Saat Pelari Putra Beradu Cepat Dengan Pelari Putri
›
Saat Pelari Putra Beradu Cepat...
Iklan
Saat Pelari Putra Beradu Cepat Dengan Pelari Putri
Berawal dari tradisi Yunani Kuno, lari estafet berkembang menjadi perlombaan atletik yang unik dan menarik. Kini, dengan nomor estafet campuran, tim juara tak lagi mudah ditebak.
Oleh
Yulia Sapthiani
·4 menit baca
Estafet campuran 4x400 meter adalah nomor baru dalam Kejuaraan Dunia Atletik 2019. Setelah dilombakan dalam berbagai ajang pada dua tahun terakhir, nomor lari yang satu timnya terdiri atas pelari putra dan putri ini menyajikan keunikan, atmosfer yang menarik, dan hasil yang sulit ditebak hingga lomba benar-benar berakhir.
“Awalnya, saya merasa aneh karena harus berada satu tim dan bersaing dengan pelari putri. Tetapi, ketika ada saling percaya antara anggota tim, semuanya baik-baik saja,” kata pelari putra Bahrain, Abbas Abubakar Abbas, setelah tampil pada Asian Games Jakarta Palembang 2018.
Pesta olahraga negara-negara se-Asia ini menjadi ajang multicabang pertama yang melombakan nomor tersebut. Abbas dan kawan-kawan sebenarnya melintasi finis paling cepat, namun medali emas mereka dialihkan ke India, yang semula meraih perak, ketika salah satu pelarinya terbukti doping.
Lomba lari estafet, yang satu timnya terdiri atas empat pelari, terinspirasi dari masa Yunani Kuno ketika stik pembawa pesan dibawa oleh kurir secara bergantian. Lari estafet pun menjadi bagian dari Olimpiade sejak Stockholm 1912, yaitu untuk 4x100 meter dan 4x400m putra. Nomor 4x100m putri dimulai di Amsterdam 1928, adapun 4x400m putri pada Muenchen 1972.
Pada perkembangannya, muncullah modifikasi dengan menyatukan pelari putra dan putri dalam satu tim pada nomor 4x400 m campuran. Pertama kali dilombakan dalam Kejuaraan Dunia Estafet Bahama 2017, nomor ini menjalani debut dalam Kejuaraan Dunia ATletik di Doha 2019, setelah itu akan menjadi bagian dari Olimpiade Tokyo 2020.
Di Doha, babak penyisihan nomor tersebut berlangsung pada Sabtu malam, lalu final pada Minggu malam atau Senin dinihari WIB. Ada 18 tim yang mengikuti dua babak penyisihan. Tiga tim tercepat dari setiap penyisihan ditambah dua tim dengan waktu tercepat berikutnya berhak tampil di final.
Setiap tim estafet campuran terdiri atas dua pelari putra dan dua putri. Tak ada aturan khusus untuk menempatkan urutan pelari, hingga bisa terjadi persaingan antara pelari putra dan putri yang tak ada pada nomor lain.
Pada akhirnya, satu pertanyaan besar pun muncul. Formula apa yang paling tepat untuk nomor ini?
Dalam beberapa ajang yang telah melangsungkan nomor itu, urutan pelari putra-putri-putri-putra merupakan rumus terbaik. Ini diterapkan Bahama dan Jamaika pada Kejuaraan Dunia Estafet 2017. Keduanya menempati peringkat pertama dan ketiga pada final. Posisi kedua ditempat AS dengan rumus berbeda : putra-putri-putra-putri.
Pada European Games 2019, di Misnk, Belarus, Slovenia membuat perjudian dengan menempatkan formula putra-putra-putri-putri. Pelari putri terakhir, Anita Horvat, pun kalah bersaing dengan pelari-pelari putra yang umumnya ditempatkan sebagai pelari kunci (terakhir) tim lain. Slovenia gagal meraih medali.
Pelari Inggris nomor 400 m, Rabah Yousif, berpendapat, kemampuan per individu tetap menjadi kunci keberhasilan pada estafet campuran. “Namun, nomor ini lebih menarik karena hasilnya sulit ditebak, bahkan, hingga pelari terakhir,” katanya.
Berdasarkan itulah, pelari Bahama, Steven Gardiner, menilai, nomor tersebut membuka peluang bagi negara-negara di luar jagoan estafet, AS dan Jamaika, untuk menjadi yang terbaik. Itu mereka buktikan ketika menjuarai nomor tersebut Kejuaraan Dunia Estafet 2017.
“Banyak negara yang tak memiliki kekuatan penuh di putra atau putri. Estafet campuran membuka peluang banyak negara untuk memenangi medali Olimpiade,” katanya dalam laman resmi Olimpiade.
Pelari putri Inggris, Perri Shakes-Drayton, bercerita, salah satu tantangan dalam estafet campuran adalah ketika terjadi penyerahan tongkat dari pelari putra, yang berpostur tinggi, ke pelari putri dengan tubuh lebih pendek. Kondisi ini memunculkan kekacauan saat final tersebut pada Asian Games 2018.
Di Stadion Utama, Gelora Bung Karno, Jakarta, China hanya meraih perunggu ketika terjadi “kemacetan” pada penyerahan terakhir tongkat di timnya. Apalagi, penyerahan tongkat untuk kedua dan ketiga kali bisa dilakukan di lintasan dalam, berbeda dengan penyerahan pertama yang masih dilakukan di lintasan awal setiap tim.
Meski demikian, kekacauan tersebut tak menghilangkan keunikan nomor ini. “Saya pikir, inilah yang dibutuhkan olahraga, sesuatu yang berbeda dan menarik,” kata Shakes-Drayton yang membantu Inggris Raya meraih perak 4x400m putri Kejuaraan Dunia Atletik London 2017. (AFP)