Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, mengatakan ada rencana membangun kereta gantung di Bromo. Rencana itu ternyata belum diketahui pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS-Pihak Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur belum mengetahui persis di mana lokasi rencana pembangunan fasilitas kereta gantung dan skytrain yang direncanakan oleh pemerintah provinsi. Sejauh ini pihak BBTNBTS belum diajak berbicara soal rencana tersebut.
“Belum (tahu lokasi). Kalau Bromo ada dalam Taman Nasional jadi perlu kajian-kajian,” kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) John Kennedie kepada Kompas di Malang, Rabu (9/10/2019), saat dimintai tanggapan soal rencana pembangunan fasilitas kereta gantung dan skytrain tersebut.
Menurut John berbagai kajian diperlukan mengingat Bromo Tengger Semeru (BTS) merupakan kawasan konservasi. Semua bangunan di Taman Nasional membutuhkan kajian, mulai dari zonasi, daya dukung, dan lainnya. Hal ini membedakan taman nasional dengan obyek wisata lain, seperti kebun binatang yang di dalamnya memungkinkan untuk ditambah bangunan apa saja.
Baca juga; Melihat Kawah Bromo dari Balon Udara
Apalagi, di dalam BTS juga terdapat masyarakat adat Suku Tengger. Ia mencontohkan pemasangan tugu kecil (signase) di dekat lautan pasir Bromo, dua tahun lalu, viral dan memunculkan pro-kontra. “Kalau di luar kawasan (konservasi) itu bagus. Kita akan dukung. Tetapi kalau di dalam kawasan, ya, itu tadi. Ada masyarakat adat, kearifan lokal, jadi butuh kajian-kajian,” ucapnya.
Kalau di luar kawasan (konservasi) itu bagus. Kita akan dukung. Tetapi kalau di dalam kawasan, ya, itu tadi. Ada masyarakat adat, kearifan lokal, jadi butuh kajian-kajian
Menurut rencana, pembangunan kereta gantung dilakukan dalam rangka memermudah akses wisatawan menuju Bromo. Fasilitas ini akan dibangun di wilayah Probolinggo. Sedangkan Skytrain di wilayah Kabupaten Malang..
Sebelumnya, Selasa (8/10/2019) sore, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, menyinggung bahwa ada investor dari Swiss yang sudah berkomitmen membangun kereta gantung di BTS. Sedangkan Skytrain ada investor dari China yang tertarik.
“Cable car (kereta gantung) yang sudah komitmen investasi, menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, dari Swiss lewat Probolinggo. Skytraine dari Malang, investor dari China yang juga tertarik,” katanya.
Khofifah mengatakan hal itu di sela-sela peletakan batu pertama Alun-alun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singhasari dan penyerahan Dokumen Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2019 tentang KEK Singhasari di Klampok, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Kegiatan ini juga dihadiri Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Menurut Khofifah salah satu dari tiga prioritas pemerintah pusat yang dikembangkan di Jawa Timur adalah BTS. Pemerintah Provinsi sudah memetakan koneksitas terkait maksimalisasi BTS sebagai destinasi wisata, baik dari Malang, Lumajang, Probolinggo, dan Pasuruan. Selain itu, saat ini juga tengah dihitung daya tampung wisatawan agar tidak merusak daya dukung alam yang ada.
“Sehari berapa wisatawan boleh menikmati indahnya Bromo. Karena sebagai ecotourism, area terkait lautan pasir butuh titik-titik tertentu di mana mobil boleh lewat, di mana harus tetap dijaga,” katanya.
Untuk mewujudkan itu, lanjut dia, pihaknya harus duduk bersama dengan tim dari BBTNBTS, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta pemerintah daerah di sekitar BTS.
Pada kesempatan ini, Khofifah juga menyebut bahwa lama tinggal wisatawan ke Jawa Timur diharapkan bisa bertambah. Selama ini rata-rata lama tinggal wisatawan Eropa di Jawa Timur hanya dua hari dari total 14 hari mereka tinggal di Indonesia. Sisanya dua hari di Borobudur dan 10 hari di Bali.