Pengungsi yang datang ke Jayapura tak hanya dari Kabupaten Jayawijaya, tetapi juga Kabupaten Tolikara dan Kabupaten Lanny Jaya. Hingga kini, 10.000 pengungsi telah mendaftar untuk diangkut pesawat TNI Angkatan Udara.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·4 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pengungsi yang datang ke Jayapura tak hanya dari Kabupaten Jayawijaya, tetapi juga Kabupaten Tolikara dan Kabupaten Lanny Jaya. Hingga saat ini, 10.000 pengungsi telah mendaftar untuk menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara.
Hal itu disampaikan Komandan Pangkalan Udara Silas Papare Jayapura Marsekal Pertama Tri Bowo Budi Santoso saat ditemui di Sentani, Kabupaten Jayapura, Minggu (29/9/2019). Tri mengatakan, para pengungsi yang telah mendaftar bukan hanya berasal dari Wamena, melainkan juga sejumlah kabupaten di pegunungan tengah Papua.
”Warga dari Tolikara dan Lanny Jaya merasa ketakutan akan adanya kerusuhan sama seperti di Wamena pada 23 September 2019. Karena itu, mereka juga ingin mengungsi ke Jayapura,” kata Tri.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Dony Monardo mengatakan, dirinya telah menginstruksikan kepada jajaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua untuk menyiapkan bantuan bagi para pengungsi, baik di Wamena maupun Jayapura.
Warga dari Tolikara dan Lanny Jaya merasa ketakutan akan adanya kerusuhan sama seperti di Wamena pada 23 September 2019. Karena itu, mereka juga ingin mengungsi ke Jayapura.
Diketahui, BPBD Papua telah mengirimkan bantuan berupa pakaian, selimut, serta perlengkapan ibu dan anak seberat 4 ton bagi para pengungsi di Wamena sejak Sabtu kemarin.
Tri pun menuturkan, pihaknya mengevakuasi penumpang sebanyak enam kali penerbangan dengan menggunakan dua pesawat Hercules pada Minggu ini.
Dalam satu kali penerbangan, pesawat Hercules milik TNI AU dapat mengangkut 150 hingga 170 penumpang dari Wamena ke Jayapura. ”Kami dapat menuntaskan evakuasi puluhan ribu warga yang telah mendaftar dalam jangka waktu tiga hingga empat hari mendatang,” kata Tri.
Ia menambahkan, terdapat 2.000 lebih pengungsi yang berada di Jayapura sejak proses evakuasi pada 24 September 2019. Mayoritas pengungsi ditampung di rumah kerabat dan paguyuban dari kampung halaman mereka. Sementara 528 pengungsi tersebar di empat titik di Kabupaten Jayapura. Salah satunya adalah Gedung Serbaguna Megantara, Pangkalan TNI Angkatan Udara Silas Papare Jayapura.
”Kami akan berkoordinasi dengan pemda setempat untuk menyiapkan lokasi penampungan yang lain. Sebab, diperkirakan banyak pengungsi yang tidak memiliki keluarga di Jayapura,” paparnya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Lanny Jaya Christian Sohilait mengakui, sekitar 300 warga telah meninggalkan Lanny Jaya dalam beberapa hari terakhir. ”Sebanyak 300 warga itu selama ini sebagai pengojek sepeda motor, pekerja bangunan, dan tenaga pengajar. Kami tak bisa memaksa mereka tetap tinggal. Sebab, mereka merasa trauma dengan kejadian di Wamena,” ungkap Christian.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Papua Yunus Wonda mengatakan, pihaknya pun turut berpartisipasi dengan memberikan bantuan makanan dan uang tunai Rp 100 juta bagi para pengungsi.
”Kami juga akan menjalin komunikasi dengan tokoh pemuda, tokoh mahasiswa, dan tokoh masyarakat agar tak ada lagi aksi unjuk rasa yang anarkistis. Papua harus kembali damai seperti semula,” ujar Yunus.
Teror Puncak
Kelompok kriminal bersenjata kembali menyerang pos keamanan Satgas Nemangkawi dan puluhan rumah warga di Kampung Kimak, Kabupaten Puncak, dari Sabtu malam hingga Minggu (29/9/2019) pagi. Aksi ini menyebabkan banyak warga mengungsi karena merasa ketakutan.
Sebanyak 300 warga itu selama ini sebagai pengojek sepeda motor, pekerja bangunan, dan tenaga pengajar. Kami tak bisa memaksa mereka tetap tinggal. Sebab, mereka merasa trauma dengan kejadian di Wamena.
Kapolres Puncak Jaya Ajun Komisaris Besar Ary Purwanto menuturkan, kelompok kriminal bersenjata (KKB) menyerang pos Satgas Nemangkawi yang merupakan gabungan TNI dan Polri sejak Sabtu malam dari pukul 19.00 hingga pukul 22.00 WIT. Kelompok itu juga membakar puluhan kios dan rumah di Kampung Kimak.
Warga pun mengungsi ke markas TNI dan Polri setempat. Kemudian, KKB kembali beraksi menyerang posko Satgas Nemangkawi pada Minggu pukul 07.30 WIT. Tim Satgas Nemangkawi pun melepaskan tembakan balasan ke arah KKB. Aksi ini terjadi berulang kali hingga situasi baru kondusif pukul 13.00 WIT.
Dari hasil pantauan, terdapat lima anggota KKB dengan lima pucuk senjata laras panjang. Sekitar 60 simpatisan mereka menggunakan panah. Aparat TNI dan Polri tak meninggalkan pos karena banyak pengungsi di tempat mereka.
”Sekitar 100 keluarga diperkirakan mengungsi ke Markas Koramil dan Polsek Ilaga. Mereka merasa ketakutan dengan aksi penembakan tersebut,” kata Ary. Bupati Puncak Willem Wandik membenarkan adanya aksi penembakan pos keamanan serta pembakaran kios dan rumah warga di Kampung Kimak.
Ia pun menyesalkan adanya insiden penembakan yang terjadi terus-menerus di wilayah Puncak dalam beberapa hari terakhir. Sebelumnya, dua pengojek sepeda motor, yakni La Ode Alwi dan Midung, tewas ditembak anggota KKB di Jembatan Muara, Kampung Amnunggi, Kabupaten Puncak, Kamis (26/9/2019).
Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 12.00 WIT. Kemudian, dua anggota KKB menembak mati Sahrudin, pemilik kios di Kampung Aminggaru, Kabupaten Puncak, Papua, Sabtu (28/9/2019) pukul 12.30 WIT.
”Saat ini warga masih mengungsi ke tempat yang aman. Saya akan berkoordinasi dengan pihak TNI dan Polri agar memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat Puncak sehingga dapat beraktivitas kembali,” katanya.