Kekalahan telak ini mencoreng nama baik klub Inggris. Selisih lima gol adalah kekalahan terbesar yang pernah dialami klub Inggris di kandang sendiri saat bertarung di kompetisi Eropa.
Oleh
Prayogi Dwi Sulistiyo
·3 menit baca
LONDON, RABU — Pada awal musim ini, finalis Liga Champions musim lalu, Tottenham Hotspur, mengalami perjalanan yang berat. Setelah tampil buruk di kompetisi domestik, mereka juga terseok-seok di kompetisi Eropa. Pada Rabu (2/10/2019), Spurs takluk dari Bayern Muenchen dalam pertandingan Liga Champions di Stadion Tottenham Hotspur, London, dengan skor telak 2-7.
Kekalahan telak ini mencoreng nama baik klub Inggris. Selisih lima gol adalah kekalahan terbesar yang pernah dialami klub Inggris di kandang sendiri saat bertarung di kompetisi Eropa. Selain itu, untuk pertama kali Spurs kebobolan tujuh gol sejak kalah 8-0 dari FC Koln di Piala Intertoto pada 1995.
Manajer Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino menyesali kegagalan timnya memanfaatkan peluang yang ada. Spurs mampu melepaskan 15 tendangan dan 8 di antaranya mengarah ke gawang. Peluang mereka tidak jauh berbeda dengan Bayern Muenchen yang melepaskan 19 tendangan dan 10 di antaranya mengarah ke gawang.
Spurs unggul terlebih dahulu lewat gol yang diciptakan Son Heung-Min pada menit ke-12. Namun, Muenchen berhasil membalikkan keadaan lewat gol Joshua Kimmich dan Robert Lewandowski.
”Kami memulai pertandingan dengan sangat kompak dan agresif serta menekan dengan keras. Saya pikir kami mendominasi permainan dalam 30 menit pertama. Sialnya kami kobobolan di akhir babak pertama,” ujar Pochettino.
Seusai keunggulan tersebut, Serge Gnabry tampil menggila dengan mencetak empat gol dan Lewandowski berhasil menambah satu gol. Harry Kane sempat memperkecil kekalahan lewat tendangan penalti, tetapi gol tersebut tidak dapat menghapus rasa malu Spurs di hadapan pendukungnya sendiri.
Persiapan kurang maksimal
Seusai kekalahan tersebut, Pochettino menyerukan agar timnya bersatu dan ia terlihat khawatir setelah awal yang buruk di musim ini. Di Liga Inggris, Spurs masih terdampar di peringkat ke-6. Mereka juga telah tersingkir di Piala Liga Inggris dari tim kasta keempat Colchester pada pekan lalu.
Penampilan buruk pada awal musim ini seperti menunjukkan persiapan Spurs yang kurang maksimal pada pramusim. Pochettino sempat mengeluhkan kebijakan transfer yang diterapkan petinggi Spurs karena ia tidak dapat menentukan pemain yang diinginkannya.
Selain itu, pemain andalannya, seperti Christian Eriksen dan Jan Vertonghen, selalu diisukan bakal hengkang dari Spurs. Rumor tersebut membuat konsentrasi persiapan tim terganggu.
Akan tetapi, Pochettino enggan menyalahkan orang lain terkait dengan penampilan buruk Spurs di awal musim ini. Ia ingin timnya segera bangkit dari kekalahan ini.
”Bayern selalu mencetak gol di setiap sentuhan. Itu sulit diterima, tetapi kita harus terus maju. Kita harus kuat dan terus berjalan. Kita harus tetap bersama dan tidak mencari-cari kesalahan atau mencoba melarikan diri. Itu adalah satu-satunya cara untuk bangkit,” ujarnya.
Dengan kekalahan ini, Spurs berada di peringkat ke-3 Grup B Liga Champions setelah memperoleh satu poin. Mereka hanya unggul selisih gol dari Olympiakos yang berada di dasar klasemen.
Muenchen teratas
Saat Pochettino terpuruk bersama Spurs, Niko Kovac justru tampil mengejutkan di awal musim dengan tak terkalahkan. Di Liga Jerman dan Liga Champions, Muenchen masih bertengger di posisi teratas.
Adapun kemenangan tandang bukanlah yang terbesar bagi Muenchen di kompetisi Eropa. Mereka pernah menang 1-7 atas AS Roma pada 2014.
”Ini tidak terlihat seperti 7-2 setelah 30 menit. Kami memiliki masalah di belakang dan (Manuel) Neur membuat kami tetap ada dalam permainan dengan beberapa penyelamatan yang berkelas,” kata Kovac.
Ia mengakui, keunggulan akhir babak pertama adalah kunci kebangkitan timnya setelah sempat tertinggal terlebih dahulu. Setelah unggul di babak pertama, timnya semakin percaya diri saat bertarung di babak kedua. (REUTERS/AP)