Iran Petik Poin Strategis di Perbatasan Irak-Suriah
›
Iran Petik Poin Strategis di...
Iklan
Iran Petik Poin Strategis di Perbatasan Irak-Suriah
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS — Iran mendapat akses perdagangan baru di tengah belenggu sanksi Amerika Serikat menyusul dibukanya secara resmi jalur transportasi Irak-Suriah melalui pintu gerbang Al-Qa’im di Irak dan Al-Bukamal di Suriah, Senin (30/9/2019). Pada hari itu, beberapa truk pengangkut komoditas mulai menyeberang dari pintu gerbang Al Qa’im menuju pintu gerbang Al-Bukamal, dan sebaliknya.
Sejumlah pejabat Iran, Rusia, Irak, dan Suriah dilaporkan menyaksikan pergerakan lalu lintas pengangkutan komoditas antara Al-Qa’im dan Al-Bukamal itu.
Dua pintu gerbang itu sempat ditutup sejak 2013 saat milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) menguasai perbatasan Irak-Suriah serta sepertiga wilayah Irak dan separuh wilayah Suriah. Pasukan Irak berhasil merebut gerbang Al-Qa’im dari NIIS, November 2017.
Menurut harian Asharq al-Awsat edisi Selasa (1/10/2019), Rusia dan Iran ngotot mendesak Baghdad dan Damaskus segera membuka jalur transportasi Al-Qa’im dan Al-Bukamal. Bagi Rusia dan Iran, tujuan pembukaan kembali dua gerbang itu untuk menunjukkan bahwa Damaskus dan Baghdad telah menguasai kembali secara penuh perbatasan Irak-Suriah yang selama hampir lima tahun dikontrol NIIS.
Adapun bagi Iran, ada dua tujuan strategis atas pembukaan pintu gerbang Al-Qa’im dan Al-Bukamal. Pertama, terwujudnya impian membangun jalur poros bulan sabit Syiah yang membentang dari Teheran hingga Beirut melalui Baghdad dan Damaskus. Bagi Teheran, terbukanya jalur darat dari Teheran hingga Beirut kian membuka jalur suplai senjata dari Iran kepada para loyalisnya di Irak, Suriah, dan Lebanon.
Di Irak, loyalis Iran terbesar adalah Hashed al-Shaaabi, sedangkan di Lebanon adalah Hezbollah. Adapun di Suriah, rezim Presiden Bashar al-Assad dikenal pro Iran, selain beberapa milisi loyalis Iran di negara itu.
Kedua, pembukaan gerbang Al-Qa’im dan Al-Bukamal bisa membantu meringankan beban dari sanksi AS dengan cara menggerakkan perdagangan lewat jalur darat dengan negara-negara tetangga seperti Irak, Suriah, dan Lebanon.
Seperti diketahui, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Irak Osman al-Ghani, serta Menteri Pertahanan Suriah Ali Abdullah Ayyoub pada 17-18 Maret 2019 bertemu di Damaskus untuk membahas kemungkinan membuka jalan darat yang menghubungkan Teheran dengan Baghdad dan Damaskus.
Pembukaan jalur pintu gerbang al-Qa’im dan al-Bukamal, mulai Senin lalu, merupakan pelaksanaan dari keputusan politik di Damaskus itu untuk segera membuka perbatasan Irak-Suriah.
Wali Kota Al-Qa’im, Ahmed Al-Dulaimi, kepada Asharq al-Awsat mengatakan, telah mulai beroperasi lagi gerakan perdagangan dan arus manusia dari Irak ke Suriah dan sebaliknya melalui pintu gerbang Al-Qa’im dan Al-Bukamal setelah pintu gerbang tersebut ditutup sejak 2013.
Politisi Irak, Ahmed al-Asafi, kepada Asharq al-Awsat juga mengatakan, pembukaan pintu gerbang Al-Qa’im dan Al-Bukamal sangat penting bagi hubungan dagang Irak-Suriah melalui jalur darat karena hubungan dagang dan arus manusia antara Irak dan Suriah sebagian besar melalui darat. Kedua negara itu tidak memiliki hubungan laut langsung, sementara jalur udara berbiaya jauh lebih mahal.
Irak dan Suriah dihubungkan oleh tiga pintu gerbang. Pertama, pintu gerbang Al-Qa’im dan Al-Bukamal yang dikontrol penuh Pemerintah Baghdad dan Damaskus serta telah dibuka mulai Senin lalu. Kedua, pintu gerbang Al-Walid di sisi Irak dan pintu gerbang Al-Tanf di sisi Suriah. Namun, dua pintu gerbang itu belum dibuka karena terdapat pangkalan militer AS di Al-Tanf.
Ketiga, pintu gerbang Rabia di sisi Irak dan pintu gerbang Al-Yarubiyah di sisi Suriah. Pintu gerbang ini juga belum dibuka untuk umum karena masih dikontrol milisi Kurdi bersenjata.