Jadi Alternatif Transportasi, Skuter Listrik Kian Diminati
›
Jadi Alternatif Transportasi, ...
Iklan
Jadi Alternatif Transportasi, Skuter Listrik Kian Diminati
Layanan sewa kendaraan roda dua bertenaga listrik disambut baik oleh masyarakat. Layanan model itu memberikan pilihan alternatif bagi warga yang ingin melakukan perjalanan jarak pendek
Oleh
Ayu Pratiwi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Layanan sewa kendaraan roda dua bertenaga listrik disambut baik oleh masyarakat. Layanan model itu memberikan pilihan alternatif bagi warga yang ingin melakukan perjalanan jarak pendek, secara lebih menyenangkan dan kekinian
Namun, penyewaan kendaraan roda dua, seperti GrabWheels atau pun Migo Ebike, tidak menjadi bagian dari program pemerintah dalam memperbaiki sistem transportasi Ibu Kota. Penanganan transportasi yang berkelanjutan tetap mengedepankan penggunaan angkutan massal, serta transportasi tidak bermotor, yaitu jalan kaki atau naik sepeda.
Sejak tahun 2019, penggunaan kendaraan roda dua bertenaga listrik semakin banyak ditemukan. GrabWheels, layanan sewa skuter listrik oleh Grab Indonesia misalnya diluncurkan pada Mei 2019. Layanan yang pada awalnya hanya tersedia di kawasan BSD City, Tangerang, kini dapat ditemukan di beberapa titik di kawasan Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, serta Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Bintaro Exchange, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, dan Institut Teknologi Bandung.
“Grab akan terus mengembangkan inovasi (skuter listrik) ini ke beberapa titik lainnya, termasuk kota lain di luar Jabodetabek. Hal ini untuk meningkatkan mobilitas warga dengan inovasi baru. Di setiap lokasi, GrabWheels menerima tanggapan positif dari penggunanya. Bahkan di beberapa lokasi pada saat akhir pekan, banyak pengguna mengantri sejak pagi untuk mencoba GrabWheels,” kata CEO GrabWheels TJ Tham, dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (8/10/2019).
Menurutnya, industri kendaraan listrik seperti skuter listrik akan terus berkembang di Indonesia. “Dengan adanya isu polusi udara akhir-akhir ini, menggunakan skuter listrik merupakan pilihan yang tepat dalam mengurangi polusi udara. Selain itu, alasan terbesar warga menggunakan skuter kami adalah mudah digunakan dan menyenangkan,” tambah TJ Tham.
Dengan adanya isu polusi udara akhir-akhir ini, menggunakan skuter listrik merupakan pilihan yang tepat dalam mengurangi polusi udara
Keamanan dan keselamatan
Sony Sulaksono Wibowo, ahli rekayasa transportasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), menyambut baik keberadaan layanan sewa kendaraan listrik seperti di atas. Transportasi seperti itu baginya cocok digunakan di kawasan kampus, perumahan, atau pusat berbelanja.
“Model transportasi itu bagus sebagai alternatif dari jalan kaki. Tetapi, kalau skuter jangkauannya terbatas. Cukup berbahaya juga kalau digunakan di jalan raya,” ucap Sony.
Pengalaman Kompas, saat mencoba layanan skuter listrik GrabWheels, Selasa, di sepanjang Jalan Fatmawati hingga Jalan Jenderal Sudirman, mengendarai skuter di jalan raya memang terasa kurang aman dan nyaman. Di jalan yang bergelombang atau kurang datar, keseimbangan skuter tidak senyaman dan seaman sepeda motor biasa.
Di trotoar sepanjang Jalan Sudirman yang sebagian besar tidak bergelombang, mengendarai skuter cukup nyaman dan tentu lebih cepat dibanding jalan kaki. Kecepatan maksimalnya mencapai 15 kilometer per jam.
Dalam rangka memastikan keamanan dan keselamatan penggunanya, Grab memberikan informasi panduan keamanan dan keselamatan melalui aplikasinya, sebelum pengguna mengendarai skuter listrik. “Kami juga senantiasa mengingatkan penggunaan helm setiap kali menggunakan GrabWheels,” kata TJ Tham.
Solusi jangka panjang
Kepala Bagian Humas Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Budi Rahardjo menjelaskan, layanan penyewaan kendaraan roda dua bertenaga listrik, seperti GrabWheels atau Migo Ebike, bisa menjadi solusi dalam mengurangi penggunaan kendaraan bertenaga bahan bakar minyak yang kurang ramah lingkungan. Namun, solusi itu hanya bersifat jangka pendek.
“Bisa saja skuter atau sepeda listrik itu menjamur ke depan. Dampaknya, jalan tetap macet dan waktu kita terbuang di jalan. Selain itu, apakah suplai listrik untuk mengisi baterai kendaraan sudah memadai? Kendaraan bertenaga listrik memang tidak mengeluarkan polusi, tetapi listriknya tetap bersumber dari sumber daya mineral,” kata Budi.
Dalam jangka panjang, solusi memperbaiki sistem transportasi Ibu Kota, lanjut Budi, adalah dengan mendorong penggunaan angkutan massal, serta transportasi tidak bermotor seperti jalan kaki atau naik sepeda. Dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2018 tentang Rencana Induk Transportasi Jabodetabek, pemerintah menargetkan penggunaan angkutan umum di Jabodetabek mencapai 60 persen dari total pergerakan orang.
Disebutkan juga dalam Perpres itu, waktu perjalanan ditargetkan tidak lebih dari 1 jam 30 menit. Jarak jalan kaki dari suatu lokasi ke tempat pemberhentian angkutan umum juga ditargetkan tidak lebih dari 500 meter. Itu salah satu sebabnya, Jakarta saat ini gencar melakukan revitalisasi trotoar.
“Sistem transportasi yang berkelanjutan tidak memberikan permasalahan pada generasi selanjutnya. Angkutan umum massal lebih berkelanjutan dibanding kendaraan yang sifatnya bukan massal,” ucap Budi.
Ia menambahkan, pada 2025, ditargetkan 10 persen angkutan umum berbasis jalan di Jabodetabek menggunakan tenaga listrik. Jumlah dari persentase itu sekitar 40.000 unit.
“Pada akhirnya, kendaraan roda dua atau pun kendaraan lain yang sifatnya bukan massal harus dibatasi. Di wilayah perkotaan, penggunaan angkutan massal dalam aktivitas sehari-hari harus didorong. Layanan transportasi daring seperti Gojek dan Grab tetap dibutuhkan ke depan, tetapi lebih untuk jasa ekspedisi atau food delivery,” tutur Budi.