 20.000 orang, tetapi sejak 2016 bertambah hingga lebih dari 40.000 orang. Angka ini merangkak naik sehingga pada 2018 jumlah kedatangan turis asing mencapai 122.000 orang.
Angka kunjungan yang mencapai ratusan ribu orang ini mengalahkan angka kunjungan turis di Nusa Tenggara Timur yang rata-rata 90.000 orang. Padahal, wilayah NTT merupakan salah satu destinasi pariwisata prioritas nasional dari 10 Bali Baru. Oleh sebab itu, wajar jika Likupang yang mewakili Sulawesi Utara naik ke level yang sepadan dengan NTT dan destinasi wisata prioritas lainnya.
Kenaikan status wisata dari kategori unggulan menjadi skala superprioritas bukan hambatan bagi Sulut. Salah satunya adalah ketersediaan sejumlah prasarana pariwisata yang mendukung di wilayah ini.
Bandara Sam Ratulangi di Manado, misalnya, merupakan bandara kelas internasional yang langsung terhubung dengan sejumlah penerbangan domestik dan internasional. Bandara ini merupakan pintu gerbang yang bisa menerima kedatangan turis langsung dari negara asalnya.
Demikian pula kualitas akomodasi di wilayah ini. Sejumlah hotel dari berbagai kelas tersedia dengan berbagai tingkatan kenyamanan memadai. Restoran yang menyajikan berbagai jenis masakan dari yang tradisional hingga internasional tersedia lengkap di Manado.
Pada 2010-2018, pemasukan sektor akomodasi ini naik rata-rata 8,39 persen atau Rp 115 miliar setahun sehingga pada tahun 2018 jumlah PDRB sektor itu hampir menyentuh Rp 2 triliun. Tren pertumbuhan nilai akomodasi tersebut menempati peringkat ketiga dari seluruh sektor ekonomi di Sulut.
Posisi perkembangannya berada di belakang sektor pengadaan listrik dan gas serta sektor informasi dan komunikasi. Hal ini menandakan sektor pariwisata mengalami perkembangan yang relatif cepat karena berlangsung seiring dengan kemajuan sektor-sektor penunjang bisnis waktu luang (leisure), seperti listrik dan komunikasi.
Selain itu, hal itu juga ditopang pertumbuhan sektor pendukung lainnya yang juga tinggi, yakni transportasi, perdagangan, jasa keuangan perbankan, serta konstruksi dengan kenaikan nilai tambah masing-masing sekitar 7 persen per tahun. Hal ini mengindikasikan sektor pariwisata berkembang di tengah iklim yang mendukung di Sulut.
Posisi Likupang yang berada di tepi laut membuat akses pariwisata terutama yang berhubungan dengan wisata air menjadi lebih mudah. Wisata bahari, snorkeling, menyelam, ataupun mengunjungi pulau-pulau wisata, seperti di Lembeh, Bangka, Talisei, dan Taman Nasional Bunaken, dapat diakses dari Likupang.
Dengan adanya rencana Kawasan Ekonomi Khusus Likupang, diharapkan pariwisata di wilayah Sulut meningkat. Bisnis pariwisata yang berada di luar wilayah Likupang, seperti Danau Tondano, Selat Lembeh, Tomohon, Taman Nasional Tangkoko, dan obyek wisata lainnya dapat turut diakselerasi.
Berdasarkan data BPS, kontribusi sektor akomodasi pariwisata bagi PDRB Minahasa Utara tercatat masih kecil. Pada 2014-2018, kontribusi sektor akomodasi baru berkisar 1 persen. Nilai sumbangan sektor akomodasi hotel dan restoran rata-rata mencapai Rp 83 miliar dari seluruh PDRB Minahasa Utara yang sekitar Rp 7,8 triliun.
Meskipun nominal kontribusinya kecil, sektor akomodasi wisata memiliki tren pertumbuhan sangat baik. Setiap tahun, sektor wisata naik 8,8 persen per tahun. Kenaikan ini berada dalam jajaran lima besar pertumbuhan ekonomi di Minahasa Utara. Posisinya berada setelah kenaikan sektor pengadaan listrik, konstruksi, jasa keuangan, dan real estate.
Dengan tren perkembangan yang tinggi, terbuka peluang lebar bagi kabupaten ini untuk tampil menonjol di Indonesia. Apalagi, di wilayah Minahasa Utara, perkembangan kegiatan non-pariwisata relatif kecil. Sektor pertanian dan industrialisasi, misalnya, mengalami pertumbuhan ekonomi relatif rendah rata-rata kurang dari 6 persen setahun.
Hal ini menyiratkan perkembangan usaha ekstraktif pertanian secara luas dan industri pengolahan relatif tidak progresif. Hanya sektor pertambangan yang masih tinggi, yakni sekitar 8 persen per tahun. Artinya, masih ada kegiatan pertambangan yang masif di wilayah Minahasa Utara.
Perlu ada kendali dari pemerintah agar kegiatan pertambangan tidak bersinggungan dengan pariwisata. Dengan segala kesiapan Likupang sebagai wilayah destinasi prioritas wisata di Indonesia, bukan mustahil upaya untuk menjaring wisatawan asing menjadi lebih mudah. (Litbang Kompas)