B Josie Susilo Hardianto dan FX Laksana Agung Saputra dari New York, AS
·3 menit baca
Sekjen PBB Antonio Guterres mengingatkan para pemimpin dunia tentang persoalan dunia yang semakin berat. Ia mengajak mereka bekerja sama mengatasi persoalan itu.
NEW YORK, KOMPAS— Tantangan global makin berat. Sejumlah persoalan, mulai dari geopolitik, ekonomi, perubahan teknologi, hingga lingkungan, makin pelik. Kebersamaan dan saling pengertian seluruh pemangku kepentingan, terutama para pemimpin dunia, guna melakukan tindakan-tindakan kolektif sebagai prasyarat mengatasinya, justru dalam kondisi darurat.
Berbagai persoalan mutakhir di berbagai belahan bumi itu dipaparkan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam pidato pembuka sidang Majelis Umum PBB di Markas Besar PBB, New York, AS, Selasa
(24/9/2019). Ia mendesak para pemimpin dunia memajukan kebajikan bersama serta menegakkan nilai-nilai kemanusiaan dan kerja sama.
”Dan karena masyarakat masih percaya kepada PBB, kita, para pemimpin, harus mewujudkannya,” kata Guterres di depan pemimpin dunia yang hadir, termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla, pemimpin delegasi Indonesia dalam sidang PBB.
Guterres mencatat ada perkembangan positif saat ini, seperti pemilu yang berlangsung damai di Madagaskar serta berkembangnya dialog politik di Sudan serta Suriah. Namun, di sisi lain, muncul ancaman, seperti perlombaan senjata baru; berlarutnya konflik di Yaman, Libya, dan Afghanistan; serta ancaman pada solusi dua-negara di Palestina dan ancaman konflik bersenjata di Teluk.
”Kita perlu bergabung dalam upaya mencari solusi atas kesulitan yang tak terhitung dari konflik kekerasan, terorisme, bencana alam, perdagangan narkoba dan seks, buta huruf, dan sebagainya yang diderita jutaan orang di seluruh dunia,” kata Tijjani Muhammad-Bande, diplomat senior Nigeria yang terpilih jadi Presiden Majelis Umum dalam pidatonya.
Pidato Trump
Pada hari pertama debat umum, sejumlah pemimpin dunia mendapat kesempatan berbicara. Setelah Guterres, Presiden Brasil Jair Bolsonaro dan Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato. Dalam pidato sepanjang 36 menit, Trump menegaskan, setiap negara harus menempatkan kepentingan nasionalnya sebagai prioritas. Melalui cara inilah, kata dia, dunia akan damai.
”Masa depan milik para patriotik, bukan globalis,” kata Trump, yang juga menyoroti isu perang dagang dengan China dan mengecam Iran yang dinilainya sebagai salah satu ”ancaman keamanan terbesar yang dihadapi negara-negara yang cinta damai”. Presiden Iran Hassan Rouhani dijadwalkan berpidato, Rabu waktu AS.
Terkait pidato Trump, menjawab pertanyaan wartawan di sela acara, Wapres Jusuf Kalla menyatakan, tak ada hal baru dari pidato Trump. Poin- poin yang disampaikan selama ini banyak disampaikan di berbagai kesempatan. Sikap politik itu, menurut Kalla, tak akan banyak berpengaruh terhadap hubungan bilateral dengan Indonesia.
”Hubungan kita dengan Amerika Serikat lebih banyak soal investasi. Masalah politik biasa-biasa saja meski ada pengaruhnya, misalnya di (kebijakan AS) di Laut China Selatan,” kata Kalla, yang hadir didampingi Menlu Retno LP Marsudi serta Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Kalla dijadwalkan berpidato pada Jumat mendatang.
Di sela-sela sesi debat umum, Menlu Retno juga menggelar sejumlah pertemuan bilateral, di antaranya dengan Romania, Kepulauan Solomon, Guatemala, dan Estonia. Sehari sebelumnya, Retno juga menggelar pertemuan bilateral dengan mitranya dari Etiopia, Sudan Selatan, dan Pantai Gading.
Dalam pertemuan-pertemuan itu, selain membicarakan sejumlah isu hangat, Retno membahas berbagai peluang kerja sama ekonomi, antara lain pengembangan kerja sama Indonesia-Amerika Latin-Karibia.