Pemkot Bitung memoles penyelenggaraan Festival Pesona Selat Lembeh tahun ini untuk bisa menarik lebih banyak wisatawan mancanegara.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
BITUNG, KOMPAS - Rangkaian Festival Pesona Selat Lembeh di Bitung, Sulawesi Utara, masuk dalam daftar 100 acara unggulan Kementerian Pariwisata tahun 2019. Untuk meningkatkan daya tariknya sebagai acara unggulan, panitia festival membuka lebar pintu partisipasi bagi masyarakat, terutama komunitas yang beranggotakan generasi muda.
Wali Kota Bitung Max Lomban, Selasa (1/10/2019), mengatakan, rangkaian Festival Pesonal Selat Lembeh (FPSL) 2019 akan berlangsung 2-10 Oktober 2019 di Pangkalan Utama Angkatan Laut VIII Satuan Kapal Patroli Bitung. Ini bertepatan dengan perayaan Ulang Tahun ke-29 Kota Bitung.
FPSL telah digelar enam kali sejak 2009. Pada gelaran ketujuh, untuk pertama kalinya festival ini masuk dalam Calender of 100 Events Kemenpar dan akan dipromosikan secara internasional. "Karena itu, kalau tidak ada aral melintang, FPSL 2019 akan dibuka langsung oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya," kata Max.
Atraksi utama yang kami tawarkan adalah tari kolosal kebudayaan yang melibatkan 2.500 orang.
Rangkaian acara dimulai dengan festival senam yoga sekaligus penggalangan dana amal untuk penderita kanker selama 2-5 Oktober. Karnaval laut di Selat Lembeh sebagai acara utama diadakan pada 7 Oktober. Wisatawan akan disuguhi parade sekitar 1.200 kapal hias di Selat Lembeh. Acara ini diikuti rangkaian pentas musik dan tari serta berbagai pameran seni hingga 9 Oktober.
"Atraksi utama yang kami tawarkan adalah tari kolosal kebudayaan yang melibatkan 2.500 orang. Ada tari masemper dari Kepulauan Sangihe, tari maengket dari Minahasa, dan ada banyak tarian dari Bolaang Mongondow dan Gorontalo," kata Max.
Selat Lembeh sepanjang 16 kilometer dan lebar 2 kilometer itu juga dikenal sebagai destinasi unggulan wisata bawah air dengan kekayaan ikan dan terumbu karang. Ada 95 lokasi penyelaman. Karena itu, akan diadakan juga acara selam, pengamatan terumbu karang, dan olahraga air.
FPSL bermula sebagai perayaan syukur anggota komunitas perikanan, mulai dari nelayan kecil hingga pelaku industri perikanan, atas kelimpahan hasil tangkapan ikan laut. Namun, kebijakan pelarangan bongkar muat hasil perikanan di tengah laut (transshipment) pada 2015 membuat perekonomian Bitung lesu. Pertumbuhan ekonomi anjlok dari 6,39 persen pada 2014 menjadi 3,54 persen pada 2015.
Pemkot Bitung pun mencoba mengembangkan pariwisata dengan mengambil alih pengadaan FPSL sejak 2016. Max mengatakan, kebijakan ini membawa dampak baik. Pertumbuhan ekonomi naik lagi ke angka 5,34 persen pada 2016, kemudian 6,18 persen dan 6,01 persen pada 2017 dan 2018.
Kepala Dinas Pariwisata Bitung Pingkan Kapoh mengatakan, tahun ini Pemkot Bitung membidik kedatangan 60.000 wisatawan mancanegara (wisman). Pada 2018, sebanyak 36.596 wisman melancong ke Bitung, meningkat dari 35.295 pada 2017. Adapun target total wisatawan yang ingin dicapai adalah 600.000, naik dari 338.279 pada 2018.
FPSL 2019 diharapkan bisa membantu pencapaian target tersebut. Untuk itu, dana APBD Rp 2 miliar dikucurkan guna menarik para wisman dan wisata FPSL 2019.
Antusiasme para nelayan sangat besar sehingga mereka akan ikut menghias kapal untuk parade.
"Dana produksi dan operasional itu tergolong kecil untuk mengadakan festival. Kami bergantung pada swadaya masyarakat nelayan. Karena FPSL berasal dari masyarakat perikanan, antusiasme para nelayan sangat besar sehingga mereka akan ikut menghias kapal untuk parade," kata Pingkan.
Pemkot pun menyiapkan strategi untuk menambah kedatangan wisman, yaitu mengundang peserta karnaval laut dari berbagai daerah dan negara, seperti Australia, Amerika Serikat, China, Filipina, dan Selandia Baru. Selain itu, pemkot mengandalkan paket wisata yang dijual Asosiasi Pengusaha Perjalanan Indonesia (Asita) Sulut kepada wisman China dan Filipina. Para wisman akan singgah di Bitung sehari, tapi tidak bermalam.
Ketua Panitia FPSL 2019 Andre Sumual mengatakan, pihaknya berusaha meningkatkan daya tarik festival dengan melibatkan berbagai komunitas anak muda dengan beragam minat. Beberapa yang diundang antara lain komunitas pecinta alam, busana, motor custom, sampai usaha rintisan.
"Sebagian kuliner yang kami sediakan juga mengarah ke gaya hidup anak muda, seperti kopi, food truck, dan lain-lain. Mereka bisa bikin workshop selama penyelenggaraan. Jadi, kami ingin melibatkan sebanyak-banyaknya anak muda, termasuk yang dari Bitung," kata Andre.
Panitia juga mengandalkan komunitas seniman Ruang Rupa Jakarta untuk menata ruang festival. Artis lokal dan nasional juga akan mengisi panggung utama di lapangan Lantamal VIII Satrol Bitung selama 7-9 Oktober. Rangkaian FPSL 2019 juga memuat lari 10K dan ajang motor trail. Tahun lalu, lari 10K diikuti sekitar 36.000 orang, sedangkan motor trail sekitar 1.850 peserta.
Tantangan
Hingga sehari sebelum penyelenggaraan, Andre menyatakan tidak ada hambatan. Namun, tantangan yang akan dihadapi panitia adalah bagaimana menyediakan penginapan untuk para pengisi acara FPSL 2019.
"Sampai sekarang, Bitung belum punya hotel bintang 2 atau 3. Menurut imbauan pemkot, kami memanfaatkan resort dan homestay di Bitung," katanya.
Max Lomban mengatakan, saat ini Bitung memiliki 27 resort di area destinasi ekowisata. "Tapi, dalam waktu dekat, kami akan meresmikan hotel bintang 3 pertama. Itu bisa menambah keragaman pariwisata Bitung," katanya.