Maria Natalia Londa menjadikan Kejuaraan Dunia Atletik sebagai pemanasan menuju SEA Games 2019. Dia terus menjaga motivasi dan performanya yang membaik sejak meraih emas Kejuaraan Nasional Atletik 2019.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
DOHA, JUMAT – Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia atau PB PASI maupun pelompat jauh putri Maria Natalia Londa, tidak memasang target muluk dalam nomor lompat jauh putri Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar. Dengan rekor lompatan terbaik 6,70 meter dan lompatan terbaik tahun ini 6,68 meter, peluang Maria untuk meraih medali nyaris mustahil kecuali ada keajaiban.
Maria berada di urutan ke-31 dari 34 peserta. Untuk itu, partisipasi kali ini lebih menjadi pemanasan sebelum terjun di SEA Games 2019 di Filipina. ”Kalau mau meraih medali, Maria minimal melompat 7,20 meter. Sebab, tiga unggulan utama kali ini punya rekor terbaik 7,05-7,31 meter dan lompatan terbaik tahun ini 7,00-7,16 meter. Sedangkan Maria, rekor terbaiknya 6,70 meter dan lompatan terbaik tahun ini 6,68 meter. Jadi, kita harus realistis,” ujar Sekretaris Umum PB PASI Tigor M Tanjung dihubungi dari Jakarta, Jumat (4/10/2019).
Berdasarkan data IAAF, nomor lompat jauh putri Kejuaraan Dunia 2019 diikuti 34 atlet dari 21 negara. Tiga unggulan utama, yakni pelompat jauh asal Jerman Malaika Mihambo dengan rekor lompatan 7,16 meter dan lompatan terbaik tahun ini 7,16 meter, pelompat jauh asal Nigeria Ese Brume dengan rekor lompatan 7,05 meter dan lompatan terbaik tahun ini 7,05 meter, serta pelompat jauh asal Amerika Serikat Brittney Reese dengan rekor lompatan 7,31 meter dan lompatan terbaik tahun ini 7,00 meter.
Adapun Maria berada di posisi ke-31 dengan rekor lompatan 6,70 meter yang dicetak pada SEA Games 2015, dan lompatan terbaik tahun ini 6,68 meter. Atlet kelahiran Denpasar, Bali, 29 Oktober 1990 itu, hanya unggul dari tiga pelompat lainnya, yakni dari pelompat jauh asal Italia Tania Vicenzino dengan rekor lompatan 6,68 meter dan lompatan terbaik tahun ini 6,68 meter, pelompat jauh asal Cyprus Nektaria Panagi dengan rekor lompatan 6,72 meter dan lompatan terbaik tahun ini 6,66 meter, serta pelompat jauh asal Italia Laura Strati dengan rekor lompatan 6,72 meter dan lompatan terbaik tahun ini 6,65 meter.
Melihat peta persaingan yang berat, Tigor pun menyampaikan bahwa Kejuaraan Dunia menjadi kesempatan berharga untuk mematangkan persiapan Maria sebelum tampil di SEA Games 2019. ”Semoga dengan tampil di Kejuaraan Dunia, Maria bisa terpacu untuk terus menjaga performanya. Kalau dia bisa tetap melompat di sekitar 6,70 meter, dia punya harapan meraih medali emas di SEA Games nanti,” kata Tigor.
Sebagai gambaran, peraih medali emas SEA Games 2017 di Malaysia adalah pelompat jauh asal Vietnam Bui Thj Thu Thao dengan lompatan 6,68 meter. Peraih perak adalah Maria dengan lompatan 6,47 meter. Peraih perunggu adalah pelompat jauh asal Filipina Marestella Sunang dengan lompatan 6,45 meter.
Mengincar lompatan terbaik
Bagi Maria, ini adalah kejuaraan dunia kedua dalam kariernya. Pertama kali dirinya berpartisipasi pada Kejuaraan Dunia 2007 di Osaka, Jepang. Saat itu, dia berpartisipasi di nomor lompat jangkit melalui jalur wild card. Pada partisipasi perdana itu, dia hanya sampai babak penyisihan. Untuk kali ini, dia turun di nomor lompat jauh juga melalui jalur wild card. Tahun ini, batas minimal kelolosan lompat jauh putri Kejuaraan Dunia adalah 6,72 meter.
Pada kesempatan kedua ini, Maria mengatakan, dirinya sangat antusias karena bisa berlomba dengan para pelompat jauh putri terbaik dunia. Di kejuaraan ini, dia mengaku bisa mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman baru. ”Semua peserta punya potensi di kejuaraan ini. Tapi, saya hanya mengincar bisa dapat lompatan terbaik (melebihi rekornya 6,70 meter),” tuturnya.
Maria tidak menyangka akan berpartisipasi di Kejuaraan Dunia 2019. Sejak awal tahun ini, dirinya hanya fokus latihan untuk mengikuti SEA Games 2019. Ketika pelatih dan dirinya dapat info akan mengikuti Kejuaraan Dunia 2019 pasca Kejuaraan Nasional Atletik 2019 pada Agustus, mereka langsung merubah program latihan untuk persiapan menuju kejuaraan dua tahunan tersebut.
Modal utama Maria tampil di Kejuaraan Dunia ini adalah penampilan impresifnya pada Kejurnas 2019. Di Kejurnas, dia bisa meraih emas nomor lompat jauh putri dengan lompatan terbaik 6,68 meter. Itu adalah lompatan terbaiknya setelah mencetak rekor terbaik sekaligus rekornas dengan lompatan 6,70 meter ketika dirinya meraih emas lompat jauh putri SEA Games 2015 di Singapura.
Dua tahun ini sejatinya tidak mudah untuk Maria. Sebab, ia sempat berkutat dengan cedera engkel kanan yang dirasakan pertama kali saat latihan lima hari menjelang Asian Games 2018. Karena cedera itu, dia hanya bisa melakukan lompatan terbaik 6,45 meter di Asian Games lalu.
Namun, dengan raihan Kejurnas 2019 kemarin, Maria seolah terlahir kembali di usianya yang cukup senior untuk atlet, yakni 28 tahun. ”Hasil di Kejurnas kemarin membuat saya kembali percaya diri untuk mengejar lompatan terbaik. Sekarang, saya benar-benar jaga kondisi agar terus bugar sampai SEA Games nanti,” ujarnya.
Adapun Maria bersama pelatihnya, I Ketut Pageh tiba di Doha pada Kamis (3/9/2019). Menurut Pageh, cuaca di Doha begitu panas. Ia menilai, temperatur udara pukul 20.00 di Doha seperti pukul 12.00 di Indonesia. ”Beruntungnya, di tempat pertandingan di Stadion Internasional Khalifa, udara cukup sejuk karena ada pendingin udara. Ini cukup membantu atlet-atlet dari luar Timur Tengah untuk beradaptasi di sini,” ujarnya.