Pengurangan volume sampah, terutama plastik, di laut bergantung pada kebiasaan dan gaya hidup. Generasi milenial bisa menjadi motor perubahan untuk melestarikan ekosistem laut tersebut.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mengharapkan generasi milenial menjadi tumpuan kelestarian ekosistem laut. Tak hanya soal gaya hidup, generasi milenial juga perlu lebih aktif terlibat dalam solusi-solusi meningkatkan kelestarian ekosistem laut.
Pengurangan volume sampah, terutama plastik, di laut bergantung pada kebiasaan dan gaya hidup. ”Dalam hal ini, generasi milenial memiliki peran penting. Tak hanya berpartisipasi dalam gaya hidup yang mengurangi penggunaan plastik, tetapi juga menghasilkan solusi-solusi pengganti plastik tersebut,” kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang PS Brodjonegoro saat ditemui di sela acara ”SDGs (Sustainable Development Goals) Festival 2019: Sustainable Life for Our Ocean” yang digelar di Jakarta, Sabtu (5/10/2019).
Publikasi ”Statistik Gender Tematik: Profil Generasi Milenial Indonesia 2018” yang diterbitkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama Badan Pusat Statistik mendefinisikan generasi milenial sebagai penduduk yang lahir pada 1980-2000. Artinya, generasi milenial saat ini berusia 19-39 tahun.
Bambang menyebutkan, pemerintah tengah berupaya keras berkampanye pengurangan penggunaan plastik. Hal ini diharapkan dapat menjadi stimulus bagi wirausaha milenial untuk menggarap substitusi plastik sebagai potensi bisnis.
Pemerintah menilai, kondisi laut Indonesia saat ini memprihatinkan. Berdasarkan data yang dihimpun Staf Ahli Menteri Bidang Ekologi dan Sumber Daya Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Aryo Hanggono, jumlah sampah yang dibuang ke laut dari penduduk pesisir Indonesia pada 2013 berkisar 1,275 juta ton. Apabila data ini menjadi pijakan, hingga 2019, jumlah sampah di laut minimal mencapai 6 kali lipatnya.
Akibatnya, Indonesia mendapatkan posisi nomor 2 sebagai negara penyumbang sampah plastik di lautan setelah China. ”Kita tidak menginginkan hal ini sehingga membutuhkan aksi strategis. Hal ini membutuhkan pendekatan sosial dan antropologi karena menyangkut kebiasaan manusia. Langkah ini membutuhkan peran anak muda,” tuturnya dalam kesempatan yang sama.
Saat ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah bekerja sama dengan sejumlah pihak internasional, seperti Uni Eropa, untuk mendata dan menelusuri sumber sampah yang ada di lautan Indonesia. Anggono menyatakan, ada kemungkinan sampah di lautan Indonesia bersumber dari negara lain yang terbawa arus.
Sampah di lautan sudah terdeteksi dari bibir pantai. Co-Founder Seasoldier Dinni Septianingrum menceritakan, dalam aksi bersih-bersih (beach clean up) yang berjarak 5 meter dari garis pantai di 14 regional, terkumpul rata-rata 500 kilogram sampah di tiap wilayah per bulan.
Dari kumpulan sampah tersebut, rata-rata sampah plastik yang ditemukan paling banyak berupa sedotan, bungkus makanan, dan botol. ”Tak heran jika ada yang memprediksi, akan lebih banyak sampah dibandingkan ikan di laut pada 2050 jika kita tidak berbuat apa-apa,” kata Dinni.
Jangan merusak
Sebagai bentuk cara meningkatkan kesadaran untuk menjaga keberlanjutan ekosistem laut, Top 5 Miss Scuba Internasional 2017, Madhina Nur Muthia Suryadi, membuat travel vlog (video blog tentang perjalanan). Travel vlog tersebut berisi perjalanan menyelamnya untuk memviralkan keindahan ekosistem laut Indonesia dan mengajak penonton untuk bertanggung jawab secara bersama-sama dalam menjaganya.
Madhina juga membagikan cara berfoto dengan ekosistem laut secara ramah lingkung untuk dibagikan di media sosial. ”Kita tidak boleh seenaknya menyentuh hewan laut atau terumbu karang. Misalnya, mengangkat bintang laut dari pasir atau dasar laut untuk berfoto bersama. Berfoto sambil menyentuh terumbu karang juga sebaiknya tidak dilakukan karena berisiko rusak atau patah,” tuturnya.
Selain itu, Madhina mengusulkan, pemerintah pusat dan daerah membentuk regulasi pembatasan jumlah wisatawan laut dan penyelam di daerah tertentu untuk menjaga ekosistem. Misalnya, kuota maksimal pengunjung atau penyelam sebanyak 100 orang per hari di suatu area wisata selam.
https://youtu.be/ULTruu9ETfU
Editor:
hamzirwan
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.