Komnas HAM: Terjadi Kejahatan Kemanusiaan di Wamena
›
Komnas HAM: Terjadi Kejahatan ...
Iklan
Komnas HAM: Terjadi Kejahatan Kemanusiaan di Wamena
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menyatakan terjadinya kejahatan kemanusiaan dalam kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, pada Senin (23/9/2019). Pelaku menyerang dan membunuh warga sipil dan tenaga kemanusiaan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menyatakan terjadinya kejahatan kemanusiaan dalam kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, pada Senin (23/9/2019). Pelaku menyerang dan membunuh warga sipil, tenaga kemanusiaan seperti dokter hingga anak-anak.
Hal ini terungkap dari hasil investigasi yang disampaikan Kepala Perwakilan Komnas HAM Wilayah Papua Frits Ramandey di Jayapura pada Jumat (27/9/2019). Frits mengatakan, Komnas HAM menemukan adanya pembunuhan seorang dokter, intimidasi terhadap tenaga guru dan membakar tubuh tiga pelajar yang tidak mau mengikuti aksi unjuk rasa.
Diketahui sebelumnya dalam kerusuhan di Wamena, ratusan massa dari kalangan oknum pelajar dan warga membakar sebanyak 465 ruko, 150 rumah, 165 motor dan 224 mobil serta truk. Aksi kerusuhan dipicu adanya informasi bohong seorang guru yang berkata rasis terhadap salah satu murid di SMA PGRI Wamena pada 18 September 2019.
"Dari hasil pengecekan fakta-fakta di SMA PGRI Wamena, teryata tidak ada sama sekali ujaran rasis dari guru terhadap salah satu siswa. Info tersebut sengaja dipelintir oknum tertentu untuk memprovokasi massa, " ungkap Frits.
Ia juga menuturkan, dari hasil investigasi Komnas HAM terungkap bahwa aksi unjuk rasa yang berakhir dengan kerusuhan sudah direncanakan sejak tanggal 21 hingga 22 Agustus 2019.
Dari hasil pengecekan fakta-fakta di SMA PGRI Wamena, teryata tidak ada sama sekali ujaran rasis dari guru terhadap salah satu siswa. Info tersebut sengaja dipelintir oknum tertentu untuk memprovokasi massa, ungkap Frits.
Hal ini terbukti dengan adanya bensin yang sudah disiapkan untuk membakar fasilitas publik dan warga yang menolak untuk mengikuti unjuk rasa. "Komnas HAM menilai terjadinya kejahatan kemanusiaan yang sudah direncanakan. Kami mendukung penuh upaya pihak kepolisian untuk menegakkan hukum agar insiden ini tak terulang lagi," tuturnya.
Belum berjalan
Frits menambahkan, pelayanan publik baik sektor ekonomi, pendidikan dan kesehatan belum berjalan hingga saat ini. Sebab, ribuan warga masih merasa trauma dan belum kembali ke rumah.
“Sekitar 9.000 warga yang mengungsi ke Markas Kodim 1702 Jayawijaya, Polres Jayawijaya dan sejumlah gereja. Diperlukan adanya pemulihan dan rekonsiliasi secepatnya untuk mencegah konflik horisontal pasca kerusuhan," tambahnya.
Kapolres Jayawijaya Ajun Komisaris Besar Tonny Ananda mengatakan, situasi keamanan di Wamena telah kondusif. Tidak ada temuan jenazah korban kerusuhan pada Jumat ini.
"Total korban meninggal dunia sebanyak 31 orang dan korban luka 76 orang. Saat ini kami terus berpatroli untuk memastikan keamanan warga terjamin. Total anggota polisi yang disiapkan di Wamena sebanyak 1.300 personil, " tegas Tonny.
Ribuan warga
Dari pantauan Kompas di Pangkalan Udara Silas Papare Jayapura, eksodus warga dari Wamena ke Jayapura terus terjadi hingga Jumat sore.Para warga yang mengungsi berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Total sebanyak 1.096 pengungsi dari Wamena ke Jayapura selama empat hari terakhir.
Total korban meninggal dunia sebanyak 31 orang dan korban luka 76 orang. Saat ini kami terus berpatroli untuk memastikan keamanan warga terjamin. Total anggota polisi yang disiapkan di Wamena sebanyak 1.300 personil, tegas Tonny.
Mereka tampak terharu dan bahagia saat tiba dengan selamat di Jayapura. Komandan Lanud Silas Papare Jayapura Marsekal Pertama Tri Bowo Budi Santoso secara langsung menyambut kedatangan para pengungsi. Desi Aruan (23), salah warga yang mengungsi ke Jayapura mengaku, keluarganya mengalami rasa trauma berat dan memilih kembali ke Medan, Sumatera Utara.
"Banyak toko milik keluarga saya yang dibakar massa saat terjadi kerusuhan. Padahal, mata pencarian kami sehari-hari hanyalah dengan berjualan barang kebutuhan pokok," tutur Desi dengan wajah yang sedih.
Tri mengatakan, para pengungsi yang tiba di Pangkalan Lanud Silas Papare langsung dijemput oleh keluarga dan kerabat di Jayapura.
Sementara bagi pengungsi yang tidak memiliki keluarga dan kerabat di Sentani maupun di Jayapura, maka Lanud Silas Papare Jayapura menyediakan tempat untuk digunakan.
"Kami menyiapkan tempat Gedung Serbaguna Megantara dan bantuan makanan bagi pengungsi yang tidak memiliki kerabat di Jayapura. Total sebanyak 86 orang yang telah berada di sana, " papar Tri.