Pengerukan kali dan waduk di DKI Jakarta mencapai 80 persen memasuki awal musim hujan ini. Pengerukan ditargetkan selesai saat musim hujan benar-benar tiba.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengerukan kali dan waduk di DKI Jakarta mencapai 80 persen memasuki awal musim hujan ini. Pengerukan ditargetkan selesai saat musim hujan benar-benar tiba.
Kepala Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta Juaini Yusuf mengatakan, semua waduk dan sungai di bawah tanggung jawab Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta sudah dikeruk dan sebagian masih dalam proses. Pengerukan dilakukan di sungai, kali, dan saluran mikro di DKI Jakarta kecuali Sungai Ciliwung. Sebab, Sungai Ciliwung merupakan tanggung jawab Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane.
Sungai-sungai yang saat ini masih dikeruk, di antaranya Sungai BGR di Kelapa Gading, Kali BCT di Jakarta Barat, dan Waduk Pluit. Pengerukan di saluran-saluran mikro dilakukan oleh petugas tingkat kecamatan.
Kali-kali yang sudah dikeruk, di antaranya Kali Sekretaris, Kali Cipinang, dan Kali Krukut. Adapun waduk yang dikeruk adalah Waduk Pluit, Kampung Rambutan, Cimanggis, dan Pondok Rangon. ”Waduk lain tak dikeruk karena sudah memadai daya tampungnya, seperti Waduk Kebon Melati,” katanya di Jakarta, Kamis (10/10/2019).
Saat ini progres pengerukan yang dimulai bulan Juli itu 80 persen. Pengerukan ditargetkan selesai sebelum musim hujan benar-benar datang.
Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta juga telah melakukan penanganan di 15 titik rawan genangan dari 30 titik yang dilaporkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta. Salah satunya di kawasan Cawang dan Jalan MT Haryono. Genangan di sana disebabkan rusaknya saluran air karena pemasangan tiang pancang proyek LRT. Saat ini sudah dibuat saluran baru di titik tersebut.
Titik rawan genangan lain yang sudah ditangani, di antaranya di sekitar Universitas Atma Jaya di Jalan Jenderal Sudirman dan di Jalan Kyai Tapa. ”Ini karena saluran air tersumbat sehingga air lambat mengalir,” ujarnya.
Sebanyak 15 titik yang masih tersisa, antara lain di Petogogan dan Pondok Jajar di Mampang karena luapan Kali Krukut, Bintaro, Kampung Melayu, Bidara Cina, Tubagus Angke, Patra Raya, dan Arjuna Selatan. Titik-titik yang masih rawan itu didominasi kawasan di bantaran sungai.
Menurut Juaini, pengerukan ditargetkan dapat mengurangi genangan atau setidaknya genangan tak lebih dari satu jam. ”Kalau curah hujan tinggi, air memang lambat mengalir. Tapi kami harapkan surut 30 menit sampai 1 jam,” ujarnya.
Sementara itu, untuk Sungai Ciliwung, Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. ”Kami ada forum bersama dan bisa berkoordinasi kalau ada pengerukan yang diperlukan di Sungai Ciliwung,” ujarnya.
Normalisasi lanjut
Untuk normalisasi, Junaini mengatakan, untuk tahun ini, ada 118 bidang lahan yang dibebaskan untuk normalisasi Kali Ciliwung di Jakarta Selatan. Proses pemeriksaan dokumen lahan telah selesai. Tahapan selanjutnya adalah pembayaran. Lahan ini terletak di Tanjung Barat hingga Pejaten Timur sepanjang sekitar 1,5 kilometer. ”Ini sudah selesai tahun ini, tinggal pembayaran saja,” ujarnya.
Dengan adanya pembebasan lahan ini, normalisasi Kali Ciliwung bisa dilanjutkan. Setelah pembebasan selesai, tahap selanjutnya adalah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menginformasikan ke Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane yang akan melaksanakan pembangunan normalisasi. Diharapkan normalisasi Kali Ciliwung bisa dilanjutkan tahun depan.
Selama ini kendala utama pembebasan lahan untuk normalisasi karena dokumen tanah yang harus diperiksa betul. Pemeriksaan dokumen lahan ini biasanya memakan waktu lama.