Demi membangun citra diri yang profesional dan kreatif, seseorang perlu menunjukkan hasil karya dan pengalamannya. Seringnya, hasil karya itu mengendap begitu saja di komputer pribadi. Nah, menyusun portofolio bisa jadi solusi agar karyamu dilirik banyak orang, termasuk calon klien.
Rukmunal Hakim adalah seorang illustrator yang secara serius menjalani karier ini sejak 2010. Selain berpameran, karya-karyanya menjadi bagian dari karya musik Yura Yunita, maupun Tulus, atau beberapa lainnya. Hakim, begitu dia biasa disapa, juga pernah membuat ilustrasi untuk mesin pencari Google.
“Tapi untuk sampai ke Google, aku perlu waktu membangun portofolio delapan tahun,” kata Hakim ketika jadi pemateri di acara Jakarta Creators Meetup besutan GetCraft di GoWork Chubb Square, Jakarta Pusat, Kamis (26/9/2019). Dia termasuk pengguna portofolio berbasis daring, seperti DeviantArt dan Behance.
Bagi Hakim, membangun portofolio yang berisi karya dan rangkuman pengalaman perlu dilakukan secara serius. Hal itu penting untuk mengambil perhatian calon klien. “Orang bisa terkesan dengan apa yang kita bisa,” kata dia.
Portofolio yang sudah disusun dan dipajang, sebaiknya tak hanya didiamkan. Menurut Hakim, portofolio itu semestinya dinamis, mengikuti jejak pengalaman pembuatnya. “Kalau aku bakal ketemu dengan orang dari industri musik, misalnya, aku siapkan portofolio yang berhubungan dengan musik, bukan yang fashion,” ujar dia.
Perlunya portofolio juga diamini fotografer lepas Vicky Tanzil. Sebagai fotografer konsep, dia bahkan perlu membentuk tim untuk membuat foto yang bakal masuk di portofolionya. “Setelah itu berjejaring (networking),” kata Vicky yang foto-fotonya banyak terpajang di majalah busana seperti Bazaar dan Elle.
Untuk majalah yang disebut terakhir itu, Vicky bahkan pernah diajak ke New York untuk memotret artis Lindsay Lohan di rumahnya. Modal portofolio dan jejaring memberi konsekuensi harus siap diajak kerja sama. “Aku selalu menyiapkan visa ke beberapa negara. Jadi kalau ada panggilan mendadak, ready to go,” katanya.
Vicky bercerita, salah satu pengalaman yang tak terlupakan adalah ketika ia dikontak perancang busana Biyan Wanaatmadja setelah melihat portofolionya. Hingga kini, Vicky menjadi langganan memotret belakang layar setiap kali Rumah Busana Biyan memamerkan koleksi busananya.
Penyusunan portofolio tak hanya penting dilakukan para profesional, atau amatir. Mahasiswa juga bisa meraup banyak manfaatnya.
Putri Nurdivi Djamil, mahasiswi jurusan Culture, Society, and Media di Ritsumeikan Asia Pacific University, Jepang mencantumkan berbagai jejak karya di situsnya. “Biasanya aku mencantumkan artikel, hasil ide, foto, beserta penjelasan apa yang aku lakukan di proyek itu. Supaya kredibilitasnya tinggi, aku cantumkan juga tautan dari klien,” kata Putri.
Menyusun portofolio di internet, bagi Putri, bisa membuat karyanya lebih mudah dilihat dan ditemukan. Bahkan, kumpulan karya ini membuka kesempatan mengikuti konfrensi , atau mendapat pekerjaan. Pada 2018 lalu, Putri berkesempatan ikut konferensi jurnalistik Future News Worldwide di London, Inggris berkat portofolionya.
Regina Anggia, mahasiswi Desain Komunikasi Visual, Universitas Bunda Mulia, Jakarta berusaha terus memperbarui portofolionya. Bagi dia, konsistesi dan kelenturan amat perlu agar karyanya lebih banyak dilihat orang.
“Awalnya, gemas kenapa yang lihat hanya sedikit. Sampai suatu saat rutin unggah dan merawat konten di portofolio sampai akhirnya dapat exposure yang cukup banyak,” kata Anggi.
Bikin sendiri
Situs-situs untuk memajang portofolio sebagian besar berbayar untuk mendapat akses lengkap. Sebenarnya situs pribadi untuk memajang portofolio ini bisa dibikin sendiri dengan menguasai web programming.
Pengajar muda dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Suci Fadhilah menginisiasi proyek Belajar Programming, atau beling.id sejak akhir 2018 lalu. Proyek ini mengajarkan mahasiswa atau masyarakat umum membangun web dalam waktu dua bulan secara gratis. Tugas akhirnya adalah membuat situs portofolio pribadi.
“Antusiasme soal programming dan pembuatan situs itu sangat tinggi. Juni lalu, kami hanya buka kuota untuk 50 peserta, tapi yang mendaftar sampai 500 orang,” kata Suci, Senin (7/10/2019).
Jadi, tinggal di mana pun, baik itu kota kecil maupun kota besar, tak perlu ragu mengincar proyek sampai jauh. Seperti kata pepatah kuno, “Banyak jalan menuju Roma”. (HEI/*/**)