Generasi milenial memainkan peran penting mengubah lanskap industri pariwisata. Indonesia sedang menyiapkan diri menghadapi perubahan tren ini.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Keberadaan generasi milenial berperan besar dalam mengubah lanskap industri pariwisata. Indonesia berupaya untuk tanggap menghadapi perubahan tren tersebut.
Duta Besar Indonesia untuk Afrika Selatan Salman Al Farisi mengatakan, Indonesia berupaya untuk beradaptasi dengan perubahan gaya wisatawan saat ini, yakni pariwisata minat khusus (special-interest tourism). Pariwisata di sektor tersebut bersifat konsumtif, akrab dengan sosial media, dan menekankan citra diri (personal branding).
“Pariwisata minat khusus dimotori oleh generasi milenial kelahiran tahun 1980-an dan 1990-an. Ada banyak peluang wisata yang dapat digarap di sektor ini, seperti acara olahraga dan festival musik berskala internasional,” ujar Salman dalam acara Indonesian Tourism Sales Mission in South Africa di Johannesburg, Afrika Selatan, Kamis (3/10/2019), melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (6/10/2019).
Dalam acara tersebut, KBRI Pretoria, Kementerian Pariwisata, dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Johannesburg bersama maskapai penerbangan Singapore Airlines mengundang 25 agen travel dan mitra bisnis di Afrika Selatan untuk mendapatkan gambaran situasi terkini pariwisata di Tanah Air.
Pemerintah Indonesia, Salman menuturkan, tetap membutuhkan bantuan para pelancong dari Afrika Selatan untuk mengidentifikasi tren, memperluas pasar, dan memberikan umpan balik. Secara konsisten, jumlah wisatawan asal Afrika Selatan yang berkunjung ke Indonesia terus meningkat. Badan Pusat Statistik mencatat, jumlah wisatawan asal Afrika Selatan sebesar 38.073 orang pada 2017. Jumlah ini meningkat menjadi 41.962 orang pada 2018.
Hingga paruh pertama 2019, sebanyak 19.691 wisatawan Afrika Selatan telah mengunjungi Indonesia. Puncak kunjungan wisatawan biasanya jatuh pada akhir tahun. Dengan demikian, jumlah wisatawan Afrika Selatan diperkirakan kembali meningkat pada tahun ini.
“Akan tetapi, jumlah itu masih tertinggal dibandingkan wisatawan yang berwisata ke Australia, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Thailand. Indonesia membutuhkan umpan balik karena telah memiliki daya dukung untuk melayani pasar milenial, mulai dari infrastruktur digital yang baik hingga berbagai pilihan special-interest tourism,” tutur Salman.
Indonesia telah memiliki berbagai macam acara berskala internasional yang sesuai dengan selera generasi milenial. Beberapa diantaranya Java Jazz Festival, Djakarta Warehouse Project (DWP), Jazz Gunung Bromo, serta acara olahraga seperti Jakarta Marathon, Tour de Singkarak, dan Borobudur Marathon.
Salman melanjutkan, Pemerintah Indonesia ingin menjadikan pariwisata sebagai bisnis inti bangsa. Pemerintah menargetkan perolehan devisa dari sektor pariwisata dapat menggeser pendapatan dari sektor minyak dan gas bumi serta minyak sawit mentah (CPO). “Tahun ini, kedatangan wisatawan asing ditargetkan mencapai 18 juta orang dan menghasilkan devisa tidak kurang dari 17 miliar dollar AS,” ujar Salman.
Pemerintah Indonesia juga terus mendorong proyek 10 Bali Baru. Proyek ini bertujuan untuk mendiversifikasi tujuan pariwisata Indonesia agar tidak lagi terkonsentrasi di Bali. Hingga saat ini, Bali masih menjadi tujuan sekitar 40 persen dari total jumlah pengunjung wisatawan mancanegara.
Fasilitas infrastruktur di sekitar lokasi wisata turut menjadi perhatian. Dalam pengembangan Danau Toba, Borobudur, dan Mandalika, pemerintah membangun atau meremajakan bandara provinsi serta meningkatkan akses jalan ke tujuan wisata.