BI dan Bank Sentral Malaysia Jalin Kerja Sama Bilateral
›
BI dan Bank Sentral Malaysia...
Iklan
BI dan Bank Sentral Malaysia Jalin Kerja Sama Bilateral
Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia sepakati kerja sama pertukaran mata uang lokal, untuk meningkatkan akses likuiditas, dalam sistem pembayaran kedua negara.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia sepakati kerja sama pertukaran mata uang lokal untuk meningkatkan akses likuiditas dalam sistem pembayaran kedua negara. Dengan adanya kesepakatan ini, stabilitas moneter dan keuangan di antara kedua negara diharapkan dapat semakin terjaga
Kesepakatan bilateral tersebut tertuang dalam penandatanganan perjanjian kerja sama yang ditandatangani oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, dan Gubernur Bank Negara Malaysia (BNM) Nor Shamsiah Yunus, di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (27/9/2019).
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima Kompas, kerja sama antara BI dan BNM akan mencakup dua area, yakni perjanjian penukaran bilateral mata uang lokal (local currency bilateral swap agreement/LCBSA) serta nota kesepahaman sistem pembayaran dan inovasi keuangan digital.
LCBSA merupakan perjanjian yang memungkinkan kedua bank sentral, baik BI maupun BNM, mendapatkan valuta asing dari bank sentral lainnya dengan menukarkan mata uang lokal dalam kurs yang berlaku.
Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, dengan adanya kesepakatan LCBSA, BI dan BNM dapat melakukan pertukaran mata uang lokal dengan nilai maksimum 8 miliar ringgit Malaysia atau Rp 28 triliun. Apabila dikonversi dalam dollar Amerika Serikat (AS), jumlahnya sekitar 2 miliar dollar AS.
Kerja sama penukaran ini, lanjut Onny, melengkapi upaya untuk mendukung penggunaan mata uang lokal yang lebih luas untuk memfasilitasi kegiatan ekonomi lintas batas antara Malaysia dan Indonesia. ”Perjanjian tersebut berlaku efektif selama tiga tahun dan dapat diperpanjang,” ujarnya.
Perjanjian ini memungkinkan kedua bank sentral mendapatkan akses likuiditas dalam valuta asing dari satu sama lain ketika dibutuhkan. Mekanisme ini bermanfaat untuk menjaga stabilitas moneter dan keuangan di antara kedua negara.
Berdasarkan data Bank Indonesia, perdagangan Indonesia dan Malaysia yang menggunakan mata uang lokal pada 2018 setara dengan 130 juta dollar AS. Adapun untuk triwulan I-2019, nilai penggunaan mata uang lokal antara Indonesia dan Malaysia sudah setara dengan 50 juta dollar AS.
Selain pertukaran mata uang lokal, BI dan BNM juga menjalin nota kesepahaman yang berisi komitmen di antara kedua bank sentral untuk terus mendorong pembangunan sektor keuangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Sejalan dengan perkembangan kemajuan teknologi dan layanan keuangan, kedua bank sentral sepakat untuk mendukung pengembangan sistem pembayaran dan mendorong inovasi keuangan digital. Untuk itu, BI dan BNM juga akan memperkuat implementasi kebijakan anti-pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme.
Onny mengatakan, nota kesepahaman merupakan landasan pelaksanaan kerja sama kedua negara yang diimplementasikan melalui beberapa bentuk kegiatan, yaitu dialog kebijakan, pertukaran informasi, kolaborasi inovasi, dan pengembangan kapasitas.
”Pertemuan antara BI dan BNM juga membahas perkembangan ekonomi dan keuangan terkini, termasuk di bidang keuangan syariah, pembiayaan sosial, dan pengembangan pasar keuangan,” ujar Onny.
Inisiator
Sebelum kerja sama antara BI dan BNM disepakati, BI telah menjadi inisiator dalam penyusunan panduan ini bersama dua bank sentral lain di Asia Tenggara, yakni Bangko Sentral ng Pilipinas Filipina, dan Bank of Thailand.
Pertemuan antara BI dan BNM juga membahas perkembangan ekonomi dan keuangan terkini, termasuk di bidang keuangan syariah, pembiayaan sosial, dan pengembangan pasar keuangan.
Direktur Departemen Internasional BI Wahyu Pratomo mengatakan, penyusunan panduan perdagangan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) disepakati dalam pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral seluruh ASEAN di Chiang Rai, Thailand, awal April lalu.
LCS memberi pilihan bagi pelaku usaha agar tidak selalu menggunakan mata uang AS dalam melakukan transaksi perdagangan. Dengan penerapan ini, stabilitas ekonomi domestik semakin terjaga dari gejolak nilai tukar di pasar keuangan.