Ribuan warga meninggalkan Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, seusai insiden kerusuhan, Senin (23/9/2019). Selama empat hari terakhir, sebanyak 1.096 pengungsi dari Wamena tiba di Jayapura.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
SENTANI, KOMPAS — Ribuan warga meninggalkan Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, setelah insiden kerusuhan pada Senin (23/9/2019). Selama empat hari terakhir, sebanyak 1.096 pengungsi dari Wamena tiba di Jayapura.
Dari pantauan Kompas, Jumat (27/9) hingga pukul 14.45 WIT, mayoritas pengungsi dari Wamena yang tiba di Pangkalan Udara Silas Papare, Jayapura, adalah warga yang menderita sakit berat, wanita, dan anak-anak.
Sejak Selasa (24/9), ribuan warga diungsikan dari Wamena dengan pesawat Hercules 1320 milik TNI Angkatan Udara. Pesawat ini juga yang digunakan TNI Angkatan Udara membawa bantuan bagi pengungsi pascakerusuhan di Wamena.
Desi Aruan (23), salah warga yang mengungsi ke Jayapura pada Jumat, mengatakan, keluarganya mengalami trauma berat dan memilih kembali ke Medan, Sumatera Utara. ”Banyak toko milik keluarga saya yang dibakar massa saat kerusuhan. Padahal, mata pencarian kami sehari-hari hanyalah dengan berjualan barang kebutuhan pokok,” tutur Desi dengan wajah sedih.
Ia mengaku akan kembali ke Wamena apabila ada jaminan keamanan dari aparat kepolisian dan TNI agar warga dapat kembali beraktivitas.
Komandan Pangkalan Udara Silas Papare, Jayapura, Marsekal Pertama Tri Bowo Budi Santoso mengatakan, ratusan pengungsi yang tiba di Pangkalan Udara Silas Papare langsung dijemput keluarga dan kerabat di Jayapura. Sementara bagi yang tidak memiliki keluarga dan kerabat di Sentani ataupun Jayapura, pihak Lanud Silas Papare menyediakan tempat singgah.
”Kami menyiapkan tempat di Gedung Serbaguna Megantara dan bantuan makanan bagi pengungsi yang tidak memiliki kerabat di Jayapura. Total sebanyak 86 orang telah berada di sana,” ujarnya.
Kapolres Jayawijaya Ajun Komisaris Besar Tonny Ananda mengatakan, warga yang mengungsi ke Jayapura tak hanya dari Wamena, tetapi juga Tolikara dan Lanny Jaya. ”Kami tak bisa memaksa mereka tetap tinggal di rumahnya. Sebab, warga merasa sangat trauma dengan kejadian ini,” tutur Tonny.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal mengatakan, data terbaru jumlah korban hingga Kamis pukul 17.00 WIT adalah 31 korban meninggal dunia dan 76 korban luka-luka. Banyak korban meninggal disebabkan luka karena senjata tajam dan terjebak dalam rumah serta ruko yang dibakar massa.
Diketahui, dalam kerusuhan di Wamena, ratusan massa dari oknum pelajar dan warga membakar sebanyak 465 ruko, 150 rumah, 165 motor, serta 224 mobil dan truk. Aksi kerusuhan dipicu informasi bohong tentang seorang guru yang berkata rasis terhadap salah satu murid di SMA PGRI Wamena pada 18 September 2019.