Kibaran Warna Kontras
New York Fashion Week jadi panggung bagi desainer Indonesia untuk memamerkan karya. Empat desainer Indonesia, Maggie Hutauruk-Eddy, Yogiswari Pradjanti, Julianto, dan Ayumi, memamerkan koleksi untuk Spring Summer 2020 di NYFW pada 9 September 2019. Karya mereka sangat beragam dengan keberanian menonjolkan warna-warni kontras.
Maggie Hutauruk-Eddy dan Yogiswari Pradjanti memilih permainan warna yang sangat berani. Ketika merancang busana untuk label 2Madison Avenue miliknya, Maggie menghadirkan warna kuning kenari, hijau terang, oranye, hitam, hingga pink membara. Yogis memilih palet warna dengan rentang yang lebar, mulai dari kuning tua, hijau tua, biru pastel muda, hingga kuning.
Karya Maggie ataupun Yogis ditampilkan di Jakarta pada Jumat (27/9/2019), sedangkan karya Julianto diperagakan di Jakarta, Selasa (24/9/2019). Tak hanya tabrak warna, Maggie juga membenturkan corak, menggabung tekstur, dan memasukkan unsur yang tidak biasa sebagai material busana. Karya Yogis tak kalah unik dengan hadirnya karakter kartun.
Tahun ini, Maggie terlibat di atas panggung NYFW untuk dua musim sekaligus, yaitu NYFW Fall/Winter pada Maret 2019 dan NYFW untuk Spring/ Summer 2020 dua pekan lalu. Dengan tajuk ”Vivify The Block”, Maggie mengadopsi ingar-bingar keunikan musik dan citra gairah mode di era yang sangat berwarna pada 1980-an.
”Saya memang pengin semua orang memberi warna dalam kehidupan sekitarnya. Warna yang kontras juga terapeutik. Kita bisa dapat energi dari warna,” kata Maggie yang pernah menetap 12 tahun di New York.
Koleksinya menyita perhatian dengan sisipan wajah seniman populer New York era 1980-an, seperti Andy Warhol dan Jean-Michel Basquiat. Potret seniman populer ini hadir dalam wujud ilustrasi hasil torehan seniman muda yang dicetak digital. ”Kita ngerti, kok, budaya lu. Enggak terkungkung Indonesia. Kita sangat internasional,” tambahnya.
Karung beras
Jika wajah seniman New York dihadirkan untuk mendekatkan diri ke konsumen New York, konsumen di Indonesia dirangkul dengan hadirnya tempelan karung dari pasar. Potongan karung tepung dijahit dan ditempelkan di atasan kaus, di bagian punggung outer berbahan jins, atau sebagai pemanis busana.
Latar belakang pendidikan di jurusan lukis seni murni juga menjadikan koleksi 2Madison Avenue sangat ekspresif. Dalam setiap karya, Maggie memilih mendengarkan suara hati dan mengikuti gejolak jiwanya yang impulsif. Potongan karung yang, antara lain, bertulis dan bergambar payung dari Bogasari hingga karung tepung segitiga biru hadir spontan terinspirasi asisten rumah tangganya.
”Aku orang kreatif yang selalu mencari material. Aku kehabisan waktu dan koleksiku butuh desain grafis di tengah yang memang strong,” kata Maggie. ”Mbak Sum pulang dari pasar dengan karung beras dan tepung. Itu saja aku pakai. Alamiah saja. Cuci Mbak, saya mau pakai. Jadilah produk. Pesanku, banyak bahan bekas yang bisa jadi bermakna jika kita mau beri sentuhan khusus.”
Maggie juga memilih siluet busana dengan potongan serba longgar yang hadir dalam bentuk jaket, celana panjang berpipa besar, dan lengan baju ultra panjang. Atasan berwarna kuning kenari berbahan scuba tipis, misalnya, diberi bantalan bahu besar dan dipasangkan dengan celana panjang berpipa lebar atau celana ali baba. Ada pula tenun Makassar yang kaya blok warna diikutsertakan menjadi bagian busana.
Potongan serba longgar dalam siluet yang ringkas dan effortless seperti dress, maxi dress, celana 3/4, dan blus juga dipilih oleh Yogis sebagai ”kanvas” untuk lukisan karakter kartun yang dicetak di koleksinya.
Kartun tersebut selalu sosok perempuan Indonesia. Diajeng Red, misalnya, selalu memakai kain motif batik kawung dalam gaya modern, rambut merah, dan kali ini tampil ala Miss Liberty.
Hiasan manik
Koleksi Il Fiore yang bermakna berkembang karya Julianto menjadi penutup persembahan dari empat desainer dari Indonesia di bawah naungan Indonesia Fashion Gallery. Di landas peraga utama Spring Studio NYFW, Julianto mengusung 12 koleksi. Bunga mawar menjadi gagasan utama Julianto. Mawar hadir dalam lipatan gelombang besar di dada serupa kelopak bunga. Gelombang itu pun muncul di pangkal lengan hingga di bawah gaun.
Keindahan gelombang kelopak bunga mawar ini dipercantik kehadiran perhiasan yang dibubuhkan di sekujur busana. Beads alias manik-
manik hingga payet bisa ditemukan di setiap jengkal busana.
”Ilove beading. Aura lebih dapat, glamor, tidak biasa, dan sangat beda dengan yang lain,” kata Julianto.
Kesan glamor makin disuguhkan dari material yang dominan kain jacquard dan prada dengan motif tenunan yang menyatu di atas permukaan kain. Koleksi Il Fiore dari label Julianto ini hadir kaya ragam potongan. Mulai dari atasan strapless, terusan ketat berpotongan lurus, bustier, gaun bertali bahu, gaun panjang fit dan flare, jaket, rok pensil, blus berlengan besar, hingga celana panjang.
Sama seperti mekarnya bunga mawar, warna yang menghiasi pun diambil dari padu padan merah jambu, hijau, putih, dan hitam. Namun, setiap potong busana hanya diberi maksimal dua warna berbeda sehingga tidak berkesan berlebihan. Meskipun kaya aplikasi, busana rancangan Julianto ini mampu menyesuaikan dengan selera pasar New York yang lebih menyukai karya simpel dan tak berlebihan.
”Walau banyak biding yang saya pasang, terlihat simpelkarena perpaduan mixed warna kayak hitam dan perak. Enggak bisa lebih dari dua warna. Payet juga jangan terlalu besar, kecil-kecil. Volume jadi enggak kelihatan berat,” ujar Julianto yang sudah delapan tahun menggeluti profesi desainer dan juga melahirkan label Mojuya.
Jika Julianto terpukau dengan keindahan manik-manik, desainer Ayumi memilih menghadirkan wastra Nusantara di panggung NYFW.
Bertajuk ”An Ode To Ethnicity”, Ayumi menyuguhkan songket padang. Lewat koleksinya, Ayumi ingin menceritakan tentang keindahan budaya dan keberagaman Indonesia ke komunitas yang lebih luas.