Pengembangan ilmu agama bisa dilakukan melalui kerja sama antar bangsa. Hal ini yang sedang digagas Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dengan pusat pusat kajian di Roma, Italia.
Oleh
Mohammad Bakir dari Roma, Italia
·4 menit baca
VATIKAN, KOMPAS – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama membangun poros kerja sama dengan Pontifical Institute of Arabic and Islamic Studies (Pisai) Roma, Italia. Kerja sama ini dibuat dalam bidang pengembangan keilmuan Islam. Kedua pihak memiliki jejak yang berbeda dalam pengembanan ilmu pengetahuan dunia Islam.
Penjajakan kerja sama ini dibicarakan dalam pertemuan yang dihadiri Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf dengan Pimpinan Pisai di Roma, Rabu (25/9/2019) sore waktu setempat. Kerja sama akan itu dibuat untuk memperkaya khasanah Islam dari perspektif berbeda yang dikembangan Pisai. "Kami mengkaji Islam dari sumber asli berbahasa Arab dan dari perspektif kami sebagai orang Katolik," ujar Diego Sarrio Cucarella, Direktur Pisai kepada Cholil Staquf.
Menurut Cucarella, Pisai memiliki sekitar 40.000 buku yang sebagian besar dikenal di Indonesia dengan kitab kuning. Pisai juga berlangganan 900 jurnal dan 250 manuskrip tentang Islam dari berbagai sumber. "Kami membuka diri untuk bekerja sama soal keilmuan Islam. Saya sendiri pernah ke Bali untuk menghadiri undangan diskusi soal agama dan demokrasi," ujarnya.
Di Pisai, semua mahasiswanya diwajibkan menguasai Bahasa Arab seperti nahwu. "Kami sengaja mengkaji Islam dari bahasa aslinya untuk mengetahui kesamaan yang mungkin bisa dikembangkan bersama," kata Diego Sarrio Cucarella.
Menanggapi itu, Yahya mengatakan, NU juga sedang mengkaji ulang pemikiran keagamaan yang sebagian besar hasil pemikiran abad pertengahan. Langkah ini dilakukan agar Islam tetap relevan dengan kehidupan modern. "Kami sadar, upaya ini tidak mudah. Di dalam tubuh NU sendiri, kami masih terus berdiskusi. Tetapi, kamis harus terus melangkah," katanya.
Pihak Pisai membuka diri jika ada warga NU yang ingin belajar di sana. "Kami senang jika ada warga NU mau belajar di sini. Syaratnya, harus bisa Bahasa Arab. Untuk jurnal atau menulis karya ilmiah kita menggunakan bahasa Italia dan Inggris. Tetapi, seluruh mahasiswa di sini harus fasih berbahasa Arab," katanya.
Romo Marcus Solo yang mendampingi Cacurella menambahkan, NU sudah mengembangkan apa yang dikenal dengan Islam Nusantara. Nusantara adalah sebutan lain untuk Indonesia. "Itu Islam yang berkembang dan dikembangkan oleh umat Islam yang hidup dan ada di Nusantara. Jika kami melihat Islam dari perspektif Katolik, dan NU dari perspektif Nusantara, mungkin ada sesuatu yang bisa dikembangkan dalam kajian keilmuan ke depan," katanya.
Yahya menambahkan, kerja sama keilmuan dengan Pisai bisa dilakukan sejauh masing2 pihak menghormati hasil kajian masing2. "Menarik misalnya, adakah hasil kajian Pisai terkait soal hubungan agama dan negara dalam perpektif Islam," katanya.
Sebagai salah satu pusat persoalan kritis, kata Yahya, hubungan agama dan negara harus terus dikaji dan tidak boleh berhenti karena peran dan fungsi negara terus berkembang begitu juga dengan agama. "Kami di Indonesia sudah mencoba meski baru tahap awal. Mungkin, dengan Pisai kita bisa melakukannya lebih intensif," katanya.
Bertemu Paus
Pisai dalam bahasa Indonesia berarti Institut Kepausan untuk Kajian Bahasa Arab Klasik dan Islamologi. Lokasinya tidak jauh dari Vatikan. Yahya Staquf yang datang ke kampus Pisai bersama Uskup Agung Mgr Agustinus Agus dan Pengurus Pusat (PP) Gerakan Pemuda Ansor. Pada hari yang sama, Yahya Staquf bertemu dengan pemimpin Katolik Paus Fransiskus.
“Kepada Paus, saya menyampaikan salam dari Presiden Joko Widodo dan rakyat Indonesia. Saya meminta Paus untuk mendoakan bangsa Indonesia," katanya di Vatikan, usai menghadiri audiensi umum Paus Franciskus, Rabu (25/9/2019).
Selain sebagai Katib Aam PBNU, pimpinan Pondok Pesantren Raudlatul Thalibien Rembang ini juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Pertemuan Staquf bertemu Pemimpin Agama Katolik ini di sela-sela Audiensi Umum di Basilika Saint Petrus. Ia didampingi Mgr Agus dan Sekjen DPP Real Estate Indonesia Paulus Totok Lucida.
Dalam pertemuan dengan Paus, Yahya meminta kesediaan Paus Fransiskus menjadi bagian dari pertemuan pemimpin agama se-dunia itu. “Paus mengapresiasi dan mendoakan bangsa Indonesia. Paus meminta agar kami mengirim surat ke Vatikan untuk kepentingan pertemuan para pemimpin agama se dunia tersebut," katanya.
Seorang pejabat Vatikan melihat keinginan mengundang Paus ke Indonesia itu sangat relevan. Apalagi, sejak tahun 1990-an, Paus belum pernah datang lagi ke negara yang mayoritas beragama Islam ini. Pejabat tersebut mengharapkan Presiden Jokowi bisa melakukan kunjungan kenegaraan dalam lawatannya ke Eropa mendatang. "Paus pasti akan memberikan perhatian khusus jika presiden Jokowi ke sini," katanya.