Indonesia Jadi Contoh Pengelolaan Manajemen Rantai Dingin Vaksin
›
Indonesia Jadi Contoh...
Iklan
Indonesia Jadi Contoh Pengelolaan Manajemen Rantai Dingin Vaksin
Kemandirian negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam atau OKI mengelola manajemen rantai dingin vaksin masih harus terus dibangun. Indonesia bisa jadi contoh untuk mewujudkan hal itu.
Oleh
Samuel Oktora
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Kemandirian negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam atau OKI mengelola manajemen rantai dingin vaksin masih harus terus dibangun. Indonesia bisa jadi contoh untuk mewujudkan hal itu.
Penguatan pengelolaan vaksin ini menjadi topik bahasan dalam lokakarya yang digelar Kementerian Kesehatan bertajuk ”Cold Chain Vaccine Management” di Bandung, Jawa Barat, Selasa-Rabu (1-2/10/2019). PT Bio Farma (Persero) menjadi tuan rumah acara ini. Acara ini diikuti 45 peserta dari 16 negara OKI. Sebelum bertolak ke Bandung, mereka beraudiensi dengan Menteri Kesehatan Nila F Moeloek di Jakarta.
”Umumnya negara-negara OKI belum kuat dalam manajemen rantai dingin vaksin. Lewat forum ini, mereka akan saling berbagi keahlian dan pengalaman. Ini perlu menjadi perhatian. Meski Indonesia bisa mengekspor vaksin ke negara-negara OKI, tetapi jika rantai dingin tak dijaga, maka berpotensi timbul outbreak (wabah),” kata Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementerian Kesehatan Agusdini Banun Saptaningsih di Bandung.
Dini berharap kegiatan ini bisa meluaskan jaringan antarnegara OKI. Tidak hanya itu, semuanya bakal menjadi tolok ukur pengelolaan rantai dingin vaksin di negara-negara OKI, meningkatkan pengetahuan manajemen rantai dingin vaksin, dan melihat mekanisme distribusi vaksin di Indonesia.
”Sejumlah negara OKI kondisinya sama dengan Indonesia, seperti halnya di Afrika kondisi geografisnya mirip dengan Indonesia, dari pusat sampai ke pelosok atau daerah pinggiran, sehingga juga dapat menjadi rujukan,” ujarnya.
Dalam lokakarya hari pertama, Selasa, terdapat dua pemateri, yakni Technical Officer for Expanded Proggrame for Immunization WHO Vinot Bura tentang pedoman distribusi vaksin dan Asisten Sekretaris Jenderal OKI Askar Musinov yang memaparkan tentang isu kemandirian produksi vaksin di antara negara anggota OKI.
Hingga saat ini, Bio Farma telah mengekspor vaksin ke lebih dari 140 negara. Sebanyak 50 negara di antaranya tergabung dalam OKI. Sementara itu, di dalam OKI, hanya tujuh negara yang mempunyai pabrik vaksin, yaitu Indonesia, Iran, Arab Saudi, Senegal, Tunisia, Maroko, dan Mesir. Namun, dari tujuh negara itu, produksi vaksin yang diakui WHO hanya dari Bio Farma (15 vaksin) dan Senegal (1 vaksin).
Corporate Secretary Bio Farma Bambang Heriyanto menuturkan, pada Rabu (2/10) peserta akan diajak melihat proses manajemen rantai dingin vaksin di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung hingga tingkat puskemas. Dari dinas kesehatan, peserta akan diajak melihat fasilitas Penelitian dan Pengembangan Bio Farma di Bandung.
”Ada empat negara akan menyampaikan pengalamannya sejauh ini dalam manajemen rantai dingin, di antaranya Maladewa,” ucap Bambang.
Ada empat negara akan menyampaikan pengalamannya sejauh ini dalam manajemen rantai dingin, di antaranya Maladewa.
Sementara itu, Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Kesehatan Acep Somantri berpendapat, Indonesia menjadi rujukan dalam manajemen rantai dingin vaksin. Alasannya, karena Indonesia memiliki kemampuan penyaluran sampai pulau-pulau, serupa dengan negara OKI lainnya.
”Diharapkan lewat forum ini ada kerja sama riset semakin intensif di antara negara-negara OKI untuk dapat mencapai kemandirian vaksin,” kata Acep.