Ubur-ubur beracun jenis blue bottle menginvasi perairan Pariaman, Sumatera Barat, beberapa bulan terakhir. Setidaknya tiga nelayan tersengat ubur-ubur saat melaut dan dilarikan ke rumah sakit.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PARIAMAN, KOMPAS — Ubur-ubur beracun jenis blue bottle menginvasi perairan Pariaman, Sumatera Barat, beberapa bulan terakhir. Setidaknya tiga nelayan tersengat ubur-ubur saat melaut dan dilarikan ke rumah sakit. Masyarakat Pariaman diimbau tidak berenang di perairan hingga fenomena ini berakhir.
Perizal (37), nelayan Desa Ampalu, Pariaman, Minggu (6/10/2019), mengatakan, ubur-ubur beracun muncul sejak tiga bulan lalu. Namun, sebulan terakhir kemunculannya kian masif. Sabtu (5/10/2019), ubur-ubur terdampar di pantai.
”Sampai pagi ini, ubur-ubur masih terlihat. Di perairan, jumlahnya bisa sampai ribuan. Di perjalanan melaut, ketemu terus. Kemarin dan tadi pagi ada ratusan ubur-ubur terdampar di pesisir,” kata Perizal.
Sampai pagi ini, ubur-ubur masih terlihat. Di perairan, jumlahnya bisa sampai ribuan. Di perjalanan melaut, ketemu terus. Kemarin dan tadi pagi, ada ratusan ubur-ubur terdampar di pesisir.
Perizal menjelaskan, ubur-ubur blue bottle memiliki gelembung mirip jengger ayam pada bagian atasnya. Panjang kepalanya sekitar 8 sentimeter, sedangkan panjang tentakel sekitar 25 sentimeter. Warna ubur-ubur biru keunguan.
Menurut Perizal, setidaknya tiga nelayan di Ampalu terkena sengatan ubur-ubur dan dilarikan ke rumah sakit. Dua di antara korban merupakan anak buah kapal Perizal. Mereka tersengat ubur-ubur sekitar sebulan lalu.
”Mereka tersengat saat mengangkat pukat di tengah laut. Tidak sengaja tersentuh. Sekarang sudah sembuh. Sempat tidak bisa beraktivitas seharian,” ujar Perizal.
Ali Imron, nelayan Ampalu yang tersengat ubur-ubur minggu lalu, mengatakan, tangannya kepanasan dan perih seusai menyentuh ubur-ubur itu. Ali sengaja memegang ubur-ubur karena penasaran. Beberapa menit kemudian, bagian ketiaknya terasa lemah dan napasnya terasa sesak hingga ke jantung.
”Di rumah sakit, saya disuntik di sendi lengan kiri dan kanan serta dikasih obat. Sekitar 12 jam sakitnya baru hilang,” kata Ali. Punggung tangan Ali yang tersengat ubur-ubur meninggalkan jejak kulit terbakar.
Ketua Tabuik Diving Club (TDC) Tomi Tanbijo mengatakan, berdasarkan laporan nelayan, ubur-ubur blue bottle ditemukan hampir di seluruh perairan Pariaman, di antaranya perairan Ketaping, Padang Pariaman; perairan Gandoriah, Pariaman; dan perairan Gasan, Padang Pariaman. Fenomena munculnya ubur-ubur blue bottle pernah terjadi pada 1998.
”Dari pengakuan masyarakat, terakhir kali ubur-ubur blue bottle ini terlihat tahun 1998. Waktu itu, ada satu anak yang meninggal karena tersengat ubur-ubur jenis ini,” kata Tomi.
Tomi melanjutkan, TDC telah melakukan penyisiran sekaligus sosialisasi ke masyarakat, mulai dari pesisir Muara Batang Pariaman hingga pesisir Desa Apar, Sabtu. Hasilnya, ditemukan sekitar seratus ubur-ubur blue bottle. Ubur-ubur itu dikubur agar tidak membahayakan masyarakat.
Menurut Tomi, saat hidup, ubur-ubur yang dikenal masyarakat lokal dengan nama ubur-ubur ranggah (jengger) ayam ini memiliki gelembung pada bagian atasnya. Ketika sudah mati, gelembung itu kempis dan bangkainya mirip lelehan lilin. Meskipun sudah menjadi bangkai, ubur-ubur tetap bisa menyengat.
Baca juga; Ubur-ubur Melimpah di Cilacap
Tomi menambahkan, ia belum mengetahui penyebab kemunculan ubur-ubur ini. Belum ada kajian lebih lanjut. Namun, ia menduga disebabkan oleh arus angin selatan. Dugaan ini diperkuat dengan fenomena serupa di pesisir Australia pada awal tahun, disusul fenomena serupa di pesisir Yogyakarta pada Juni lalu dan Bengkulu pada Agustus lalu.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Seksi Pencegahan BPBD Kota Pariaman Dendy Pribadi mengatakan, Minggu pagi, timnya juga melakukan penyisiran di pesisir Pariaman. Hasilnya, tim menemukan sekitar 130 ubur-ubur blue bottle di pesisir Desa Ampalu hingga pesisir Desa Manggung.
Dendy engimbau masyarakat ataupun wisatawan untuk tidak berenang di pesisir Pariaman hingga fenomena ini berakhir. ”Ubur-ubur blue bottle memiliki racun yang sangat berbahaya dan mematikan meski dalam bentuk bangkai,” kata Dendy.
Berdasarkan pantauan Kompas di pesisir Desa Ampalu, Minggu siang hingga sore, tidak ditemukan lagi ubur-ubur blue bottle terdampar. Ombak relatif besar menghempas ke pesisir.