Semangat Sinergi dan Harmoni dalam Jersey dan Medali Borobudur Marathon 2019
›
Semangat Sinergi dan Harmoni...
Iklan
Semangat Sinergi dan Harmoni dalam Jersey dan Medali Borobudur Marathon 2019
Tema “Sinergy and Harmony” dari ajang Borobudur Marathon 2019, dituangkan dalam jersey dan medali, yang di-launching, Minggu (6/10/2019). Kekuatan semangat dari tema tersebut terdapat dari warna dan desain yang dipakai.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS - Tema “Sinergy and Harmony” dari ajang Borobudur Marathon 2019, dituangkan dalam jersey dan medali, yang di-launching, Minggu (6/10/2019). Kekuatan semangat dari tema tersebut terdapat dari warna dan desain yang dipakai.
Project Marathon Borobudur Marathon 2019, Budhi Sarwiadhi, mengatakan, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, warna jersey yang dipakai kali ini masih memakai warna merah.
“Sejak tahun 2017, kami masih terus berupaya membawa, semangat, sebagai bentuk harmoni, keselarasan yang terus berulang-ulang ditebarkan bagi peserta Borobudur Marathon. Semangat itu mewujud dalam warna merah,” ujarnya, saat ditemui di sela-sela acara launching jersey dan medali.
Dalam kesempatan itu, juga di-launching jersey khusus untuk finisher full marathon 42.195 kilometer. Jika jersey untuk pelari lainnya hanya berwarna merah, maka khusus jersey finisher, terdapat dua warna merah dan putih. Jersey finisher hanya untuk kategori full marathon, sebagai bentuk penghargaan kepada pelari yang telah menempuh rute terpanjang dalam Borobudur Marathon 2019.
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Borobudur Marathon 2019 juga mencetak tiga macam medali untuk tiga kategori lari. Masih dengan membawa semangat dari Borobudur, medali dibuat mengikuti bentuk Candi Borobudur, jika dilihat dari atas.
Sekalipun memiliki sisi yang runcing pada bagian tepinya, tiga medali tersebut dapat bersanding serasi, serupa potongan puzzle, saat diletakkan berdekatan. Tampilan ini memperlihatkan kata sinergi, yang dipakai dalam tema Borobudur Marathon 2019.
Dalam acara launching, tiga medali Borobudur Marathon 2019 ditampilkan dengan istimewa, dengan cara dibawa dan diturunkan menggunakan drone. Tiga medali tersebut kemudian ditempatkan dalam lempeng batuan.
Pemakaian lempeng batuan andesit untuk meletakkan medali, menurut Budhi, sengaja dilakukan untuk menambah kesan artistik dan unik pada medali.
“Dengan menempatkannya dalam batuan, seolah-olah medali ini adalah benda berharga, dan istimewa yang menjadi bagian dari batu candi,” ujarnya.
Acara launching jersey dan medali Borobudur Marathon 2019, dihadiri oleh 350 pelari dari 21 komunitas lari dari berbagai kota antara lain Semarang, Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan.
Borobudur Marathon 2019 yang akan digelar 17 November mendatang, akan diikuti oleh 10.000 pelari yang datang dari 35 negera. Pelari asing terbanyak berasal dari Malaysia. Borobudur Marathon 2019 akan dibuka dalam tiga kategori lari, yaitu full marathon sepanjang 42 kilometer, half marathon sepanjang 21 kilometer, dan lari 10 kilometer.
Sejumlah pelari tersebut mengaku sangat bersemangat dan tidak sabar untuk segera berkompetisi dalam ajang Borobudur Marathon 2019. Ira Farah (38), salah seorang pelari dari komunitas Freeletics Semarang, mengatakan, dirinya sudah dua kali mengikuti ajang Borobudur Marathon.
Namun, tahun ini, pendaftaran pelari yang menggunakan sistem ballot membuatnya merasa lebih bersemangat.
“Sistem ballot membuat pelari yang mendaftar secara otomatis akan terseleksi secara acak. Tidak semua pendaftar bisa otomatis terdaftar sebagai peserta dan saya merasa sungguh bersyukur bisa mendapatkan ballot. Keikutsertaan kali ini terasa sungguh luar biasa, ibarat mendapatkan lotere,” ujarnya.
Ronny (38), salah seorang pelari dari komunitas lari Playon Jogja, mengatakan, dirinya sudah tiga kali mengikuti Borobudur Marathon. Jika biasanya mengikuti full marathon dan half marathon, maka kali ini dia memilih 10 kilometer saja.
“Dengan menyadari kondisi saat ini yang tidak memungkinkan untuk sering berlatih lari, maka saya pun memilih kategori lari yang paling pendek,” ujarnya.
Saat ini, dia hanya sempat berlatih 3-4 kali dalam seminggu. Berlomba lari di kategori 42 kilometer tidak mungkin dipaksakan dan dilakukan sembarangan, karena kategori tersebut membutuhkan persiapan lebih matang, dengan latihan lari rutin harus dilakukan lima hingga enam kali per minggu.