Media Sosial Jadi Inkubator Bisnis UMKM Daring Pemula
›
Media Sosial Jadi Inkubator...
Iklan
Media Sosial Jadi Inkubator Bisnis UMKM Daring Pemula
Media sosial yang banyak dipakai penjual UMKM secara tidak langsung menjadi inkubator atau media untuk mematangkan bisnis mereka secara daring. Karena itu, perlu upaya lebih untuk mendukung ekosistem bisnis mereka.
Oleh
Erika Kurnia
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebanyak 44 persen pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah pemula menggunakan media sosial untuk berjualan secara daring. Media sosial lebih diminati daripada platform berjualan e-dagang oleh mereka yang baru akan mengembangkan bisnis daring.
Hal ini terungkap dari survei Paxel Buy & Send Insight, perusahaan logistik pengiriman sehari, Paxel, bekerja sama dengan lembaga riset Provetics, yang dipublikasikan di Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Survei dilakukan terhadap 535 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) daring di kota-kota besar di Pulau Jawa. Responden mayoritas pelaku usaha berskala kecil dengan jumlah pegawai kurang dari lima orang dan volume pengiriman barang kurang dari 20 unit per hari.
Senior Analyst Provetics, Smita Sjahputri, mengatakan, survei menunjukkan bahwa penjualan daring via aplikasi media sosial menjadi titik awal penjual pemula untuk mengembangkan bisnis mereka.
”Media sosial menjadi sarana yang paling memudahkan karena penjual dapat secara langsung berinteraksi dengan pembeli, memasarkan produk secara langsung dan proaktif, serta cenderung lebih mudah untuk digunakan, terutama bila dibandingkan dengan situs e-dagang,” jelasnya.
Menurut survei, 213 penjual daring hanya menggunakan media sosial. Sebagian besar (44 persen) dari mereka merupakan penjual di bawah setahun. Sementara itu, 302 responden menggunakan media sosial dan platform e-dagang. Mereka, yang menggunakan media sosial dan platform e-dagang, 42 persen di antaranya adalah penjual di atas dua tahun.
Platform media sosial dan e-dagang yang paling sering dipakai UMKM daring adalah Whatsapp (84 persen), Instagram (81 persen), Shopee (53 persen), Facebook (36 persen), Tokopedia (29 persen), dan Bukalapak (18 persen). Sebanyak 87 persen responden menggunakan lebih dari satu platform.
COO Paxel Zaldy Ilham Masita mengatakan, media sosial yang banyak dipakai penjual UMKM secara tidak langsung menjadi inkubator atau media untuk mematangkan bisnis mereka secara daring. Karena itu, perlu upaya lebih untuk mendukung ekosistem bisnis mereka.
”Hasil survei membuat kita harus lebih serius menangani kendala bisnis dari para penjual daring di medsos. Sistem pembayaran dan pengiriman barang yang lebih efisien dan berkualitas harus tersedia agar mereka bisa cepat berkembang,” tuturnya.
Kecepatan pengiriman
Survei Paxel Buy and Send Insights juga mengungkapkan, UMKM daring semakin mengandalkan jasa logistik tiba pada hari yang sama (same day delivery). Sebanyak 36 persen penjual daring menganggap kecepatan pengiriman barang lebih penting ketimbang ongkos kirim yang murah.
Pertimbangan lain memilih penyedia jasa logistik adalah murahnya ongkos kirim (29 persen), kemudahan pengiriman (26 persen), dan kemudahan memeriksa posisi paket (8 persen). Selain itu, kemampuan pengiriman barang dalam radius wilayah lebih luas juga jadi alasan pelaku bisnis memilih penyedia jasa logistik tiba di hari yang sama.
”Dengan menggunakan jasa logistik tiba pada hari yang sama, volume penjualan sebagian besar UMKM daring meningkat. Peningkatan volume penjualan di atas 50 persen tercatat paling besar di kalangan UMKM pemula yang memang memerlukan lonjakan besar untuk dapat terus berbisnis,” kata Zaldy.
Meningkatkan volume pemesanan
Kecepatan pengiriman lebih disukai UMKM daring, yang 50 persennya merupakan penjual makanan dan camilan, termasuk Gabriela Citra, pemilik bisnis kuliner @mamasakan. Ia mengatakan, kemampuan layanan logistik tiba di hari yang sama untuk menjangkau wilayah lebih luas mampu menaikkan volume pemesanan.
”Saya memulai bisnis ini Oktober 2018. Saat itu saya masih menjual produk saya di sekitar Bandung. Tapi setelah saya temukan penyedia jasa logistik yang jangkauannya luas, volume pemesanan bisnis saya naik 40 persen,” tuturnya.
Dalam berbisnis, @mamasakan mengandalkan media sosial seperti Instagram. Media sosial itu digunakan karena memudahkan promosi produk, baik melalui iklan sendiri atau endorser. Pada saat bersamaan, ia juga menggunakan platform e-dagang, seperti Shopee.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), transaksi penjualan ritel melalui e-dagang terus meningkat, dengan nilai Rp 11 triliun sampai Rp 13 triliun per bulan. Pertumbuhannya secara tahunan diperkirakan bisa 150 persen.
Hasil survei Paxel Buy and Send Insights 2019 mengenai media yang digunakan untuk berjualan dalam jaringan (daring).