Warga Dusun Winong, Desa Slarang, Kecamatan Kesugihan, Cilacap memprotes debu dari limbah batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap Cilacap. Warga menuntut langkah konkret untuk menyelesaikan masalah pencemaran udara.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS -- Warga Dusun Winong dari Desa Slarang, Kecamatan Kesugihan, Cilacap memprotes debu dari limbah batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap Cilacap. Warga menuntut langkah konkret untuk menyelesaikan masalah pencemaran udara di lingkungannya.
"Banyak anak-anak kami yang terdampak. Ada yang kena penyakit bronkitis dan kulit," kata Agus Mulyadi saat berdemo bersama sekitar 200 warga di depan kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap, Senin (30/9/2019).
Agus menyampaikan, warga Dusun Winong berjumlah 300 keluarga dan sekitar 75 persen di antaranya terdampak abu dan debu limbah bara tersebut. "Kami menuntut supaya limbah B3 itu tidak keluar lagi tidak berterbangan lagi di warga kami. Kami sudah mengalami selama 5 tahun ini," tuturnya.
Banyak anak-anak kami yang terdampak. Ada yang kena penyakit bronkitis dan kulit
Menurut Agus, jarak lokasi penimbunan limbah PLTU itu hanya sekitar 5 meter dari permukiman warga. Meski sudah dipasang paranet di kawasan itu, tetapi debu masih tetap berterbangan dan mengganggu lingkungan. "Abu dan debu itu tidak kelihatan. Kelihatan kalau pas tebal. Saat di lantai makin lama, makin tebal. Hitam dan pekat juga lengket," kata Agus.
Bacajuga : Sesak Warga di Balik PLTU Cilacap
Warga datang menggunakan dua unit truk dan sejumlah mobil. Mereka juga membawa spanduk serta poster yang bertuliskan "Utang Janji Ojo Digawa Mati", "Rakyat Butuh Udara Bersih", "Kami Butuh Bukti Bukan Janji", "DLH Medhot Janji", "Wes Ambyar", "Masyarakat Dimandikan Debu Batubara".
Riyanto warga lainnya menyampaikan, warga menuntut pemerintah melalui dinas lingkungan hidup untuk melakukan pengawasan dan pengendalian pencemaran lingkungan. Jika tidak ada tindakan konkret dal waktu satu bulan, warga akan melakukan aksi penutupan lokasi limbah B3. "Jika tidak ada upaya konkret, warga akan memblokade akses ke sana," ujarnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap Awaluddin Muri mengatakan, pihaknya tetap berupaya melakukan pengawasan serta berkoordinasi dengan PLTU untuk segera menuntaskan masalah debu. "Nantinya akan dibuatkan dome (semacam kubah) atau ditutup secara keseluruhan tempat penyimpanan limbah B3 itu," kata Awaluddin.
Menurut Awaluddin, selain akan ditutup, lokasi pembuangan limbah itu juga akan dilengkapi dengan spray atau semprotan air sehingga mencegah debu tidak bertebaran. Namun untuk membuat dome tersebut dibutuhkan waktu lebih dari dua bulan.
Presiden Joko Widodo, Senin (25/2/2019), meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap Ekspansi I di Desa Karangkandri, Slarang, dan Menganti, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. PLTU berkapasitas 660 megawatt (MW) tersebut merupakan satu dari empat proyek pembangunan pembangkit listrik di Cilacap.
Dengan peresmian itu, tiga pembangkit listrik sudah dioperasikan, yakni PLTU Adipala yang berkapasitas 660 MW, PLTU Cilacap I dan II dengan kapasitas 2 x 300 MW, dan Cilacap Ekspansi I. Adapun PLTU Cilacap Ekspansi II yang berkapasitas 1.000 MW belum selesai dibangun.
Baca juga; Presiden Resmikan PLTU Cilacap Ekspansi
Presiden Joko Widodo berharap, pengoperasian PLTU Cilacap Ekspansi I dapat menambah pasokan listrik bagi rumah tangga serta industri, terutama di Pulau Jawa. ”Saya sangat menghargai PLTU di Cilacap. Besar, 660 MW, sehingga bisa menambah suplai terutama di Jawa, baik untuk industri maupun kekurangan yang ada di rumah tangga,” kata Presiden dalam pidatonya.
Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah PT PLN (Persero) Amir Rosidin menjelaskan, PLTU yang dibangun dengan biaya 899 juta dollar AS itu diperkirakan dapat memenuhi 682.000 pelanggan baru, baik di Jawa maupun Bali. PLTU Cilacap Ekspansi I yang dibangun di atas lahan seluas 38,28 hektar itu menyerap 800 tenaga kerja baru.