Tahun ini, pasar malam Sekaten ditiadakan dan akan digelar tahun depan. Para pedagang kecewa karena pengumuman mendadak. Mereka bersiap sejak lama, bahkan berutang ke bank untuk modal.
YOGYAKARTA, KOMPAS Mulai tahun ini, pasar malam untuk menyemarakkan tradisi Sekaten akan digelar dua tahun sekali. Karena itu, pasar malam Sekaten tidak dilakukan tahun ini dan baru digelar lagi tahun depan.
Hal itu ditegaskan Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X saat ditemui di Kantor Gubernur DIY, Kota Yogyakarta, Jumat (4/10/2019). Sultan HB X menyatakan, penyelenggaraan pasar malam Sekaten tiap dua tahun sekali itu merupakan kesepakatan dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta selaku penyelenggara pasar malam.
”Kesepakatan kami, keramaian itu digelar dua tahun sekali. Mestinya yang mengumumkan (pemerintah) kota,” ujarnya. Hal senada dikatakan Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti. Dia menambahkan, tahun ini, Pemkot Yogyakarta tidak menganggarkan dana penyelenggaraan pasar malam itu. ”Komitmen kami tahun depan digelar lagi,” ujarnya.
Haryadi menuturkan, tahun-tahun sebelumnya, Pemkot Yogyakarta menganggarkan Rp 1,5 miliar hingga Rp 2 miliar untuk penyelenggaraan pasar malam Sekaten. Dana itu untuk penyiapan tempat pasar malam serta honor pengisi acara. Menurut dia, perubahan waktu penyelenggaraan dari setahun sekali menjadi dua tahun sekali diputuskan setelah ada kajian. Namun, dia tak merinci hasil kajian itu.
Sebelumnya, Pengageng Kawedanan Hageng Punakawan Kridhamardawa Keraton Yogyakarta Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro menyatakan, salah satu pertimbangan adalah mengembalikan semangat dan makna Sekaten sebagai tradisi yang memiliki nilai-nilai luhur (Kompas.id, 3/10/2019).
Dalam pelaksanaan pasar malam kadang ada acara yang dinilai tidak sesuai dengan nilai-nilai Sekaten. ”Pasar malam bukan bagian dari Sekaten. Jadi, kami mencoba untuk mengembalikan semangat Sekaten seperti awalnya,” kata Notonegoro yang merupakan menantu Sultan Hamengku Buwono X itu.
Kecewa
Pertimbangan lain, untuk menjaga kondisi Alun-alun Utara Yogyakarta yang selama ini menjadi tempat pasar malam Sekaten. Sebab, seusai pelaksanaan pasar malam, kondisi Alun-alun Utara Yogyakarta biasanya sangat memprihatinkan. Rumputnya rusak dan banyak sampah bertebaran.
Sekretaris Komunitas Pelaku Usaha Pasar Malam DIY Alia Rachman Isnandi mengatakan, pihaknya kecewa dengan keputusan peniadaan pasar malam Sekaten tahun ini. Ada banyak pelaku usaha yang bakal kehilangan salah satu sumber ekonomi. Apalagi, pengumuman tentang hal tersebut relatif mendadak.
”Ini event besar dan sudah berlangsung bertahun-tahun. Sudah menjadi semacam sumber ekonomi yang bisa dikatakan mirip Lebaran bagi pedagang,” kata Isnandi. Menurut dia, para pedagang dan pelaku usaha telah menyiapkan diri sejak lama untuk mengikuti pasar malam Sekaten. Sebagian dari mereka sudah mengajukan pinjaman ke bank dengan nilai Rp 50 juta sampai Rp 100 juta untuk modal usaha mengikuti pasar malam Sekaten.
Berdasarkan perhitungan Komunitas Pelaku Pasar Malam DIY, ada sekitar 700 pedagang yang berjualan di pasar malam. Perputaran uang rata-rata mencapai Rp 1 miliar per hari. Terkait tidak adanya anggaran dari Pemkot Yogyakarta, Isnandi mengatakan, para pelaku usaha pasar malam bersedia mengeluarkan dana untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan itu. Para pelaku usaha pasar malam juga siap ditata agar penyelenggaraan pasar malam menjadi lebih baik.
Isnandi menambahkan, jika pasar malam tahun ini benar-benar ditiadakan, dikhawatirkan para pedagang akan berjualan secara liar. Mereka akan nekat berjualan karena ada beban harus membayar utang. (HRS/NCA)