Sarana Pengiriman Produk Ekspor dari Jateng Masih Terbatas
›
Sarana Pengiriman Produk...
Iklan
Sarana Pengiriman Produk Ekspor dari Jateng Masih Terbatas
Sejumlah eksportir produk pertanian dari Jawa Tengah berharap adanya peningkatan sarana dan prasarana pengiriman ke negara tujuan ekspor.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Sejumlah eksportir produk pertanian dari Jawa Tengah berharap adanya peningkatan sarana dan prasarana pengiriman ke negara tujuan ekspor. Kendalanyan antara lain karena belum adanya penerbangan kargo langsung dari Kota Semarang ke negara seperti China.
Djoko Hartanto, eksportir sarang burung walet dari Kota Salatiga, mengatakan, guna meningkatkan ekspor, penerbangan kargo dari Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang ke China diperlukan. Namun, saat ini penerbangan itu belum ada.
“Maskapai pasti menghitung volume atau keterisian. Kalau hanya dari sarang walet, tak mencukupi, sebab komoditas ekspor dari Jateng lain kebanyakan melalui Pelabuhan Tanjung Emas,” ujar Djoko pada pelepasan ekspor produk pertanian Jateng, di Depo Pelindo, Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Minggu (29/9/2019).
Menurut Djoko, perlu ada kerja sama dengan pelaku eksportir komoditas pertanian laun atau bidang lain seperti turisme, guna mendukung adanya penerbangan Semarang-Tiongkok. Namun, hal itu sulit terlaksana. Ia pun memilih lewat Bandara Soekarno-Hatta, Banten.
Maskapai pasti menghitung volume atau keterisian. Kalau hanya dari sarang walet, tak mencukupi, sebab komoditas ekspor dari Jateng lain kebanyakan melalui Pelabuhan Tanjung Emas, ujar Djoko
Isnanto, eksportir bunga melati dari Kabupaten Tegal, yang mengirim produknya ke Malaysia, Thailand, dan Saudi Arabia, mengatakan, pernah mencoba mengirim produknya dari Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang. Namun, tetap transit di Soekarno Hatta. Ia pun memilh langsung dari Soekarno Hatta.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Jateng, Peni Rahayu, menuturkan, perlu upaya untuk mendukung itu. Sebab, menyangkut keterisian pesawat. Namun, saat ini pihaknya akan mengoptimalkan dulu pengiriman melalui pelabuhan di Jateng.
Di Pelabuhan Tanjung Emas, saat ini kapasitas yakni 800.000 twenty-foot equivalent unit (teus). “Pelabuhan di Semarang akan dinaikkan hingga 1,5 juta-2 juta teus, tetapi itu baru bisa terlaksana pada 2021. Saat ini, kami dorong pemanfaatan Pelabuhan Kendal dulu. Kami akan kembangkan dan paling tidak untuk melayani ekspor di Kawasan Industri Kendal,” katanya.
Pada Minggu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melepas produk pertanian Jateng. Di antaranya, 216 ton kacang hijau ke China, 2,8 ton daun pakis ke Jepang, 829,1 kg sarang burung walet ke China, serta 6,24 ton bunga melati ke Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Kepala Badan Karantina Pertanian Kementan, Ali Jamil, menuturkan, setiap provinsi didorong untuk memanfaatkan Peta Komoditas Ekspor Pertanian Indonesia (iMACE). “Kami harap kepala daerah menggunakan itu untuk membuat kebijakan di daerah masing-masing,” katanya.
Hal itu didukung sejumlah kebijakan Kementan lainnya, seperti perizinan ekspor secara daring dan sertifikat elektronik (E-cert). Dengan E-cert, sertifikat dikirim lebih dulu ke negara tujuan ekspor. E-cert sudah diterapkan bersama Belanda, Australia, Selandia Baru, dan Vietnam.
Pola kerja sama
Menurut data Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang, hingga September 2019, nilai ekspor produk pertanian Jateng mencapai Rp 2,51 triliun, atau meningkat dari periode sama pada 2018, Rp 2,3 triliun. Eksportir berjumlah 1.967 pelaku usaha, meningkat dari 2018, 1.584 pelaku usaha.
Pemerintah pusat yang menyiapkan konsep, serta dunia luar (negara tujuan), di bawah, kami menyambut, ujar Ganjar
Menteri Andi mengatakan, Jateng kini tak lagi membahas swasembada pangan, tetapi kedaulatan pangan yang berorientasi ekspor. Itu menjadi sumbangsih kenaikan ekspor produk pertanian yang naik sekitar 9 juta ton selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Ganjar menuturkan, peningkatan ekspor di Jateng tak terlepas dari pola kerja sama dari pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, hingga pekerja atau petani. “Pemerintah pusat yang menyiapkan konsep, serta dunia luar (negara tujuan), di bawah, kami menyambut,” ujarnya.
Ganjar menambahkan, keragaman produk pertanian yang diekspor terus didorong, begitu juga para pelaku usaha atau eksportir dari generasi milenial. Dengan demikian, potensi ekspor di daerah dapa terus digali, dengan tetap menjaga kualitas dan kontrol, agar berjalan baik.