Setahun sudah Greta Thunberg, remaja aktivis iklim dari Swedia, menggelar protes di jalanan. Pilihan remaja berusia 16 tahun itu untuk tidak masuk sekolah, tetapi menggelar demonstrasi perubahan iklim atau Skolstrejk for Klimatet, kini melahirkan gerakan global ”FutureforFridays” yang melibatkan anak muda di seluruh dunia.
Greta, yang memiliki sindrom asperger itu, biasanya hanya bicara sedikit jika diwawancara media. Sering kali ia memberikan kesempatan kepada anak aktivis lain berbicara sehingga lebih banyak aspirasi yang tersuarakan.
Kini, Pertemuan Puncak Aksi untuk Iklim dalam rangkaian Sidang Majelis Umum PBB, Senin (23/9/2019), jadi panggung besar bagi Greta menyampaikan pesan langsung kepada para pemimpin dunia.
Di forum itu, ia memaki baju merah rubi. Dalam pidatonya sekitar 4 menit 30 detik, Greta menyampaikan pidatonya yang emosional. Ia menunjuk hidung para pemimpin dunia yang dinilainya mengkhianati generasi muda dalam merespons perubahan iklim.
Greta memulai pidatonya dengan mengatakan, ”Pesan saya adalah kami akan mengawasi kalian.” Beberapa audiens tertawa. Namun, setelah itu sangatlah jelas bahwa ia tidak sedang berkelakar di forum internasional tersebut.
”Semua ini salah,” ujar Greta yang mulai terlihat kesal. ”Saya seharusnya tak berada di sini. Saya harusnya kembali ke sekolah di sisi lain samudra.”
”Akan tetapi, kalian datang kepada kami anak-anak muda memberikan harapan. Beraninya kalian!” ucap Greta dengan nada meninggi.
”Kalian mencuri mimpiku dan masa kecilku dengan omong kosong kalian, tetapi aku salah satu yang beruntung. Orang-orang menderita, mereka sekarat, ekosistem hancur.”
”Kita di awal kepunahan massal, dan yang kamu semua bicarakan hanya uang dan dongeng pertumbuhan ekonomi abadi. Beraninya kalian!”
Greta mengatakan, selama lebih dari 30 tahun, ilmu pengetahuan telah memberikan informasi yang jelas tentang perubahan iklim. Para pemimpin dunia mengklaim sudah banyak berbuat, padahal jalan keluar yang diperlukan belum terlihat.
Ia juga menyampaikan bahwa suara anak muda telah didengar, dan urgensi persoalan yang ada sudah dipahami.
”Tetapi, betapa pun saya marah dan sedih, saya tidak akan percaya itu karena jika kalian memahami situasinya dan tetap tidak bertindak, kalian kejam, itu sebabnya saya tidak akan percaya.”
Menurut Greta, target menurunkan kadar emisi 50 persen pada tahun 2030 hanya memberikan kesempatan 50 persen pula bagi planet ini untuk terhindar dari kenaikan suhu global 1,5 derajat celsius. ”Penurunan 50 persen risiko tak dapat kami terima.”
”Kalian gagal. Tapi, anak muda mulai mengerti pengkhianatanmu.... Jika kalian memilih mengecewakan kami, kami tidak akan pernah memaafkanmu.”(AFP/ADH)