Sebagai daerah yang terletak di gugusan pegunungan utara Sulawesi Selatan, Toraja diberkati dengan kemolekan alam yang tiada duanya. Bukan hal yang sulit untuk menikmati hamparan keindahan itu seutuhnya. Baik di Kabupaten Tana Toraja maupun Toraja Utara, wisata ketinggian adalah keniscayaan.
Matahari bersinar sangat terik siang itu, Minggu (21/7/2019). Namun, pelataran Patung Yesus Kristus Memberkati di Buntu Burake, Makale, Tana Toraja, masih ramai. Pengunjung terus berdatangan dan berkeliling di area patung setinggi 45 meter tersebut. Patung itu terletak di puncak bukit dengan ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Sembari berkeliling, mereka mengambil gambar dan menikmati panorama keindahan alam yang terhampar sejauh mata memandang. Makale, ibu kota Tana Toraja, dapat leluasa diamati dari ketinggian itu. Begitu pula jejeran pegunungan berlekuk-lekuk yang mengelilinginya.
Walaupun matahari bersinar terik, tapi di sini angin bertiup semilir jadi suasana adem.
Di antara para pengunjung ada Ratna Harun (42), warga Kota Palopo, yang datang bersama anak, suami, dan sejumlah kerabat. Pagi-pagi benar mereka meninggalkan Palopo yang berjarak 60 kilometer lebih dari Makale. Setelah berkeliling di sejumlah kuburan batu dan tongkonan (rumah adat Toraja) tua, rombongan ini kemudian menuju Buntu Burake.
“Sekian lama saya hanya mendengar atau melihat di televisi dan media sosial. Akhirnya penasaran juga datang ke sini. Ternyata suasananya asyik. Bisa melihat patung Kristus dan menikmati Toraja dari ketinggian. Walaupun matahari bersinar terik, tapi di sini angin bertiup semilir jadi suasana adem,” katanya.
Ratna dan sejumlah pengunjung lain hari itu menunggu sore di Buntu Burake. Mereka menghabiskan waktu di pelataran sembari menikmati penganan. Matahari tak lama lagi terbenam dan momen saat warna langit berubah jadi jingga sulit ditinggalkan begitu saja.
Di Tana Toraja, kawasan wisata yang berada di ketinggian tak hanya Buntu Burake. Beberapa tahun terakhir, objek wisata hutan pinus Pango-pango juga kian ramai dikunjungi. Berada pada ketinggian lebih dari 1.700 mdpl, kawasan hutan alami ini menjadi tempat yang tepat untuk menikmati panorama Toraja.
Anak-anak bisa bermain di antara hutan pinus dan dari ketinggian ini kami bisa melihat keindahan Toraja.
Jalan menuju Pango-pango lumayan mulus. Kawasan hutan itu tertata rapi dengan jalan setapak kecil dan anak-anak tangga di antara pepohonan yang memudahkan pengunjung berjalan menyusuri hutan. Ada pula warung-warung makan dan minum yang juga teratur.
Di tempat ini, setiap tahun, diselenggarakan pameran kopi. Pengunjung bisa menikmati kopi yang berasal dari berbagai wilayah di Toraja.
“Saya juga baru tahu soal Pango-pango beberapa waktu terakhir dari media sosial dan teman-teman yang pernah ke sini. Tempat ini sangat cocok untuk membawa keluarga. Anak-anak bisa bermain di antara hutan pinus dan dari ketinggian ini kami bisa melihat keindahan Toraja,” ujar Ismawati (47), pengunjung asal Makassar.
Tak bisa dipungkiri, dataran tinggi Tana Toraja maupun Toraja Utara masih menjadi primadona pariwisata di Sulawesi Selatan. Panorama alam yang menawan ditambah kekayaan budaya dan beragam keunikan Toraja menjadi magnet yang terus mengundang wisatawan datang.
Di Toraja Utara juga ada beberapa spot menarik di ketinggian. Salah satunya di wilayah Pedamaran, tempat kebun kopi milik PT Toarco dan kebun rakyat.
Ada pula Pegunungan Sesean yang juga dipenuhi perkebunan kopi rakyat dan hamparan persawahan sejauh mata memandang. Mendaki pegunungan Sesean hingga ketinggian 2.000 mdpl tak ubahnya menyusuri perkampungan dengan kompleks-kompleks tongkonan yang mengagumkan.
Di Sesean juga terdapat beberapa kompleks pekuburan batu, termasuk Lo’ko Mata, di mana setiap tiga tahun prosesi Ma’nene digelar. Prosesi ini berupa mengeluarkan jenazah-jenazah dari liang batu untuk dibersihkan dan diganti pakaiannya. Uniknya, hampir semua jenazah kondisinya relatif masih utuh.
Panorama ketinggian yang berbeda dapat juga dinikmati di dataran tinggi Lolai, Toraja Utara, atau yang dikenal pula dengan julukan “negeri di atas awan”. Setiap pagi, ratusan pengunjung memadati sejumlah titik di wilayah yang berada di Kecamatan Kapala Pitu ini.
Sajian utamanya adalah gumpalan kabut serupa awan yang bergulung-gulung menutupi lembah di bawahnya. Momen saat matahari terbit dengan bias sinar jingga membuat gumpalan kabut itu berwarna keemasan. Spektakuler!
Berbagai spot wisata baru dikembangkan untuk membuat pengunjung memiliki banyak alternatif saat berwisata di Toraja.
Karena itulah, Lolai tak pernah sepi pengunjung, bahkan di hari kerja. Meski begitu, fenomena alam tersebut tak muncul setiap hari. Namun, pengunjung yang tak beruntung mendapatinya tak harus kecewa karena menyaksikan keindahan pegunungan itu saja sudah sangat membahagiakan hati.
Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya Toraja Utara Harly Patriatna mengatakan, berbagai spot wisata baru dikembangkan untuk membuat pengunjung memiliki banyak alternatif saat berwisata di Toraja. Selain itu, dikembangkan pula wisata minat khusus yang terkait dengan eksplorasi dataran tinggi Toraja, seperti wisata kopi, lari lintas alam, atau trekking menyusuri perkampungan dan hutan di pegunungan.
Di Tana Toraja, objek wisata baru seperti Bukit Buntu Burake, wisata alam Pango-pango, dan festival kopi juga menjadi bagian usaha pemerintah mengembangkan sektor pariwisata.
Bupati Tana Toraja Viktor Datuan Batara mengatakan, sejauh ini, pengembangan objek wisata baru dilakukan untuk membuka mata wisatawan bahwa Toraja memiliki banyak alternatif berwisata selain pesta adat serta berbagai tradisi.
“Kami ingin orang datang ke sini dengan banyak alternatif. Dulu, Tana Toraja lebih banyak ke atraksi budaya, tapi kini orang-orang bisa mendatangi banyak tempat dan menikmati keindahan Toraja,” katanya.