Pasca-gelar uji coba rudal, Pyongyang mengirim utusan untuk berdialog dengan wakil Washington. Korut kembali memainkan otot militer dan diplomasi sekaligus.
SEOUL, KAMIS —Korea Utara tampaknya tengah menemukan momentum untuk meningkatkan tawarannya kepada Amerika Serikat. Seorang negosiator Korut, Kim Myong Gil, Kamis (3/10/2019), dikabarkan tengah menuju Swedia. Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, mengatakan, Kim Myong Gil terbang ke Stockholm dengan ditemani tiga pejabat Korut lainnya.
”(Kami) sedang menuju negosiasi tingkat kerja dengan AS,” kata Kim Myong Gil kepada wartawan di Beijing sebagaimana dikutip Yonhap. ”Ketika pihak AS mengirim sinyal baru, saya memberikan harapan dan optimisme yang tinggi, dan saya juga optimistis tentang hasilnya.”
Pembicaraan direncanakan dimulai akhir pekan ini, tetapi tempat pertemuan akan digelar belum dikonfirmasi kedua belah pihak.
Hangatnya relasi AS-Korut ditengarai jadi latar belakang mengapa Washington tak memberi respons keras atas sejumlah uji coba rudal yang dilakukan Pyongyang. Padahal, oleh sejumlah pihak, uji coba rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam dinilai sebagai uji coba paling provokatif sejak dialog antara Pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump digelar pada tahun 2018 di Singapura.
Uji coba
Sebagaimana diberitakan, Korut pada Rabu lalu menguji peluncuran rudal balistik dari kapal selam. Pyongyang pada Kamis mengatakan, peluncuran itu berhasil dengan mulus.
Kantor berita resmi Korut, KCNA, mengatakan, Pemimpin Korut Kim Jong Un ”mengirim ucapan selamat” kepada ilmuwan pertahanan yang melakukan tes itu. Rudal balistik Pukguksong-3 yang diluncurkan itu, kata KCNA, merupakan fase baru pencapaian militer Korut dalam menghadapi ancaman dari luar, selain memperkuat kapabilitas militer negara itu.
Respons
Korsel dan Jepang mengecam keras uji coba itu. PM Jepang Shinzo Abe mengatakan, peluncuran itu melanggar resolusi DK PBB. Respons Amerika Serikat tak terlalu keras atas uji coba rudal itu.
Namun, Washington tetap konsisten dengan sanksi yang mereka terapkan dan tetap memilih jalur diplomasi untuk menanggapi langkah-langkah Korut.
Berulang kali Trump dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menunjukkan ”toleransinya” terhadap uji coba rudal jarak pendek Korea Utara, bukan rudal jarak jauh dan rudal berhulu ledak nuklir. Pemerintahan Trump kerap menyatakan bahwa tidak adanya uji coba rudal jarak jauh dan senjata nuklir sebagai pertanda pendekatan diplomatis berhasil. Pyongyang belum melakukan uji coba rudal jarak jauh sejak November 2017.
Namun, menurut Douglas Paal, Wakil Presiden Carnegie Endowment for International Peace, seperti dimuat dalam voanews.com, Sabtu (31/8/2019), sikap pemerintahan Trump yang tak menanggapi serius uji coba rudal Korut membuat Jepang dan Korsel skeptis atas kebijakan pertahanan AS di Asia Timur.
Kepada New York Times di Tokyo, Senin (2/9), Menteri Pertahanan Jepang Takeshi Iwaya mengatakan, uji coba itu memberikan bukti program Korut dirancang untuk mengalahkan pertahanan Jepang.
”Negosiasi AS dengan Korut fokus pada senjata nuklir. Mereka lupa hal lain, seperti sistem rudal balistik,” ujar Hoo Chiew Ping, pakar Korea dari National University of Malaysia.
Dewan Keamanan PBB akan menggelar pertemuan tertutup hari ini terkait uji coba rudal balistik itu. Sejumlah diplomat mengatakan, pertemuan itu diminta Jerman dengan dukungan Inggris dan Perancis.