Aliansi partai-partai Arab atau Joint List mendukung pemimpin blok tengah-kiri, Benny Gantz, yang menantang pemimpin aliansi kanan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dalam membentuk pemerintahan baru di Israel.
Oleh
Kris Razianto Mada
·2 menit baca
JERUSALEM, SENIN — Aliansi partai-partai Arab atau Joint List mendukung pemimpin blok tengah-kiri, Benny Gantz, yang menantang pemimpin aliansi kanan, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dalam membentuk pemerintahan baru di Israel. Berkat dukungan mereka, Presiden Reuven Rivlin bisa saja meminta Gantz membentuk pemerintahan.
Meski demikian, ketua fraksi koalisi partai Arab, Ahmad Tibi, dalam surat kepada Rivlin, mengungkapkan bahwa tiga anggota parlemen dari Joint List memutuskan tidak mendukung siapa pun.
”Saya ingin menyampaikan bahwa tiga anggota Knesset (parlemen Israel) dari Balad meminta saya sebagai ketua fraksi untuk menyatakan bahwa dukungan koalisi kepada Gantz tidak termasuk (dari) mereka. Dengan demikian, dukungan hanya dari 10 anggota, bukan 13,” kata Tibi.
Media Israel, Haaretz dan Times of Israel, mengungkap surat itu Senin (23/9/2019), beberapa jam setelah pemimpin Joint List, Ayman Odeh, mengumumkan dukungan kepada Gantz.
”Benny Gantz bukan pilihan kami. Namun, kami berjanji kepada konstituen untuk melakukan apa pun demi menjungkalkan Netanyahu, dan pilihan yang tersedia adalah merekomendasikan Benny Gantz,” kata Tibi.
Pengumuman Odeh menjadi modal penting bagi Gantz merebut kursi perdana menteri. Koalisi partai-partai Arab meraih total 13 dari 120 kursi parlemen. Gerakan Biru-Putih pimpinan Gantz meraih 33 kursi. Dengan dukungan dari partai Arab, Gantz sudah memastikan mendapat dukungan 43 anggota parlemen.
Adapun rivalnya, Netanyahu, hanya punya 31 kursi lewat partai Likud yang dipimpinnya. Akumulasi kursi koalisi yang dibentuk Netanyahu hanya mencapai total 55 kursi.
Dibutuhkan dukungan minimal 61 dari 120 kursi untuk membentuk pemerintahan. Jika tak ada satu pihak pun yang mengumpulkan dukungan minimal itu, Presiden Rivlin memulai konsultasi dengan para pemimpin partai sebelum menunjuk seseorang agar membentuk pemerintah.
Rivlin menyatakan, Israel membutuhkan pemerintahan yang stabil. ”Tak ada pemerintahan stabil tanpa (koalisi) dua partai besar,” ujarnya. Minggu kemarin, sebagai isyarat dukungannya agar Gantz dan Netanyahu bersatu.
Netanyahu sudah menawarkan kepada Gantz agar bergabung. Walakin, Gantz menolak. Gantz menyatakan tidak mau bergabung dengan pemerintahan yang dipimpin orang yang tengah diselidiki dalam kasus korupsi. Netanyahu memang sedang dirundung masalah korupsi.
Gantz belum mengeluarkan komentar terkait dukungan dari koalisi partai Arab. Partai- partai Arab dan warga Arab di Israel sebenarnya marah kepada Gantz. Sebab, Gantz menjadi panglima kala Israel menyerbu Gaza pada 2014. Namun, kemarahan kepada Netanyahu lebih besar.
”Jika partai kiri tengah percaya warga Arab punya tempat di negara ini, mereka harus menerima bahwa kami punya tempat di kancah politiknya. Tak ada masa depan bersama tanpa partisipasi seutuhnya warga Arab Palestina,” tulis Odeh dalam opini yang dimuat The New York Times. (AP/REUTERS)