Dorong Penanaman Hidran Kering di Perkampungan Padat Penduduk
›
Dorong Penanaman Hidran Kering...
Iklan
Dorong Penanaman Hidran Kering di Perkampungan Padat Penduduk
Penanaman hidran kering perlu didorong pada kawasan perkampungan padat penduduk di Kota Yogyakarta. Alat tersebut diyakini mampu memudahkan penanganan kebakaran.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Penanaman hidran kering perlu didorong pada kawasan perkampungan padat penduduk di Kota Yogyakarta. Alat tersebut diyakini mampu memudahkan penanganan kebakaran. Itu didasari oleh minimnya hidran dan sulitnya akses mobil pemadam kebakaran memasuki kawasan padat penduduk.
”Sekarang di beberapa kampung padat kami buat hidran kering. Nanti begitu ada kebakaran, hidran itu akan diisi air oleh truk pengangkut air agar bisa digunakan untuk memadamkan kebakaran,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi, di Yogyakarta, Minggu (29/9/2019).
Terakhir, satu rumah penduduk di Kampung Ketandan, Kelurahan Ngupasan, Kota Yogyakarta, mengalami kebakaran, Sabtu (28/9/2019) malam. Kebakaran itu melanda rumah seluas 65 meter persegi. Genteng rumah tidak tersisa. Hanya ada rangka kayu dan tembok bata yang tampak hangus. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Lisa (42), pemilik rumah, mengatakan, rumahnya terbakar sewaktu ia sedang pergi beribadah. Saat itu, tidak ada orang di rumahnya. Ia pergi beribadah dengan suaminya, sedangkan anaknya yang masih berusia dua tahun dititipkan ke rumah saudaranya.
Sekarang di beberapa kampung padat kami buat hidran kering. Nanti begitu ada kebakaran, hidran itu akan diisi air oleh truk pengangkut air agar bisa digunakan untuk memadamkan kebakaran.
”Saya belum tahu berapa kerugiannya. Yang jelas banyak sekali. Harta yang tersisa tinggal pakaian yang saya pakai saja. Ada kebakaran ini saya diberi tahu tetangga sekitar pukul 21.00. Saat saya sampai rumah, api sudah besar,” ujar Lisa.
Untuk sementara, Lisa dan keluarganya tinggal di rumah kakaknya. Ia juga belum memutuskan apakah rumahnya akan diperbaiki lagi atau tidak. Hal yang coba dilakukannya adalah mengumpulkan barang-barang yang mungkin tersisa dari kebakaran tersebut. Sebab, semua surat-surat berharga berada di dalam rumah yang terbakar itu.
Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Operasional dan Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Yogyakarta Mahargyo mengatakan, penyebab kebakaran itu diduga akibat korsleting listrik. Lokasi rumah yang berada di perkampungan padat penduduk menjadi kesulitan tersendiri bagi petugas.
Jalan sempit
Berdasarkan pantauan Kompas, jalan menuju rumah yang terbakar itu sangat sempit. Lebarnya tidak lebih dari 1,5 meter. Jalan tersebut sudah penuh jika terdapat dua orang dewasa yang berjalan berdampingan. Setiap rumah juga tidak memiliki teras. Sebagian besar rumah juga masih bermaterial tripleks dan kayu. Dalam satu RT terdapat 70 keluarga dari 40 rumah yang berada di kampung tersebut.
Kampung padat penduduk jelas lebih sulit pemadamannya. Hidran-hidran kering itu jadi sangat penting untuk dibuat. Itu menjadi solusi bagi kampung padat penduduk.
Kondisi tersebut menyebabkan potensi penyebaran titik api semakin tinggi. Alat pemadam kebakaran yang mumpuni pun dibutuhkan. Namun, tidak terlihat hidran yang terletak di dekat kawasan perkampungan tersebut. Selain itu, alat pemadam kebakaran yang tersedia juga hanya berukuran kecil.
”Kampung padat penduduk jelas lebih sulit pemadamannya. Hidran-hidran kering itu jadi sangat penting untuk dibuat. Itu menjadi solusi bagi kampung padat penduduk,” kata Mahargyo.
Ita Ratnasari (44), warga Kampung Ketandan, mengatakan, peristiwa kebakaran telah terjadi tiga kali, yakni tahun 1976, 2006, dan 2019. Tahun 1976, kebakaran disebabkan oleh meledaknya kompor, mengingat di wilayah itu banyak usaha makanan. Tahun 2006, ada kelalaian anak yang bermain korek. Belum pernah ada korban meninggal dari semua kejadian itu.
”Daerah ini memang sangat sempit. Mobil pemadam kebakaran tidak bisa masuk langsung. Jadi, buat saya ada hidran itu sangat penting. Warga akan merasa lebih tenang kalau sewaktu-waktu terjadi kebakaran,” kata Ita.
Terkait hal itu, Heroe mengatakan, kampung tersebut akan segera diarahkan untuk menjadi kampung tangguh bencana. Hidran kering merupakan salah satu fasilitas yang bakal dibangun jika mendapat status tersebut.
Saat ini, sedikitnya 110 kampung tangguh bencana tersebar di Kota Yogyakarta. Daerah yang dijadikan kampung tangguh bencana itu diprioritaskan yang berada di kawasan bantaran sungai dan perkampungan padat penduduk.
Selain itu, Dinas Pemadam Kebakaran Kota Yogyakarta menargetkan ada sembilan titik hidran kering yang bakal selesai pembangunannya akhir tahun 2019. Hidran kering itu berbasis kampung. Lokasi awal pembangunannya berada di Kampung Pathuk, Kauman, Prawirodirjan, dan lain sebagainya. Hidran kering dibangun di kawasan perkampungan padat penduduk yang sulit diakses mobil pemadam kebakaran berukuran besar.