Gerakan mahasiswa pada hari-hari sebelumnya merembet pada aksi yang dilakukan pelajar setingkat sekolah menengah atas. Belum jelas motif dan perjuangan mereka untuk mendekati Gedung DPR.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wadhana Dhany/Aguido Adri/Andy Riza Hidayat
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Polisi membubarkan paksa aksi demonstrasi pelajar sekolah menengah atas di seputaran Stasiun Palmerah, Jakarta, Rabu (25/9/2019). Akibatnya, terjadi kepanikan di tengah lalu lintas yang padat di sekitar Palmerah. Mereka berlari ke jalan-jalan di sekitar kawasan itu untuk mencari perlindungan.
Ratusan pelajar yang masih mengenakan seragam sekolah itu berdemonstrasi di lintasan kereta Stasiun Palmerah. Mereka berencana menuju kompleks parlemen di kawasan Senayan. Namun, sebelum sampai ke lokasi, mereka dihadang aparat kepolisian yang sudah berjaga-jaga dari pagi.
Sebagian besar pelajar itu mengoleskan pasta gigi ke wajah mereka. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi tembakan gas air mata yang ditembakkan aparat. Sebagian mengenakan masker untuk menyaring gas yang pekat itu. Namun, tetap saja, sejumlah pelajar batuk-batuk, matanya memerah, dan berkeringat menahan gas itu.
Ketika ditanya, mereka menjawab agar tidak perih terkena gas air mata. Terkait tujuan mereka demonstrasi, tidak ada jawaban yang jelas keluar dari mulut mereka. Beberapa pelajar mengaku diajak melalui media sosial untuk berkumpul di kawasan parlemen.
”Diajak untuk ramai-ramai ke sini,” ucap pelajar yang enggan disebutkan namanya. Ketika ditanya aspirasi yang akan disampaikan, pelajar bungkam. Mereka memilih menghindar dan berkumpul bersama teman-teman.
”Beraksi seperti teman-teman kemarin,” ucap pelajar lain. Pelajar terkonsentrasi di palang pintu lintasan kereta Stasiun Palmerah. Sudah tiga kali polisi berupaya membubarkan pelajar di tengah padatnya situasi lalu lintas.
Ketika Kompas menanyakan asal sekolah mereka, sebagian menolak menjawabnya. Menurut mereka, nama sekolah itu sensitif, tidak boleh sembarangan dikasih tahu ke orang lain. Berdasarkan pengamatan Kompas, sebagian pelajar datang dari arah Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, menuju Jakarta.
Mereka berangkat menggunakan truk terbuka dengan atribut seragam sekolah dan membawa bendera merah putih. Beberapa dari mereka mengenakan topi dengan tulisan salah satu SMK di Jakarta.
M Nurdiansyah, Koordinator Pusat Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia, menegaskan, narasi mahasiswa meneruskan perjuangan reformasi. Perjuangan mahasiswa juga tidak ada agenda untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah saat ini. Nurdiansyah menyayangkan aksi pelajar di sekitar Palmerah. Aksi mereka itu tidak ada kaitannya dengan aksi mahasiswa hari Selasa (24/9/2019). ”Sama sekali tidak ada kaitannya,” kata M Nurdiansyah saat berada di Studio Kompas TV, Rabu sore.