Kehadiran Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI) menjadi tumpuan pengembangan mekanisasi pertanian nasional. Mekanisasi dapat mengefisienkan proses produksi pertanian.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kehadiran Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia menjadi tumpuan pengembangan mekanisasi pertanian nasional. Mekanisasi dapat mengefisienkan proses produksi pertanian.
Dari segi modal produksi, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Sarwo Edhy menyebutkan, mekanisasi dapat menghemat biaya sekitar 60 persen. ”Kehadiran mekanisasi pertanian mengubah pola pikir petani yang semula bersifat tradisional menjadi modern,” katanya saat dihubungi, Jumat (4/10/2019).
Sebagai gambaran, proses penanaman secara tradisional membutuhkan 15 orang per hektar dan waktu selama satu minggu. Dengan alat transplanter, penanaman hanya membutuhkan waktu 3 jam per hektar dengan satu orang operator.
Untuk mengembangkan mekanisasi, pemerintah membangun PEPI di lahan seluas 4 hektar di Tangerang, Banten. Melalui siaran pers yang diterima, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meletakkan batu pertama tanda pembangunan PEPI, Jumat.
Meskipun belum dibangun, PEPI sudah menerima 72 mahasiswa untuk tahun ajaran 2019/2020 yang terbagi ke dalam tiga program studi, yakni Teknologi Mekanisasi Pertanian, Tata Air Pertanian, dan Teknologi Hasil Pertanian. Sambil menanti selesainya pembangunan, mahasiswa berkuliah di gedung Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian.
Secara institusi pendidikan, peta jalan PEPI selama 2019 fokus pada penetapan organisasi, penataan sumber daya manusia dan sarana prasarana, serta penerimaan mahasiswa baru. Sistem Penjaminan Mutu Internal akan diterapkan pada 2020 sehingga PEPI mampu mendapatkan akreditasi institusi dan program studi pada 2022. Adapun program pemagangan mahasiswa di industri dan sertifikasi kompetensi dijalankan pada 2021.
Amran berharap, mahasiswa PEPI dapat memproduksi seluruh alat pertanian modern. Dalam lima tahun ke depan, PEPI menjadi sarana pengembangan sumber daya manusia untuk menguasai teknologi pertanian.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi menyatakan, PEPI turut bersinergi dengan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian dengan tujuan memperkuat pendidikan dan pelatihan vokasi sehingga menghasilkan tenaga kerja terampil di bidang mekanisasi pertanian. Bersamaan dengan itu, minat kewirausahaan di bidang yang sama turut tumbuh.
Menurut peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rusli Abdullah, mekanisasi pertanian merupakan keniscayaan untuk meningkatkan produksi pertanian di tengah pertumbuhan penduduk yang terus-menerus bertambah. Selain itu, mekanisasi juga dapat menjadi magnet pemuda untuk terjun ke pertanian.
Mekanisasi pertanian merupakan keniscayaan untuk meningkatkan produksi pertanian di tengah pertumbuhan penduduk yang terus-menerus bertambah.
Akan tetapi, saat ini mekanisasi pertanian menghadapi tantangan. ”Lahan pertanian di Indonesia bersifat terpetak-petak dalam skala kecil sehingga kurang cocok dengan prinsip mekanisasi (yang membutuhkan lahan luas). Selain itu, perlu ada implementasi transfer teknologi mekanisasi kepada petani yang cenderung bertani dengan cara tradisional,” tuturnya.
Sementara itu, peneliti Center for Indonesian Policy Studies, Galuh Octania, berpendapat, mekanisasi perlu ditingkatkan, baik dari segi alat mesin maupun pengolahan hasil pertanian. ”Mekanisasi pertanian perlu menjadi fokus pemerintah untuk mencapai kedaulatan pangan,” ujarnya.