Indonesia dan Korea Selatan sedang mempererat hubungan melalui festival film. Penyelenggara mengajak penonton merayakan manisnya persahabatan masa remaja.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·5 menit baca
Rabu (9/10/2019) malam, penonton diajak bernostalgia dengan dua film: Bebas (2019) dan Sunny (2011). Masing-masing merupakan film Indonesia dan Korea Selatan yang diputar pada Korea Indonesia Film Festival (KIFF) 2019. Melalui film tersebut, penonton diajak merayakan manisnya persahabatan masa SMA dengan tarian dan lagu-lagu jadul.
Selain Sunny dan Bebas, masih ada 18 film lain yang akan tayang pada KIFF 2019. Dari 20 film tersebut, lima di antaranya adalah Film Indonesia dan 15 film Korea Selatan. KIFF diselenggarakan oleh Korean Culture Center Indonesia (KCCI), sebuah organisasi di bawah Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia dan Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Republik Korea. KIFF 2019 diadakan pada 10-13 Oktober 2019 di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Medan.
Saat penayangan terbatas Sunny dan Bebas di Jakarta, Rabu, puluhan penggemar Sunny berkumpul menanti film diputar. Selain itu, mereka juga tak sabar menanti Kang Sora (29) hadir. Ia berperan berperan sebagai Ha Chun Hwa, salah satu tokoh kunci di film Sunny. Kang Sora secara khusus didatangkan dari Korea Selatan untuk menyemarakkan KIFF 2019.
“Kayaknya ini sudah yang kesekian kalinya gue nonton Sunny, deh. Asli, gak pernah bosen gue,” kata seorang penonton kepada temannya. Sunny menuai sukses usai dirilis pada 2011 di Korea Selatan. Film ini berkisah tentang persahabatan tujuh siswi SMA di tahun 1980-an. Mereka menamai geng mereka “Sunny”.
Ha Chunhwa (Kang Sora), sang ketua geng, merekrut siswi baru yang baru saja pindah ke sekolah mereka, Im Nari (Shim Eunkyung). Ketujuhnya lalu menjalani hari-hari yang seru dan penuh tawa. Sesekali mereka juga harus berhadapan dengan para tukang gencet (perundung) dari sekolah lain. Sunny tetap solid hingga sebuah insiden membuat mereka harus berpisah.
Setelah 25 tahun, Im Nari dewasa (Yoo Hojeong) secara tak sengaja bertemu dengan Ha Chunhwa (Jin Heekyung) yang tengah sekarat di rumah sakit. Waktu hidup Ha Chunwa tinggal dua bulan lagi. Ia pun meminta Im Nari untuk membantu mencari dan mengumpulkan lima anggota Sunny lainnya.
Buat penggemar film Korea, film ini punya tempat sendiri di hati penonton. Ceritanya ringan dan hangat. Dua latar waktu yang berbeda dalam film pun tidak akan membuat penonton binguung berkat teknik match cut yang rapi.
Bahasa yang digunakan ringan, lugas, dan frontal dengan makian yang apa adanya. Penonton tak berhenti tertawa saat makian dan adegan lucu ditayangkan. Selain geli terhadap kelakar yang ada, tawa penoton juga menyiratkan rasa rindu pada film yang mereka tonton delapan tahun lalu itu.
Orang-orang yang baru pertama kali menonton Sunny dan belum pernah ke Korea Selatan pun bisa turut merasakan perasaan rindu itu. Lagu ‘Time After Time’ oleh Tuck dan Patti, ‘Reality’ oleh Vladimir Cosma, dan ‘Sunny’ oleh Boney M pun berperan besar dalam membangkitkan suasana nostalgia pada film.
Sunny mengingatkan kembali pada indahnya persahabatan masa SMA yang lepas dan tulus. Penonton seakan diajak bernostalgia di negara yang mungkin belum pernah dikunjunginya. Kehangatan persahabatan pun bahkan masih terjalin hingga kini.
“Saya dan mereka (pemain film Sunny) masih berteman hingga sekarang. Kami bertemu sekitar sebulan sekali,” kata Kang Sora. Ia menambahkan, “Saya pikir film ini bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia karena ini lucu. Saya harap bisa membuat memori baik di Indonesia dan bisa kembali lagi ke sini.”
Adaptasi film
Film Sunny lalu diadaptasi menjadi film Bebas dan digarap oleh produser Mira Lesmana serta sutradara Riri Riza. Perbedaan terbesar Bebas dengan Sunny adalah jumlah anggota geng. Bila di film Sunny ada tujuh anak perempuan, maka Bebas menceritakan persahabatan lima anak perempuan dan satu anak lelaki yang menamai geng mereka “Bebas”. Latar tahun yang dipilih pun berbeda, yakni 1990-an dan 2019.
Krisdayanti remaja (Sheryl Sheinafia) berperan sebagai ketua geng dan Vina Panduwinata (Maizura) menjadi anggota terbaru geng Bebas. Sama seperti Sunny, setelah dua puluh tahunan, keduanya kembali bertemu saat Krisdayanti dewasa (Susan Bachtiar) punya sedikit waktu tersisa untuk hidup. Kini, tugas untuk menyatukan kembali geng Bebas yang tercerai-berai ada di tangan Vina dewasa (Marsha Timothy).
Kedua film Bebas dan Sunny memiliki alur cerita yang sama. Kendati demikian, Riri Riza dan Mira Lesmana diberi kebebasan oleh CJ Entertainment, pemilik properti intelektual Sunny, untuk mengeksplorasi cerita agar cocok dengan penonton Indonesia.
“Suatu kebanggaan bisa menjadi bagian dari kolaborasi budaya melalui film kali ini. Bebas adalah hasil kerja yang panjang. Film ini bukan sekadar adaptasi suasana di Korea Selatan, namun juga seperti menemukan dunia baru dengan universe 90-an dan kehidupan para ibu muda (di tahun 2019),” kata Riri Riza pada konferensi pers sebelum penayangan terbatas film Sunny dan Bebas, Rabu.
Menurut Riri, mengadaptasi Sunny menjadi Bebas adalah tantangan yang menyenangkan. Bebas ia nilai berpotensi memberi pengaruh kuat terhadap masyarakat yang hidup di tahun ketika film ini dirilis. Menggabungkan latar waktu 1990-an dan 2019 ia anggap sebagai kesempatan berkomunikasi dengan penonton dari dua generasi.
Kembali lagi
Jika dicermati, Riri Riza dan Mira Lesmana seperti kembali ke masa emas satu dekade silam. Pada 2002, keduanya membuat film Ada Apa dengan Cinta yang berhasil menuai sukses dengan 2,7 juta penonton. Film tersebut punya unsur yang lebih kurang sama dengan film Bebas, antara lain kisah anak SMA, persahabatan, dan kisah cinta.
Menanggapi hal itu, Riri mengatakan, selalu ada subyek anak muda di film-film yang ia dan Mira buat. Menurutnya, anak-anak muda adalah “kartu baik” buat mereka.
“Saya pikir kami tidak akan berhenti membuat film anak muda. Kami punya kedekatan dan koneksi yang baik dengan anak muda dan kami pun percaya bahwa film itu milik anak muda,” kata Riri.
Mira pun sependapat. Ia senang membuat film dengan nuansa anak-anak SMA. ”Saya merasa anak SMA sekarang dan di mana pun punya kesamaan, yakni rasa ingin bisa bebas bereskpresi, memilih jalan hidupnya mau ke mana, dan juga bebas memilih sahabat yang terbaik,” kata Mira (Kompas.id, 6/8/2019).