logo Kompas.id
Saat Negeri Ini Membelakangi...
Iklan

Saat Negeri Ini Membelakangi Laut

Oleh
· 2 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/MuuqZgMMC4Bx5btVwVy8BoVnCdg=/1024x640/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F10%2FPETANI-GARAM1-04_1570229234.jpg
HARYO SASONGKO UNTUK KOMPAS

Warga pesisir Brebes, Jawa Tengah,   mengumpulkan garam dari petak untuk dicuci. Dalam keadaan seperti ini, para tengkulak hanya menghargai jerih payah petani garam seharga Rp 300. Foto ini termuat di Harian Kompas edisi  15 Oktober 1977.

Kita berbangga sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Luas lautan mencapai 3,25 juta kilometer persegi. Namun, sejak dulu hingga kini, persoalan garam tak pernah tuntas. Setiap tahun Indonesia masih mengimpor jutaan ton. Harga garam di tingkat petani begitu rendah. Petani pun kehilangan gairah.

Pemerintah sejak dulu menunjukkan perhatiannya terhadap masalah garam. Pada Oktober 1977, misalnya, Sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi yang dipimpin Presiden Soeharto menetapkan harga dasar garam kualitas (K) 1 dan K2 ialah Rp 7 per kilogram dan Rp 5 per kilogram. Harga ini merupakan jumlah yang harus diterima pedagang garam yang menjual di tempat pengumpulan dekat ladang garam.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000