Harga Gabah Terus Naik, Pemerintah Diminta Tidak Intervensi
›
Harga Gabah Terus Naik,...
Iklan
Harga Gabah Terus Naik, Pemerintah Diminta Tidak Intervensi
Harga gabah di tingkat petani diperkirakan masih akan naik seiring musim tanam yang terlambat. Untuk itu, pemerintah diminta tidak mengintervensi harga karena ongkos produksi petani juga meningkat saat musim kemarau.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Harga gabah di tingkat petani diperkirakan masih akan naik seiring musim tanam yang terlambat. Untuk itu, pemerintah diminta tidak mengintervensi harga karena ongkos produksi petani juga meningkat saat musim kemarau.
Sejumlah daerah di sentra padi Kabupaten Indramayu dan Cirebon, Jawa Barat, Rabu (2/10/2019), baru memasuki masa panen. Wilayah itu antara lain Juntinyuat, Karangampel, dan Krangkeng (Indramayu) serta Kapetakan, Panguragan, dan Suranenggala (Cirebon). Musim kemarau memicu kawasan itu terlambat tanam hingga lebih dari sebulan.
Kondisi ini berdampak pada masa panen yang terlambat. Biasanya, pada September, panen sudah usai dan petani mulai mengolah tanah untuk musim tanam berikutnya. Dinas Pertanian Cirebon mencatat, saat ini masih ada sekitar 24.641 hektar padi dari 87.169 hektar sawah yang belum panen.
”Musim tanam berikutnya diperkirakan mulai Desember kalau hujan turun. Panen diperkirakan bulan April. Artinya, harga gabah masih akan naik karena panen masih lama,” ujar Ketua Gabungan Kelompok Tani Panguragan H Amrin.
Harga gabah kering panen atau GKP di tingkat petani Cirebon saat ini berkisar Rp 5.000-Rp 5.300 per kilogram. Bahkan, harga di Indramayu menyentuh Rp 5.800 per kg untuk GKP. Harga ini jauh di atas Instruksi Presiden No 5/2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah dengan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk GKP Rp 3.700 per kg.
Akan tetapi, menurut Amrin, pemerintah tidak perlu buru-buru mengintervensi harga gabah di tingkat petani yang meningkat sebulan terakhir. ”Kalau mau gelar operasi pasar beras tidak tepat karena harga beras saat ini belum melonjak. Harga beras dari Cirebon ke Pasar Induk Cipinang masih Rp 8.800 per kg. Kalau nanti harga beras hancur (turun) karena operasi pasar, petani akan terkena imbasnya,” ujarnya.
Kalau mau gelar operasi pasar beras tidak tepat karena harga beras saat ini belum melonjak.
Apalagi, menurut Amrin, ongkos produksi saat musim kemarau meningkat dari biasanya Rp 6 juta-Rp 7 juta per hektar menjadi Rp 9 juta-Rp 10 juta per hektar. Kenaikan biaya tanam itu dipicu pengeluaran tambahan untuk mengairi sawah menggunakan mesin pompa.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Ali Efendi berharap pemerintah tidak menggelar operasi pasar beras. ”Petani sangat bahagia dengan kenaikan harga gabah. Penyebabnya, masa tanam yang tidak serentak dan juga dipicu kekeringan,” ucapnya.
Ali mengatakan, dari Januari hingga Agustus 2019, produksi mencapai 397.680 ton GKG. Dengan luas lahan 45.000 hektar, pihaknya menargetkan sekitar 426.000 ton GKG tahun ini.
Koordinator Wilayah Asosiasi Bank Benih Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Jabar Masroni di Indramayu meminta pemerintah menyerahkan penentuan harga gabah kepada mekanisme pasar. Jangan sampai, katanya, intervensi pemerintah malah membuat harga gabah di petani anjlok.
”Biarkan petani merasakan udara segar dengan kenaikan harga gabah,” ujarnya.