Tim pelatih memodifikasi latihan para pemain untuk menyesuaikan dengan ukuran lapangan yang kecil di Liga Kompas Kacang Garuda U-14 musim ini. Selain itu, tim yang kalah pada pekan pertama didorong untuk bangkit.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sejumlah sekolah sepak bola peserta Liga Kompas Kacang Garuda U-14 melakukan persiapan lebih matang menjelang laga pekan kedua, Minggu (29/9/2019), agar terbiasa bermain di lapangan yang lebih kecil dari ukuran biasanya. Para pelatih menggenjot latihan umpan dan pergerakan cepat, serta mematangkan taktik dengan simulasi pertandingan di lapangan kecil, seperti arena liga di Lapangan Universitas Muhammadiyah Jakarta di Ciputat, Tangerang Selatan.
Pelatih Buperta Cibubur Jumhari Saleh dihubungi dari Jakarta, Sabtu (28/9/2019), mengatakan, timnya terkaget-kaget dengan kondisi lapangan UMJ ketika menang 1-0 atas Bintang Ragunan pada laga pekan pertama lalu. Lapangan itu dinilai jauh lebih kecil dibandingkan lapangan GOR Ciracas, Jakarta Timur, yang menjadi tempat penyelenggaraan Liga Kompas beberapa tahun terakhir.
Sebab, dalam persiapan menjelang Liga Kompas musim 2019-2020, sekitar empat bulan, mereka selalu berlatih dan melakukan simulasi pertandingan di lapangan yang ukurannya sama dengan lapangan GOR Ciracas. Selama persiapan itu, mereka mematangkan pakem permainan yang membangun serangan secara bertahap dari belakang, tengah, hingga depan.
”Ternyata, kemarin pas di pekan pertama, kami tidak bisa bermain seperti itu karena lapangannya kecil dan sempit. Kondisi lapangan itu membuat jarak antarpemain sangat rapat. Pemain tidak biasa ditekan terlalu rapat seperti itu. Akibatnya, pola permainan kami kacau balau dan memaksa kami bermain asal tendang dari belakang ke depan,” ujar Jumhari.
Menjelang laga melawan Metro Kukusan di pekan kedua, Jumhari menyampaikan, timnya sudah melakukan persiapan lebih matang untuk bermain di lapangan yang kecil. Mereka mengisi latihan rutin setiap Selasa dan Kamis dengan latihan umpan dan pergerakan cepat.
Lalu, mereka mematangkan permainan cepat dari kaki ke kaki dengan melakukan simulasi pertandingan di lapangan yang mirip dengan ukuran lapangan UMJ pada Jumat. ”Latihan di lapangan yang mirip sangat penting. Tujuannya, supaya anak-anak punya feel dengan ukuran lapangan, posisi teman, dan kapan harus melakukan umpan,” ujar pelatih tim LKG-SKF Indonesia di Piala Gothia 2019 itu.
Penyelesaian akhir
Pelatih Metro Kukusan Budiono Martin menuturkan, timnya belajar banyak seusai kalah 0-3 dari Big Stars Babek FA di pekan pertama lalu. Menurutnya, bermain di lapangan kecil, pemain harus memaksimalkan umpan-umpan jarak jauh yang akurat. Di sisi lain, pemain juga harus bisa melakukan pergerakan tanpa bola lebih aktif, dan pintar memilih ruang-ruang kosong.
Lalu, pemain juga harus berani untuk melakukan tendangan dari luar kotak penalti. Dengan lapangan kecil, peluang gol terbuka jika pemain berani melakukan tendangan jarak jauh tetapi tetap memperhatikan akurasi.
”Pada pekan pertama, pemain yang memegang bola terlalu cepat kehilangan bola itu. Situasi semakin berat karena pemain yang tidak memegang bola cenderung pasif, hanya menunggu. Ketika di depan kotak penalti, mereka juga tidak berani mencoba shooting,” kata Budiono.
Memotivasi pemain
Sementara itu, Pelatih Benteng Muda Frido Yuanto fokus membenahi mental bertanding anak-anak asuhnya seusasi kalah telak 0-7 dari tim debutan Intan Soccer Cipta Cendikia pada laga pekan pertama. Frido menilai, sejatinya tidak ada yang salah dengan kemampuan secara tim maupun individu para pemainnya. Hanya saja, faktor mental yang buruk membuat mereka tidak meraih hasil positif di pekan pertama.
Memasuki pekan kedua, latihan tetap akan dilakukan seperti biasa. Hanya saja, tim pelatih berupaya untuk mengangkat mental dan semangat para pemain yang sempat drop sehabis kekalahan telak. ”Pas laga pekan pertama kemarin, mereka tidak bisa lepas dari tekanan. Akhirnya, kemampuan asli mereka sebagai tim maupun secara individu tidak keluar. Sekarang, kami berupaya memupuk kembali motivasi mereka agar lebih percaya diri untuk memainkan bola,” tutur Frido.
Hasil laga pekan pertama telah menempatkan Intan Soccer sebagai pemuncak klasemen sementara. Posisi mereka diikuti oleh juara bertahan Bina Taruna di urutan kedua, dan Big Stars Babek FA di urutan ketiga. Sementara itu, runner-up musim lalu Salfas Soccer ada di urutan kelima. Tim peringkat satu hingga delapan memiliki poin yang sama, yakni 3 poin. Sedangkan tim peringkat sembilan hingga 12 belum meraih poin.