Hong Kong Bersiap Hadapi Demonstrasi Menjelang Perayaan Berdirinya RRC
›
Hong Kong Bersiap Hadapi...
Iklan
Hong Kong Bersiap Hadapi Demonstrasi Menjelang Perayaan Berdirinya RRC
Para pengunjuk rasa pro-demokrasi bersiap menggelar pawai besar-besaran di pusat kota Hong Kong pada 1 Oktober 2019. Pemerintah Hong Kong pun melarang rencana pawai ini.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
HONG KONG, SENIN - Para pengunjuk rasa pro-demokrasi bersiap menggelar pawai besar-besaran di pusat kota Hong Kong pada 1 Oktober 2019. Pemerintah Hong Kong pun melarang rencana pawai ini. Aksi ini akan bertepatan dengan perayaan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China.
Koordinator Front Hak Asasi Manusia Sipil (CHRF), Bonnie Leung mengatakan, larangan otoritas terhadap aksi damai dapat mengeskalasi kekerasan karena peserta unjuk rasa tetap muncul. CHRF merupakan salah satu penyelenggara aksi unjuk rasa pro-demokrasi di Hong Kong selama empat bulan terakhir.
“Hong Kong kehilangan kebebasan berbicara dan berkumpul. Hong Kong menjadi lebih seperti negara polisi, negara tirani seperti Beijing,” kata Leung, Senin (30/9/2019).
Selain pawai, pengunjuk rasa juga akan mengadakan aksi unjuk rasa di sejumlah titik. Mereka berencana untuk mengenakan baju hitam dan membawa poster bertuliskan hari 1 Oktober sebagai “Hari Duka”.
Sekelompok pengunjuk rasa bertopi dan bermasker sempat mengadakan konferensi pers. Mereka mengajak warga untuk turun ke jalan pada Selasa (1/10/2019).
"Dalam menghadapi tirani, kita hanya bisa bertarung seolah-olah ini menjadi pertempuran terakhir kita. Ketika kediktatoran adalah fakta maka revolusi menjadi kewajiban,” ujar salah satu pengunjuk rasa ketika membacakan pernyataan.
Inspektur Kepolisian Hong Kong John Tse menuturkan, aksi unjuk rasa Hong Kong pada 1 Oktober 2019 akan menjadi sangat berbahaya. “Intelijen memperingatkan pengunjuk rasa garis keras sedang mengkampanyekan untuk membunuh polisi,” tuturnya, tanpa merinci lebih jauh sumber informasi.
Pemerintah Hong Kong akan merayakan berdirinya Republik Rakyat China dengan lebih sederhana. Acara resepsi akan digelar dalam ruangan dan pertunjukan kembang api tahunan dibatalkan. Keamanan akan ditingkatkan untuk mencegah terjadinya situasi yang dapat mempermalukan Presiden China Xi Jinping.
Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam telah berangkat menuju Beijing, China pada Senin (30/9/2019, pagi, bersama 240 delegasi. Mereka akan berpartisipasi dalam perayaan hari nasional China. Sekretaris Hong Kong Matthew Cheung akan mewakili Lam hingga Lam kembali pada Selasa (1/10/2019), malam.
Hong Kong tengah mengalami krisis politik akibat aksi unjuk rasa pro-demokrasi sejak Juni 2019. Peserta unjuk rasa menuntut lima hal, yakni pencabutan rancangan undang-undang ekstradisi, pembatalan sebutan perusuh terhadap pengunjuk rasa, pembebasan pengunjuk rasa yang ditahan polisi, penyelidikan kekerasan oleh polisi, serta pemberian hak pilih atas pejabat Hong Kong.
Pemerintah Hong Kong telah mencabut RUU Ekstradisi pada awal September 2019. Kini, Hong Kong sedang bersiap untuk mengadakan dialog dengan warga.
Hong Kong merupakan pusat keuangan Asia. Sejak diserahkan Inggris kepada Beijing pada 1997, Hong Kong memiliki sistem pemerintahan terpisah dengan China.
Janji Xi
Presiden China Xi Jinping berjanji untuk menegakkan prinsip satu negara dengan dua sistem pemerintahan di Hong Kong. Ia juga menjamin otonomi khusus yang dimiliki Hong Kong.
Presiden China Xi Jinping berjanji untuk menegakkan prinsip satu negara dengan dua sistem pemerintahan di Hong Kong
“Kami yakin, dengan dukungan penuh dari China serta upaya bersama rekan-rekan di Hong Kong dan Makau, Hong Kong akan makmur dan maju bersama China,” kata Xi dalam resepsi di Beijing.
Xi jarang mengomentari langsung mengenai krisis politik yang terjadi di Hong Kong. Ada sejumlah pejabat pemerintahan Beijing yang mengomentari unjuk rasa Hong Kong sebagai aksi terorisme.
Beijing telah memposisikan perayaan berdirinya RRC sebagai perayaan kemenangan pertumbuhan ekonominya selama tujuh dekade terakhir, serta menekankan pentingnya wilayah dan nasionalisme yang terpadu.
China sedang bersiap merayakan hari nasional 1 Oktober melalui parade militer dan pesta besar. Ajang tersebut juga akan menekankan pentingnya nasionalisme dan kesatuan teritori China.
"Persatuan adalah besi dan baja. Persatuan adalah sumber kekuatan," tutur Xi. (AP/AFP)