Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letnan Jenderal Doni Monardo berjanji pihaknya akan membangun rumah yang rusak akibat guncangan gempa di Maluku pada Kamis (26/9/2019).
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letnan Jenderal Doni Monardo berjanji pihaknya akan membangun rumah yang rusak akibat guncangan gempa di Maluku pada Kamis (26/9/2019). Pembangunan secepatnya dilaksanakan setelah masa tanggap darurat berakhir pekan depan.
Melalui sembungan telepon kepada di Kompas di Ambon pada Selasa (1/10/2019), Doni mengatakan, tim dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama kementerian terkait segera melakukan penilaian terhadap kondisi bangunan yang rusak. Hasil penilaian nanti dimasukkan dalam kategori rusak ringan, rusak sedang, dan rusak berat.
”Korban gempa di Maluku yang rumahnya rusak tidak perlu khawatir mengenai perbaikan dan pembangunan rumah mereka nanti. BNPB akan membangun semua rumah yang rusak itu. Saat ini tim yang dibentuk sedang dalam pendataan,” kata Doni.
Korban gempa di Maluku yang rumahnya rusak tidak perlu khawatir mengenai perbaikan dan pembangunan rumah mereka nanti. BNPB akan membangun semua rumah yang rusak itu.
Menurut data BNPB, sebanyak tiga kabupaten/kota terdampak gempa, yakni Kota Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, dan Kabupaten Seram Bagian Barat. Gempa menyebabkan 30 orang meninggal, 156 orang luka, dan 136.780 orang mengungsi.
Selain itu, gempa juga merusak 698 rumah, 2 fasilitas kesehatan rusak, 16 rumah ibadah, 8 kantor pemerintahan, 19 fasilitas pendidikan, 2 jembatan, dan 1 pasar.
Baca juga: Rapuhnya Konstruksi Bangunan di Lokasi Gempa Ambon
Menurut pantauan Kompas di Desa Liang, Kabupaten Maluku Tengah, banyak rumah rata dengan tanah. Rumah-rumah dimaksud tidak dibangun dengan konstruksi yang kuat. Sebab, banyak rumah yang masih kokoh berdiri meski berada di jalur gempa. Semua rumah yang rusak itu terbuat dari beton.
Doni mengatakan, hampir semua rumah yang rusak akibat gempa dalam beberapa tahun terakhir itu dibangun dengan konstruksi yang tidak memenuhi standar. Adapun rumah yang rusak pada saat gempa Lombok lebih kurang 80.000, gempa Palu 30.000, dan gempa Halmahera 1.000.
Umar Rehalat (40), warga Desa Liang yang rumahnya mengalami kerusakan, berharap agar janji pembangunan rumah itu dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana. Rumah Umar rata dengan tanah. Pada saat gempa, istri dan anaknya ada di dalam rumah. Mereka terjebak beberapa menit hingga akhirnya mencari jalan keluar melalui celah di bawah reruntuhan itu.
Bupati Maluku Tengah Tuasikal Abua mengimbau masyarakat yang rumah mereka tidak mengalami kerusakan agar boleh kembali ke rumah. Tujuannya agar aktivitas ekonomi masyarakat pun kembali berlanjut. ”Frekuensi gempa sudah berkurang. Jangan terpengaruh dengan isu-isu yang tidak bertanggung jawab,” kata Abua saat ditemui di Liang.
Beberapa warga di Desa Liang mulai membersihkan puing-puing rumah mereka. Siang hari, mereka beraktivitas di tengah kampung yang berada di dekat pesisir pantai itu. Malam hari mereka mengungsi ke dataran tinggi. ”Butuh waktu untuk mengobati trauma ini,” ujar Abua.
Desa Liang yang berada di Kabupaten Maluku Tengah itu merupakan desa di Pulau Ambon yang terkena dampak paling parah. Total warga yang terdampak 17.471 jiwa, termasuk 556 anak balita dan 510 lanjut usia.