Potensi tanah longsor saat musim hujan patut diwaspadai pascabencana kebakaran yang melanda ratusan hektar lereng Gunung Merbabu, Gunung Slamet, dan Gunung Semeru.
SOLO, KOMPAS Kebakaran yang melanda kawasan Gunung Merbabu di Boyolali, Jawa Tengah, mulai berkurang setelah hujan turun pada Kamis (26/9/2019) malam. Upaya pemadaman dilanjutkan dengan membuat sekat bakar.
Pantauan pada Jumat (27/9), tinggal tersisa satu titik api di wilayah Kecamatan Selo, Boyolali. Kepala Subbagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Gunung Merbabu Johan Setyawan mengatakan, lokasi titik api sulit dijangkau sehingga upaya pemadaman secara langsung tidak bisa dilakukan. Tim gabungan lantas membuat sekat bakar untuk melokalisasi api agar tidak merembet.
Sejauh ini, luas lahan yang terbakar di kawasan Gunung Merbabu diperkirakan mencapai 613 hektar. Kebakaran diketahui pertama kali muncul di atas Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jateng, Rabu (11/9) malam. Api menjalar hingga Kecamatan Pakis serta Kecamatan Selo dan Ampel, Boyolali. Kebakaran sempat padam, Minggu (15/9). Namun, sehari berikutnya, api kembali muncul.
Upaya pemadaman hanya bisa dilakukan secara manual dengan cara membuat sekat bakar dan memukul-mukul api dengan dahan ataupun tongkat. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali Kurniawan Fajar Prasetyo mengatakan, kebakaran kawasan Gunung Merbabu dikhawatirkan menyebabkan tanah longsor saat musim hujan.
Hal ini akibat rusaknya tanaman yang berfungsi menahan air dan luncuran material tanah di lereng Gunung Merbabu. ”Ini yang harus kami waspadai saat musim hujan tiba,” katanya.
Gunung Slamet
Upaya pemadaman juga dilakukan pada sejumlah titik api di lereng Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes, Jateng. Tim menguruk bara api dengan tanah basah agar tidak memunculkan lagi kebakaran di kawasan itu.
”Untuk menghindari perambatan bara api, dibuat juga sekat bakar selebar 3 meter,” kata Kartono, Koordinator Sukarelawan BPBD Kabupaten Tegal. Bupati Tegal Umi Azizah mengapresiasi petugas dan sukarelawan yang memadamkan api di tengah keterbatasan alat dan kendala angin kencang. Setelah upaya pemadaman selesai, Umi mengajak para sukarelawan dan petugas untuk melakukan penanaman kembali di sekitar lokasi kebakaran.
”Nanti kalau semuanya sudah aman, sebaiknya kita lakukan penanaman kembali. Untuk mengganti beberapa pohon yang kemarin terbakar atau ditebang saat upaya pemadaman,” kata Umi. Kebakaran di lereng Gunung Slamet pertama kali diketahui warga pada Selasa (17/9) di hutan milik Perum Perhutani Petak 48 Bukit Igir Genting, Kabupaten Tegal. Kebakaran meluas hingga Petak 16 Bukit Igir Klanceng, Kabupaten Brebes. Kesatuan Pemangkuan Hutan Pekalongan Barat mencatat, kebakaran melanda sekitar 126 hektar.
Kebakaran juga melanda lereng Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Titik api di daerah Gunung Kepolo, Arcopodo, Kelik, Watupecah, Waturejeng, Ayek-ayek, Pusung Gendero, dan Watutulis. Total sekitar 80 hektar berhasil dipadamkan. Hingga kini, kebakaran masih terpantau di Jambangan, Cemoro Kandang, dan Ungup-ungup. Pemadaman terkendala medan curam dan angin kencang.
Sementara itu, lahan seluas 10 hektar di kawasan konservasi Taman Wisata Alam Batuputih, Bitung, Sulawesi Utara, juga terbakar sejak Kamis. Seekor rusa Cervus timorensis berusia satu tahun turut terbakar. (RWN/XTI/WER/OKA)