Sejumlah layanan publik di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua, hingga hari kedelapan pasca-kerusuhan, belum kembali pulih. Warga pun masih belum berani beraktivitas.
Oleh
Fabio Costa
·3 menit baca
WAMENA, KOMPAS — Sejumlah layanan publik di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua, hingga hari kedelapan pasca-kerusuhan, belum kembali pulih. Warga pun masih belum berani beraktivitas walau sudah ada jaminan keamanan dari TNI dan Polri.
Dari pantauan Kompas di Wamena pada Selasa (1/10/2019), sekolah-sekolah dari jenjang TK hingga SMA belum dibuka. Sementara layanan kesehatan yang sudah berjalan hanya di Rumah Sakit Umum Daerah Wamena dan dua puskesmas saja.
Suasana kota pun tampak lengang. Kios-kios dan perkantoran banyak yang masih tutup. Aparat TNI dan Polri bersenjata lengkap terlihat bersiaga di sejumlah ruas jalan utama kota, seperti Jalan Yos Sudarso, Jalan Trikora, Jalan Thamrin, dan Jalan Sulawesi.
Pantauan di Bandara Wamena, banyak warga yang memadati terminal keberangkatan. Sebaliknya, arus penumpang yang datang sepi. Salah satu pesawat komersial dari Jayapura yang mendarat pada Selasa siang hanya terisi sekitar separuh kapasitas.
Kepala SMA Negeri 1 Wamena Yoseph Bisono, saat ditemui, mengatakan, aktivitas di sekolah itu belum berjalan normal. Tidak ada instruksi dari Pemkab Jayawijaya untuk meliburkan para siswa.
Ia mengungkapkan, banyak guru yang belum masuk sekolah karena masih merasa trauma. Para guru tersebut turut menjadi korban dalam kerusuhan 23 September lalu. ”Banyak guru di sekolah kami yang memilih meninggalkan Wamena. Mereka belum berani mengajar saat ini. Namun, mereka berjanji akan kembali lagi ke Wamena jika situasi sudah kondusif,” ungkap Yoseph.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya Wily Mambieuw mengatakan, saat ini hanya terdapat 15 tenaga dokter di Wamena. Para dokter ini melayani pasien di RSUD Wamena dan dua puskesmas. Adapun pelayanan kesehatan di 25 puskesmas lain di Wamena belum berjalan.
Pengungsi sakit
Ia memaparkan, para pengungsi banyak yang terkena penyakit seperti infeksi saluran pernapasan dan diare. Hingga Selasa, pengungsi yang menderita infeksi saluran pernapasan 477 orang dan diare 194 orang.
Berdasarkan data dari Pemkab Jayawijaya, jumlah pengungsi akibat kerusuhan 19.664 orang yang tersebar di 207 titik di area kota Wamena. Sementara pengungsi di luar Wamena 1.442 orang yang tersebar di 26 titik.
”Ketersediaan obat masih mencukupi hingga kini. Kami berharap adanya bantuan tenaga dokter dari Kementerian Kesehatan agar pelayanan untuk para pengungsi dan warga tidak terkendala,” ucap Wily.
Binsar Sianturi, pengungsi, mengatakan sangat membutuhkan alas tidur. Selama mengungsi akibat kerusuhan, dia tidur di teras salah satu lokasi pengungsian. ”Kami tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan makanan. Namun, kami membutuhkan kasur, pakaian yang layak, serta kebutuhan untuk perempuan dan anak,” tuturnya.
Masih eksodus
Dari pantauan di Detasemen Pangkalan TNI Angkatan Udara Wamena pada pukul 14.00 WIT, tampak ribuan warga mengantre untuk menaiki pesawat Hercules dengan rute ke Jayapura, Timika, dan Merauke.
Asri (34), salah seorang warga, mengatakan, dia bersama istri dan dua anak akan mengungsi ke Jayapura karena masih merasa trauma berat dengan kerusuhan tersebut. ”Suatu saat kami akan kembali ke Wamena untuk membangun daerah ini. Sekarang kami mengungsi ke Jayapura sampai rasa trauma akibat kerusuhan bisa terlupakan,” katanya.
Komandan Detasemen Pangkalan TNI Angkatan Udara Mayor (Pnb) Arief Sujatmiko memaparkan, warga dari Wamena yang dievakuasi ke Jayapura, Timika, dan Merauke pada Selasa mencapai 1.826 orang. Total warga yang telah dievakuasi sejak 24 September hingga Selasa mencapai 6.472 orang.
”Hari ini 10 penerbangan dengan tiga pesawat Hercules. Kemungkinan jumlah warga yang dievakuasi terus bertambah. Total warga yang mendaftar untuk menumpang Hercules 17.900 orang,” papar Arief.
Ia menambahkan, pesawat Hercules milik TNI AU akan kembali mengevakuasi ribuan warga ke Jayapura dan Biak Numfor pada Rabu ini dengan 10 kali penerbangan jika tak terkendala cuaca.