Faktor mental berpengaruh sama pentingnya dengan kemampuan teknis pad alaga sepak bola. Tekad kuat dan sikap positif bisa memengaruhi semangat pemain untuk menang.
Oleh
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Sepak bola tidak melulu soal mengolah bola dan kepiawaian mencetak gol. Faktor mental tidak jarang lebih menentukan saat berlaga, seperti diperlihatkan sejumlah tim pada pekan ketiga Liga Kompas Kacang Garuda U-14, Minggu (6/10/2019) di Tangerang Selatan.
Pelatih Bintang Ragunan, Teuku Chairul Wisal, memberi wejangan serius kepada timnya jelang laga kontra Benteng Muda IFA di Lapangan Universitas Muhamaddiyah Jakarta, kemarin. Mereka membentuk lingkaran, mendengarkan dengan serius pesan Chairul.
Semangat disuntikkan setelah mengalami kekalahan beruntun dan lima kali kebobolan pada dua laga perdana musim 2019-2020. Mereka pun terancam terperosok ke dasar klasemen dan terdepak dari Liga Kompas U-14 musim depan.
”Hal yang terpenting adalah mental. Tunjukkan bahwa kalian juga bisa bermain baik. Hari ini, jangan mau menjadi nomor dua. Kalian harus mampu menjadi yang pertama. Siap?” ungkap Chairul disambut teriakan lantang bersemangat para pemain tim pendatang baru di Liga Kompas U-14 itu.
Kata-kata motivasi itu terbukti manjur. Hanya dalam hitungan detik sejak laga dimulai, jala gawang Benteng Muda langsung bergetar oleh gol pemain Ragunan, Muhammad Rafli. Gol itu langsung meroketkan kepercayaan diri sekolah sepak bola yang berdiri pada 2014 itu. Mereka kemudian menambah gol lewat Nadhif Rizqullah sehingga akhirnya menang 2-0 di laga itu.
Kemenangan itu menandai poin perdana Bintang Ragunan di Liga Kompas U-14. Mereka adalah salah satu tim debutan yang sempat berjuang dari babak playoff untuk tampil di kompetisi usia dini itu pada musim baru ini. “Hal terpenting adalah bagi pemain muda adalah mengikuti proses secara alamiah. Jika kalah, mereka harus bangkit. Kekuatan itulah yang memenangkan mereka hari ini,” ujar Chairul kemudian.
Diakuinya, para pemain Ragunan sempat grogi dan tidak percaya diri. Mereka pun dibekap Buperta Cibubur, 0-1, dan ditekuk Big Stars Babek 1-4. ”Anak-anak gugup karena baru pertama kali ikut Liga Kompas. Padahal, dengan lolos dari playoff berarti secara teknik dan kualitas kami sudah siap. Mudah-mudahan, kemenangan hari ini menjadi modal positif kami di laga-laga berikutnya,” tutur Chairul kemudian.
Mentalitas serupa diperlihatkan tim debutan lainnya, Tajimalela FA, ketika menahan Big Stars Babek 0-0. Padahal, sebelum laga itu, Big Stars selalu menang dan mengoleksi tujuh gol. Sebaliknya, Tajimalela selalu kalah dan telah kebobolan lima gol.
Kemarin, SSB asal Bekasi itu bak tim yang berbeda. Mereka tampil spartan, kolektif, dan disiplin saat menghadapi Big Stars. Tajimalela rajin menekan para gelandang serang Big Stars sehingga nyaris tidak memberikan ruang gerak mereka untuk mengkreasikan serangan. Barisan bek Tajimalela juga berani beradu fisik untuk menangkal serangan lawan.
Serupa Ragunan, SSB yang telah lima kali mengikuti playoff Liga Kompas dan gagal empat kali itu pun akhirnya sukses mengemas poin perdananya di Liga Kompas U-14.
“Sebagai kapten, saya bangga dengan penampilan kami hari ini. Kami selalu mengevaluasi kesalahan di laga-laga sebelumnya pada latihan. Mudah-mudahan, kami bisa lebih solid dan meraih kemenangan di laga-laga berikutnya," ujar M Fiqih Faturohman, bek sekaligus kapten Tajimalela.
Menurut Pelatih Tajimalela, Sudana Sukri, timnya terus menunjukkan peningkatan dari laga ke laga di Liga Kompas. Hal itu terjadi karena para pemainnya bersedia mengoreksi diri, memiliki kemampuan bangkit, dan tampil disiplin. “Mereka ingin maju dan mulai paham harus bagaimana dalam situasi laga. Seperti hari ini, mereka bisa menjalankan instruksi untuk melakukan tekanan di lini tengah dengan tiga pemain. Mereka mulai percaya diri,” ujarnya.
Pentingnya mental juga diperlihatkan juara bertahan, Bina Taruna. Mereka mengatasi tekanan dan permainan agresif Villa 2000 dengan keunggulan tipis, yaitu 1-0. Menyusul hasil itu, Taruna memuncaki klasemen Liga Kompas U-14 musim ini dengan raihan sembilan poin dari tiga laga. Mereka ditempel ketat oleh Matador Mekarsari yang di hari yang sama menang telak 3-0 atas tim pendatang baru lainnya, Metro Kukusan.
Piala Gothia
Pelatih Matador Mekarsari Supriyono Prima juga menekankan pentingnya mental dan pikiran dalam bermain sepak bola. Terkait hal itu, ia kurang puas dengan penampilan timnya meskipun menang besar. Ia menilai, timnya seharusnya bisa lebih berani memamerkan teknik lewat pergerakan maupun operan satu dua sentuhan di sepertiga terakhir wilayah pertahanan Metro.
Baginya, bermain bola bukanlah sekadar mencari kemenangan. “Target saya bukanlah juara di kompetisi ini. “Target sesungguhnya yaitu menghasilkan sebanyak mungkin individu berbakat yang terpilih ke Piala Gothia (Piala Dunia usia dini) pada akhir musim. Itu tentu bisa menjadi kebanggaan bagi orangtua, SSB, dan terakhir tentunya pelatih. Sepak bola usia muda adalah tentang mengembangkan kemampuan individu,” ujar Supriyono, alumnus tim nasional Primavera Indonesia.
Yance Putra, Pelatih Intan Soccer Cipta Cendikia, sependapat bahwa sepak bola usia dini bukanlah sekedar menang atau kalah, melainkan juga tentang mengasah teknik, mental, dan menghargai pihak lain seperti wasit dan lawan. “Tugas saya mencetak pemain bertalenta, bukan mengejar juara. Kalau hanya ingin juara, setiap ada insiden, wasit mesti diprotes,” ujar pelatih yang timnya ditahan 2-2 oleh Kabomania itu.