Multilateralisme, Perdamaian, dan Ketertiban Menyejahterakan Dunia
›
Multilateralisme, Perdamaian, ...
Iklan
Multilateralisme, Perdamaian, dan Ketertiban Menyejahterakan Dunia
Oleh
·2 menit baca
JAKARTA, kompas —Pemerintah Swedia meyakini, multilateralisme, perdamaian, dan ketertiban dunia akan menguntungkan semua negara dan membuat dunia lebih sejahtera. Sebaliknya, konflik sekecil apa pun di satu negara akan memberikan dampak secara keseluruhan. Itu sebabnya, sejak lama negara Nordik itu berperan aktif menjadi mediator bagi negara-negara yang berkonflik. Misalnya, di Timur Tengah dan Semenanjung Korea.
Hal itu disampaikan Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Marina Berg, menjawab pertanyaan mengapa Swedia bersedia memediasi Amerika Serikat dan Korea Utara.
”Inilah cara kami berbagi nilai-nilai menuju perdamaian dan kesejahteraan dunia,” kata Berg saat berkunjung ke Redaksi Kompas, Rabu (9/10/ 2019).
Pekan lalu, delegasi AS dan Korut bertemu di Stockholm untuk melanjutkan negosiasi tingkat teknis soal denuklirisasi Semenanjung Korea.
Meski akhirnya negosiasi itu tidak menghasilkan kesepakatan apa pun, Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde menyatakan, negosiasi berjalan konstruktif dan bersedia membantu jika kedua negara ingin bertemu kembali (Kompas 8/10/2019).
Marina mengatakan, Swedia telah berada pada situasi damai lebih dari 200 tahun dan telah merasakan manfaat besarnya. Situasi damai ini memungkinkan Swedia melakukan banyak hal, seperti membangun sumber daya manusianya yang produktif dan inovatif.
Masa yang damai itu juga memberikan waktu bagi Swedia untuk mengembangkan kemampuan mediasi dan diplomasi global. Oleh karena itu, ujar Berg, penting bagi kami mempromosikan global diplomasi, solidaritas, dan membantu negara yang berkonflik berkomunikasi.
Salah satu faktor yang menjadi modal besar Swedia sebagai negara mediator atau kerap disebut sebagai broker yang jujur (honest broker) adalah tidak berpihak pada kekuatan besar mana pun. Dengan demikian, negara lain menaruh kepercayaan bahwa Swedia tidak memiliki konflik kepentingan dalam mediasi.
Kesetaraan jender
Menjadi mediator negara yang berkonflik tidak mudah. Salah satu tantangan yang dihadapi Swedia adalah jarang melihat perwakilan perempuan dalam tim negosiasi negara-negara yang berkonflik.
Padahal, kata Berg, tim negosiasi merupakan perwakilan seluruh penduduk sehingga baik laki-laki maupun perempuan yang menjadi warga negara harus diwakili.
Selain itu, perempuan juga memiliki pengetahuan yang dibutuhkan di meja perundingan, dan perempuan dapat menjamin terciptanya perdamaian yang berkelanjutan.
”Kami tak ingin memulai negosiasi jika tidak ada perwakilan perempuan dalam tim delegasi negara yang dimediasi,” kata Berg.
Untuk itulah, dalam 5-7 tahun terakhir melalui berbagai saluran internasional yang ada, Swedia selalu mendorong pentingnya melibatkan perempuan dalam proses politik. (ADH)